JAKARTA (POSBERITAKOTA) ■ Proses Perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah mulai berjalan. Bahkan, saat ini telah dimulai pendaftaran bakal calon legislatif (Bacaleg) mulai dari DPD, DPR RI, DPRD TK I sampai TK II seluruh Indonesia. Dari situ kemudian mencuat pemikiran serta gagasan, agar para wakil rakyat yang terpilih nanti, setidaknya memenuhi standar kualitas.
Karena itulah, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) melalui Ketua DPW DKI Jakarta, Elva Farhi Qolbina mengutarakan pendapatnya bahwa proses pemilihan calon legislatif harus didasari pada gagasan. Sebab, mereka adalah representasi masyarakat di tiap daerah pemilihan (Dapil).
Dikatakan Elva secara terbuka bahwa PSI mendorong setiap Bacaleg untuk turun ke masyarakat dan mengerti masalah yang dihadapi sehari-hari. Makanya ketika proses sosialisasi, mereka pun bisa langsung hadir dengan konsep dan gagasan yang sesuai dengan kebutuhan warga Jakarta.
“Jadi untuk konsep dan gagasan itu menjadi sangat penting untuk dimiliki oleh setiap kandidat. Kenapa? Karena, sepanjang proses sosialisasi, mereka akan pitching ide tersebut kepada konstituen,” tutur Elva yang dihubungi POSBERITAKOTA, Senin (8/5/2023) di Jakarta.
Dalam pandangan Ketua DPW PSI DKI Jakarta itu lebih jauh, ketika kelak terpilih tentu gagasan inilah yang bisa ditagih. Bukan hanya oleh masyarakat sebagai pemilih, tapi juga oleh partai. “Kita harus mulai terbiasa dengan kandidat yang menghadirkan gagasan, bukan sekadar popularitas dan tampang semata,” sambungnya.
Sedangkan untuk adu konsep dan gagasan tersebut, kata Elva, coba difasilitasi PSI dengan menghadirkan sederet panelis independen yang menyeleksi Bacaleg PSI Jakarta. Siapa saja yang dilibatkan di situ nanti?
Mereka antara lain Yudi Purnomo Harahap (Aktivis Antikorupsi), Lucius Karus (FORMAPPI), Theresia Sri Endras Inswarini (Komnas Perempuan), Adi Prayitno (Parameter Politik), Ahmad Hanafi (IPC), Alamsyah M Dja’far (Wahid Foundation), Dr. Gun Gun Heryanto (The Poltical Literacy Institute), Wildanshah (Perkumpulan Warga Muda), Titi Anggraini (Perludem), dan Ida Ayu Prasasti (ICT Watch). ■ RED/JON ABY/AGUS S