JAKARTA (POSBERITAKOTA) ■ Etos kerja dalam Islam tidak hanya dilandasi kebutuhan duniawi. Bukan hanya untuk memuliakan diri, tapi juga manifestasi amal shaleh. Artinya, bekerja harus berlandaskan prinsip-prinsip iman yang menunjukkan fitrah seorang Muslim. Bekerja juga harus bisa meninggikan martabat seorang Muslim dihadapan Allah SWT.
Begitulah intisari yang disampaikan Kombes Pol (Purn) Dr KH Muh Yayah Agil M.Ag selaku khotib dalam khutbah Jum’atnya di Masjid Istiqlal Jakarta, 27 Dzulqa’dah 1444 Hijriyah/16 Juni 2023 Masehi. Adapun tema khutbahnya adalah mengupas tema ‘Etos Kerja dan Keikhkasan dalam Islam’, dihadapan tidak kurang dari 20.000-an jamaah yang memadati masjid terbesar dan termegah di kawasan Asia Tenggara.
Mengawali khutbahnya yang penuh keteduhan, KH Muh Yayah Agil, menyebutkan bahwa salah satu perintah Allah SWT kepada hamba-NYA atau umat Nabi Muhammad/Rasulullah AS untuk bekerja, seperti termaktub dalam QS. al-Taubah ayat 105 berikut ini yang Artinya : “Dan Katakanlah, Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-NYA serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah). Yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-NYA kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan“.
“Rasulullah SAW telah mencontohkan etos kerja dalam Islam untuk umatnya. Rasulullah menjadikan kerja bukan untuk menumpuk kekayaan, namun sebagai aktualisasi keimanan dan ketaqwaan demi meraih ridha Allah SWT,” tuturnya.
Lanjut khutbahnya, KH Muh Yayah Agil, menerangkan bahwa pekerjaan yang dilakukan pun, kelak bakal diminta pertanggungjawaban di akhirat. Apakah ada hal yang buruk turut dilakukan demi mendapatkan uang seperti mencuri, korupsi, menipu atau melakukan pekerjaan yang diharamkan oleh Allah SWT.
Seseorang, tambah dia, yang makan dari hasil keringatnya sendiri, lebih utama dibanding dengan orang yang makan dari pemberian orang lain. Apalagi jika ia masih kuat bekerja, sehat dan memiliki akal.
Karena itu pula, paparnya lagi, meminta-minta alias mengemis adalah pekerjaan yang hina dimata Islam. Hadist berikut ini menjadi dalilnya : “Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dalam pandangan KH Muh Yayah Agil lebih jauh, kerja memiliki nilai yang sangat tinggi. Dalam beberapa hadist, Rasulullah SAW mengatakan sebaik-baiknya orang adalah yang makan hasil kerja dengan tangannya sendiri. Bahkan, terdapat sebuah hadist qudsi yang menerangkan bahwa ada dosa yang hanya bisa dihapus dengan cara mencarikan nafkah untuk keluarga dan orang yang ditanggungnya. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa bekerja untuk anak dan istrinya melalui jalan yang halal, maka bagi mereka pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah“ (HR. Bukhari).
Masih dalam khutbahnya, dijabarkan bahwa bekerja dan beramal shalih adalah salah satu jalan mendapatkan rahmat dari Allah SWT yang bisa mengantarkan kepada surga. Bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman, bukan saja menunjukkan fitrah seoranf muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hambah Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian sebagaimanan firman Allah SWT yang Artinya : “ Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-KU” (QS. adz-Dzaariyat : 56).
“Seseorang yang bekerja layak mendapatkan predikat yang terpuji karena prestasi kerjanya. Agar manusia benar-benar hidup, ia memerlukan spirit. Karena itulah, Al-Qur’an diturunkan sebagai spirit hidup dan sekaligus sebagai nur (cahaya) yang tak kunjung padam,” urainya, lagi.
Pada bagian akhir kuthbahnya, KH Muh Yayah Agil menyebutkan beberapa etos kerja Islami yang perlu dimiliki dan dibudidayakan antara lain. Pertama : Ikhlas dan jujur. Kedua : Menghargai waktu. Ketiga : Memiliki jiwa kepemimpinan. Keempat : Kreatif dan inovatif.
“Tentu saja masih ada etos-etos kerja Islami lainnya. Namun dengan empat macam etos kerja tersebut di atas, apabila dihayati serta diamalkan dengan sebaik-baiknya, niscaya akan sangat besar peranannya dalam meningkatkan kinerja seorang pekerja Muslim dalam upaya meraih sukses. Tidak saja sukses di dunia, tetapi juga sukses di akhirat,” tutupnya.■ RED/AGUS SANTOSA