BEKASI (POSBERITAKOTA) – Ditengah mencuatnya perseteruan antara Ketua Umum (Ketum) Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) belakangan ini, justru semakin dicederai oleh pernyataan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto. Berkali-kali statementnya malah punya kecenderungan bikin blunder.
Menurut pengamat politik dan sekaligus Presidium Marhaen Indonesia 98, Sahat P Ricky Tambunan, komentar-komentar Hasto Kristiyanto dalam ikut mensikapi masalah terkait PDIP justru bikin blunder. Bahkan, lanjut dia, hal itu terkesan memaksakan kehendak PDIP untuk berhadap-hadapan dengan Presiden Jokowi.
“Saya mencermati sangat berbeda sekali dengan Sekjen-Sekjen PDIP yang lain atau sebelumnya. Sebut saja dari almarhum Alexander Litaiy, almarhum Sucipto, Pramono Anum dan almarhum Tjahyo Kumolo,” papar Ricky Tambunan dalam keterangannya kepada POSBERITAKOTA, Kamis (30/11/2023) malam.
Masih dalam pandangan Ricky Tambunan bahwa sosok Hasto Kristiyanto malah lebih banyak ngecap di luar, bernarasi dan menunjukkan kecurigaan. Lalu, sampai nangis-nangis nggak jelas dan nggak karuan. Padahal, jauh lebih bagus jika melakukan pembenahan atau konsilidasi partai kedalam internal. Karena, Sekjen-Sekjen PDIP sebelumnya justru lebih lazim melakukan hal tersebut,” ulasnya, panjang lebar.
Ditambahkan Ricky Tambunan yang merupakan mantan Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bekasi periode tahun 2005-2010 dan 2019, ditengah kepengurusan Hasto Kristiyanto justru terkenal atau ramai dengan aksi pemecatan – pemecatan di tubuh PDIP.
“Sedangkan Hasto juga dituduh terlibat dalam kasus Harun Masiku. Pada saat itu, ruangan kantor Hasto di DPP PDIP diberi KPK line. Hal itu tentu saja sangat mencoreng partai. Hasto jangan juga mengklaim dirinya adalah satu-satunya orang yang berhasil mengkonsolidasi partai atas kemenangan PDIP di tahun 2014 dan 2019,” bebernya, lagi.
Ricky Tambunan menyebut bahwa sesungguhnya itu adalah efek keberhasilan Jokowi. Bukanlah hasil keberhasilan kaderisasi yang dilakukan Hasto di dalam tubuh PDIP. “Hasto juga jangan terlalu banyak cawe-cawe dan mengklaim. Hasto sebagai Sekjen, tidak ada membuat perubahan didalam tubuh internal organisasi PDIP. Jika almarhum Taufik Kiemas masih ada, saya yakin benar Hasto Kristiyanto tidak sebebas saat ini. Karena, tidak ada pihak yang bisa kontrol Hasto Kristiyanto di DPP,” celetuknya, kritis.
Justru, disebut Ricky Tambunan lebih lanjur, Hasto berhasil memainkan pola ditengah dualisme kepemimpinan di PDIP, antara Puan dan Prananda?
“Sementara pertarungan Jokowi dengan Megawati belakangan ini, j jelas tidak lepas dari andil Hasto Kristiyanto dan kelompoknya. Saya melihatnya, ada pihak-pihak yang ikut campur urusan partai dan masuk dari dalam. Mereka bukan kader PDIP, lantas bagaimana mungkin ada yang bukan pengurus PDIP, tapi bisa mengatur pejabat merah di Pemerintahan? Juga sangat dominan. Jadi, ada apa ini, kok bisa terjadi?” Begitu ulas eks kader Banteng yang mengaku ikut berjuang di PDI sejak tahun 1993.
Untuk kasus Hasto dengan Harun Masiku, sambung Ricky Tambunan, juga telah menyandera PDIP dengan hukum di republik ini. Seharusnya Ketum PDIP Megawati menyerahkan Harun Masiku ke KPK dengan sesadar-sadarnya. Bukan ada kesan PDIP seperti sedang menutup-nutupi kasus tersebut.
“Hasto dalam narasi-narasinya bersama kelompoknya, satu suara seakan bernarasi memperburuk kondisi partai? Lantas berhadap-hadapan dengan Jokowi, apa maksudnya ini? Dengan mengantar Ganjar jadi Calon Presiden dan membuat Puan tidak jadi Capres PDIP, juga saya pikir ada andil kelompok ini? Ganjar didukung kelompok ini di PDIP? Maka, saya minta supaya Hasto diberhentikan dari PDIP!” Demikian saran Ricky Tambunan. © [RED/AGUS SANTOSA]