JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Kalangan pedagang dan termasuk pengunjung melontarkan keluhkannya setelah tahu kondisi Resto Apung Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara yang kini terlantar. Penyebabnya karena tidak mendapat perhatian dari Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta.
Padahal, tempat atau lokasi pusat kuliner ikan laut itu, baru satu setengah tahun selesai dibangun dengan anggaran Rp 65 miliar. Yang paling memprihatinkan, kini Resto Apung Muara Angke, sebagian atapnya malah terlihat ambruk terkena derassnya air hujan.
Seperti diketahui bahwa sebenarnya bangunan yang terdiri dari puluhan restoran seafood dan berdiri di atas air laut tersebut sangat indah dan cukup megah. Lantaran kurang perawatan, maka material menjadi cepat lapuk dan di antaranya ada bagian yang ambruk.
“Jadi, kalau ada atau turun hujan, aktivitas dagangan masakan ikan laut itu tepaksa bubar. Kenapa? Ya, karena kondisinya bocor parah di sana-sini. Bahkan, para pelanggan untuk pun pada kabur mencari tempat teduh,” cerita Odie, warga Cilincing yang merupakan salah satu pelanggan setia Resto Apung Muara Angke, Jakarta Utara, Jumat (1/12)2023).
Karena itu pula, Odie pun sangat menyangkan Resto Apung yang dibangun menggunakan corporate social responsibility (CSR) dari perusahan-perusahan dengan total biaya sebesar Rp 65 miliar, malah tidak dikelola dengan baik oleh Pemprov DKI melalui Dinas KPKP.
“Sedangkan pihak Pemprov DKI malah menyerahkan pengelolaanya ke swasta. Seharusnya kan, kalau swasta yang kelola, bisa menjadi bagus. Eh ini malah sebaliknya, kok kumuh kayak gini,” ucap Odie, lagi.
Dalam ingatannya, konsep Gubernur DKI Jakarta waktu itu sangat bagus ingin menjadikan Resto Apung kelas internasional dan menjadi destinasi wisata andalan kawasan pesisir Jakarta Utara yang menarik wisatawan lokal maupun asing.
Tentu saja sangat disayangkan, dimana kondisi Resto Apung terlihat bagus jika dari jauh, tapi saat lihat dari dekat dan memasuki area parkir, sudah terlihat deretan bangunan warung-warung semi parmanen yang tidak tertata baik. Belum lagi pedagang otak-otak yang memakan sampai setengah bahu jalan.
Lebih ironis lagi adalah terdapat pedagang kaki lima berjualan di dalam Resto Apung. Mereka menempati lorong jalan hingga membuat sempit jalan. Terkesan tidak ada pembinaan maupun pengawasan dari Pemda DKI Jakarta selaku instansi yang berwenang mengelola kawasan di Pelabuhan Perikanan Muara Angke.
Sebagai harapan pengunjung, sebaiknya Resto Apung diambil alih kembali oleh Pemda DKI Jakarta serta dikelola secara profesional. Sebab, bila dilihat dari kondisi sekarang mengesankan pengelola tempat makan ikan bakar ini asal-asalan tidak memperhatikan pelayanan, kenyamanan pengunjung.
“Namun jika masih tetap ingin dikelola swasta, harus benar-benar diseleksi dicari perusahaan yang sudah berpengalaman. Lihat saja, sekarang ini malah atapnya pada ambruk, dinding pada kotor tidak ada pemeliharaan serta air bersih pun juga sulit didapat,” harap pria yang memang menjadi penggemar ikan laut tersebut.
Sementara itu pemilik warung ikan bakar saat dimintai keterangannya, mereka bilang minta dirahasiakan identitasnya. “Kami sudah satu setengah tahun menyewa tempat ini dan tiap bulan bayar Rp 3 juta ke pengelola ditambah uang SC atau uang cas makan sebesar 8 persen dari jumlah bon makan yang dipungut dari pengunjung disetorkan ke pengelola,” keluh pria tersebut.
Salah satu sololusinya, yakni dengan meminta perhatian dari Penjabat Gubernur DKI Heru Budi Hartono. Tentu dengan harapan bisa turun tangan untuk menyelamatkan Resto Apung Muara Angke yang dulu digadang-gadang sebagai ikon kuliner ikan laut di Jakarta. “Yang pasti, kami yakin kok, masih bisa diberdayakan lagi jika dikelola secara profesional,” pungkasnya mewakili pedagang lainnya.© [RED/AGUS SANTOSA]