Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘AL-RAHIM Sebagai Induk Al-Asma’ Al-Husna

OLEH : PROF DR KH NASARUDDIN UMAR MA

DARI segi literal kata al-Rahman adalah nama untuk sesuatu yang bersifat khusus tetapi menunjukkan keumuman makna (ism al-khashah bi shifah al-‘amah). Sedangkan, al-Rahim adalah nama untuk sesuatu yang bersifat umum, tetapi menunjukkan kekhususan makna (ism al-‘ammah bi shifah al-khashah).

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa rahmat rahmaniyyah ialah rahmat untuk seluruh makhluk, termasuk benda alam, tumbuh – tumbuhan, binatang, orang kafir, malaikat, dan lain-lain. Sedangkan, rahmat rahimiyyah hanya khusus untuk orang-orang mukmin atau makhluknya yang dengan setia menjalankan perintah dan menjauhi larangan – larangan-NYA (insan kamil).

Nama-nama Allah subhanahu wata’ala yang paling sering berulang di dalam Al-Qur’an ialah: Allah (2.698), Rabb (966), Ilah (166), lalu disusul al-Rahim (144), dan al-Rahman (57). Nama al-Rahman dan al-Rahim yang sering berulang disebutkan di dalam nama Allah yang lain yang tergabung di dalam al-Asma’ al-Husna’.

Mungkin karena itu, maka kedua nama ini sering menjadi kata majemuk dan kemudian dianggap sebagai umm al-Asma’. Secara teologis, al-Rahman dan al-Rahim digunakan untuk menjustifikasi bahwa sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala lebih menonjol sebagai Tuhan Keibuan atau kelembutan (The Feminine God) ketimbang Tuhan kebapakan atau kejantanan (The Masculine God).

Allah subhanahu wata’ala digambarkan sebagai Tuhan Maha Lembut (al-Lathif), yang lebih tepat untuk dicintai ketimbang untuk ditakuti. Bagaimana cintanya seorang ibu terhadap anaknya sulitdikatakan dengan kata-kata, karena itu ibu sering diidentikkan dengan Rahim (setimbang fa’il) berarti sangat pencinta.

Sedangkan Allah subhanahu wata’al menyebutkan diri-NYA dengan Rahim (setimbang fa’il) berarti Maha Pencinta. Secinta apapun seorang ibu terhadap anaknya, jauh lebih cinta Tuhan terhadap hamba-NYA, karena kualitas cinta ibu hanya sampai ke tingkat raahim, sedangkan Allah subhanahu wata’ala berada di puncak cinta, rahim.

Implementasi teologisnya, sebesar apapun dosa seseorang jika datang dengan tobat sempurna (al-taubah al-nashuhah), maka ia akan menjumpai Tuhannya sebagai Maha Penyayang yang tentu Maha Lapang untuk memaafkan. Sebesar apapun dosa hamba-NYA jika yang datang adalah diri-NYA sebagai Maha Pengampun (al-Gafur), maka pengampunan – pengampunan-NYA jauh lebih besar ketimbang dosa yang paling besar.

Inilah makna ayat: Katakanlah: “Hai hamba-hamba-KU yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. al-Zumar (39): 53).

Orang-orang yang menghampiri Tuhan dengan kualitas Rahman Rahmaniyyah tidak perlu terbebani dosa besar. Yang penting ia harus bersedia kembali dengan kesadaran penuh dan bertekad untuk tidak akan pernah lagi mengulangi perbuatan dosanya lagi.

Tidak ada dosa besar jika yang datang Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta Maha Pengampun. Namun, perlu diingat bahwa tidak ada dosa kecil jika yang datang Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Adil (al-Adl) dan Maha Pendendam (al-Muntaqim). Tidak boleh kita memanfaatkan kemahapengampunan Tuhan untuk melakukan dosa dan kesalahan secara sengaja.


Inilah makna pengulangan nama al-Rahman dan al-Rahim di dalam basmalah. Allah subhanahu wata’ala memiliki 99 nama yang lebih dikenal dengan al-Asma’ al- Husna’ dan nama al-Rahman dan al-Rahim bukan hanya ditempatkan sebagai urutan pertama dan kedua, tetapi kedua nama ini paling sering terulang penyebutannya di dalam Al-Qur’an, bahkan kedua nama ini memonopoli semua lafadzbasmalah. Semoga dengan pemahaman dan kesadaran mendalam kita terhadap surah al-Fatihah, khususnya lafadz basmalah, dapat menambah dekat dan lebih dekat lagi kita terhadap Sang Pemilik nama tersebut. [***/goes]

Related posts

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, MAKNA ESOTERIS Kumandang Adzan

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’