Khutbah Jumat di Masjid Istiqlal Jakarta, DR KH M SAAD IBRAHIM MA Bahas antara Keislaman & Keindonesiaan

JAKARTA [POSBERITAKOTA] – Dalam khutbahnya di Masjid Istiqlal Jakarta, Jumat 16 Jumadil Akhir 1445 H/29 Desember 2023 sebagai penutup tahun dan jelang memasuki Tahun Baru 2024, DR KH M Saad Ibrahim MA selaku khotib menyerukan untuk kita semua agar bertaqwa kepada Allah SWT, melaksanakan perintah-NYA, meninggalkan larangan-NYA.

Sedangkan salah satu perintah-NYA adalah agar kita membaca, memahami, merenungkan dan mengambil ibrah, mengambil pelajaran dari ayat-ayat-NYA. Tersebutlah salah satu ayat-NYA di dalam Al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13, Allah SWT berfirman:
يتأيها الناس إنا خلقنكم من ذكر وأنثى وجعلنكم شعوبا
وقبائل لتعارفوا إن أكرمكم

Yang artinya : “Wahai sekalian manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku- suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Mahateliti”.


Menurut KH M Saad Ibrahim terkait pelajaran yang dapat kita petik dari ayat ini banyak sekali. Berikut ini adalah antara lainnya:

1. Pencipta manusia itu adalah Allah SWT, suatu ajaran aqidah yang menjadi pembeda penting dari faham atheis.
2. Allah SWT menciptakan manusia bermula dari Adam dan Hawwa“, lalu berkembang berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
3. Tujuan penciptaan bervariansi itu adalah agar satu sama lain saling kenal mengenal.
4. Puncak kemuliaan manusia berbanding lurus dengan capaian puncak ketaqwaannya.
5. Taqwa adalah aktifitas berislam, sementara Islam itu sendiri ditawarkan kepada semuanya, kepada semua jenis laki-laki dan perempuan, bangsa dan suku mana pun, sehingga semua mempunyai peluang yang sama untuk menjadi mulia, bahkan yang termulia di sisi Allah SWT.
6. Allah SWT itu Maha Mengetahui, dan pengetahuan-NYA sangat
seksama, sangat rinci.

Ditambahkan bahwa ungkapan agar kalian saling mengenal, juga bermakna :

1. Islam memandang manusia secara positivistik, yakni pada dasarnya manusia itu baik, karena lahir dalam keadaan fithrah: cenderung kuat untuk mengakui adanya Allah SWT, berpihak pada kebenaran, kebaikan, keindahan, dan bahkan kemerduan. Jika tidak ada pandangan positivistik ini, tidak ada gunanya ta’aruf dengan sesama. Sebab yang terjadi kemudian adalah permusuhan: Homo humini lupus, manusia adalah serigala bagi sesama.
2. Pentingnya mengambil pelajaran bahwa masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
3. Keniscayaan untuk saling mengambil pelajaran dari kelebihan dan kekurangan masing-masing, demi capaian kesempurnaan semuanya.
4. Masing-masing pada posisi yang sama, termasuk sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan sama-sama diciptakan oleh Allah SWT.
5. Adanya keharusan untuk saling menghormati, saling mendengar, saling menasehati, saling memberikan kebaikan, saling bersaudara sebagai sama-sama keturunan Adam dan Hawwa, saling membangun kerukunan dan kedamaian.
6. Segala bentuk eksploitasi, penjajahan, kelaliman terhadap sesama amat bertentangan dengan ajaran ini.
7. Ta’aruf merupakan bagian utama hablun min al-nas, sekaligus tangga penting untuk memperkokoh hablun min Allah, untuk memperkuat ma’rifatullah:
من عرف نفسه فقد عرف ربه
Yang artinya:Barang siapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Allah SWT. Mengenal diri, tentu juga mencakup mengenal sesama”.

Pada bagian lain lagi, KH M Saad Ibrahim menyebutkan bahwa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang bersuku-suku ini tentu termasuk yang dituju oleh ayat 13 Al Qur’an Surat al-Hujurat. Oleh karena itu, seluruh ‘ibrah yang kita ambil dari ayat ini berlaku juga untuk kita.

“Maka, marilah kita mengambil ‘ibrah terhadap kelebihan bangsa yang lain, serta menawarkan kelebihan yang bangsa ini miliki. Menjaga dan menyempurnakan kelebihan bangsa merupakan keniscayaan. Keramahan, gotong royong, kerukunan, toleransi adalah sebagian dari kelebihan yang dimiliki bangsa ini,” pintanya.

Selain itu, ajak KH M Saad Ibrahim, seyogyanya kita rawat itu semua. Jangan pernah kelebihan ini menjadi rusak, hanya karena perbedaan agama, suku, pilihan politik misalnya. Bisa-bisa hari-hari ini kelebihan bangsa tersebut, terasa goyah dan goyah.

Pada bagian akhir khutbahnya, disebutkan kriteria yang dituntunkan oleh ayat menyatakan: ‘Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah yang paling taqwa‘. Taqwa sebagai kriteria tentu hanya bisa dicapai orang Islam, dan itu maknanya antara lain bahwa kita yang mayoritas sebagai ummat Islam di negeri ini mesti menampilkan diri sebagai ummat teladan terdepan. Seluruh ajaran yang tersurat maupun tersirat tentang ta’aruf di ayat harus menjadi prilaku nyata dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Semoga Allah SWT,
menolong kita semua!” © [RED/AGUS SANTOSA]

Related posts

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri