OLEH : JACOB ERESTE
JIKA masih percaya dengan suara rakyat adalah suara Tuhan, maka kecurangan dalam Pemilu 2024 yang menilep suara rakyat, itu sama halnya dengan (telah) menilep suara Tuhan juga. Artinya, dosa mereka yang melakukan kecurangan pada Pemilu 2024, jelas sangat tiada terkira.
Seperti kata Prof Salim Said, banyak orang yang melakukan kecurangan dengan melanggar peraturan dan perundang – undangan – tak sekedar etika – memang merasa tidak takut kepada Tuhan. Contoh ini nyata dari perbuatan nyata yang tidak taat kepada Pancasila dan UUD 1945 sebagai indikator dari pengkhianatan terhadap bangsa dan negara Indonesia.
Karena itu, sosok atau orang tersebut tidak memenuhi syarat untuk disebut negarawan alias tidak pantas menjadi pemimpin nasional bangsa Indonesia yang besar dan bahkan sangat besar dalam berbagai hal.
Iming-iming pemberian Sembako (Sembilan Bahan Pokok) BLT (Bantuan Langsung Tunai) termasuk angin surga lainnya yang disodorkan sudah selesai bagi rakyat, karena tidak lagi mungkin tergoyah dari pilihan sikapnya terhadap sosok calon pemimpin maupun sosok wakil rakyat yang telah menjadi ketetapan hati nurani yang jujur, ikhlas dan percaya sepenuh hati pada sosok terbaik atas pilihan yang sadar, bahwa mereka itu kelak yang akan menentukan kondisi dan situasi Indonesia lebih baik di masa mendatang.
Artinya, kesadaran warga masyarakat Indonesia untuk menentukan pilihan terbaik dan pilihan terjitu dari pemimpin dan wakil rakyat dalam Pemilu 2024 telah disadari serta dipahami sebagai penentu masa depan seluruh rakyat akan lebih baik — lurus menuju cita-cita proklamasi bangsa Indonesia – terbebas juga dari kemiskinan dan kebodohan. Jadi bukan cuma sekedar bebas dari penindasan dan kezaliman.
Oleh karena itu, pelaksanaan Pemilu 2024 termasuk dalam memilih wakil rakyat untuk semua tingkatan harus jujur dan beradab dengan mengedepankan etika, moral dan akhlak mulia manusia, hingga pelaksanaan Pemilu 2024 harus dijaga dan diawasi bersama dengan baik, agar tidak terjadi tindak kecurangan yang artinya akan merugikan rakyat. Karena suara dari pilihan rakyat bisa diselewengkan menjadi suara setan.
Sebab, mereka yang menang dengan cara yang curang akan bersikap dan bertingkah laku seperti setan juga. Akibatnya, amanah serta mandat yang diperoleh dari rakyat itu palsu, dan tidak akan mendatangkan berkah bagi mereka yang mendapatkannya secara culas.
Kesadaran dan pemahaman rakyat betapa pentingnya kehidupan dalam berbangsa dan bernegara telah bertumbuh dengan baik, utamanya bagi Generasi Z (Gen Z) yang selama ini dianggap abai terhadap masa depan yang akan dan harus mereka warisi dari kondisi dan situasi yang dibangun pada hari ini.
Maka itu upaya untuk ikut menjaga, mengawasi dan melakukan kontrol terhadap perilaku pelaksana Pemilu akan dicermati dan diikuti secara seksama, agar Pemilu 2024 dapat berjalan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil (Luber & Jurdil) serta berkeadaban. Sebab pada gilirannya nanti semua itu akan menjadi bekal Generasi Z untuk menyongsong masa depan yang lebih baik, dari apa yang sudah dilakukan pada hari ini. (***/goes)
(PENULIS adalah Jacob Ereste merupakan pemerhati masalah perpolitikan di Tanah Air, kini tinggal di Kota Depok)