OLEH : USTADZAH NURUL FAJRIAH
RAMADHAN, pasti memiliki kesan tersendiri dalam hati dan perjalanan hidup kita. Di bulan ini, Allah subhanahu wata’ala memberi kita kesempatan untuk menyelam pada samudera pembelajaran, ujian dan hikmah dari bulan suci Ramadhan. Memahami Ramadhan sebagai bulan yang penuh dengan pembelajaran, Ramadhan setidaknya mengajarkan kita enam hal, di antaranya sebagai berikut :
1. PEMBELAJARAN RUHIYAH
Pembelajaran pertama yang Ramadhan ajarkan kepada kita ialah perihal ruh, qalbu atau hati. Di bulan ini, kita dilatih untuk memiliki hati yang lembut, sehingga kita akan senantiasa merasa tenang dan senang hati, untuk dekat dengan Allah subhanahu wata’ala.
Kita akan mendapati diri kita selalu merasa butuh untuk kembali dekat dengan Allah SWT. Di Ramadhan, kita pasti akan dapati masjid diramaikan dengan tilawah, orang-orang berbondong-bondong datang ke masjid untuk menunaikan shalat dan bahkan lisan tidak absen untuk berdzikir dan bershalawat.
2. PEMBELAJARAN JASADIYAH
Saat berpuasa di bulan Ramadhan, kita akan melatih diri untuk menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar, hingga terbenamnya matahari. Ramadhan melatih kita untuk mengakrabkan raga dan jiwa. Maksudnya, saat raga berlatih untuk menahan lapar dan haus, jiwa akan selalu mengingatkan diri, bahwasannya memang tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah subhanahu wata’ala.
3. PEMBELAJARAN AKAL
Pada bulan Ramadhan, kita akan mulai membuka diri untuk menerima ilmu. Kita akan mulai memprioritaskan waktu dengan duduk di majelis ilmu dan menyimak setiap kajian yang sedang disampaikan. Dari situ, kita dapat simpulkan bahwa berkahnya bulan Ramadhan, juga memberi kita kesempatan untuk menambah ilmu, wawasan dan pengetahuan.
4. PEMBELAJARAN MENAHAN HAWA NAFSU
Sejatinya, diantara 99 nama Allah subhanahu wata’ala, terdapat Al-Ghafur, yang berarti Maha Pemberi Ampunan. Allah SWT pun berfirman pada Quran Surat Yusuf ayat 53:
で
وَمَا أُبَرِئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيَ
إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ )
Artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang” (QS. Yusuf Ayat 53).
Sementara itu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
إذَا دَخَلَ رَمَضَانُ صُفّدَتِ الشَّيَاطِينُ ، وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الجنةِ ، وَغُلّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ
Artinya: “Ketika masuk bulan Ramadhan maka syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup” (HR. Bukhari dan Muslim).
Terbukanya pengampunan Allah SWT di bulan Ramadhan, menjadikan kita perlu senantiasa melatih diri untuk sabar, bersyukur, disiplin, saling mengasihi, dan berbuat kebaikan.
5. PEMBELAJARAN IBADAH MALIYAH (HARTA)
Bulan Ramadhan juga melatih kita untuk senang dalam berbagi kepada sesama. Hal itu bisa digambarkan saat kita menunaikan zakat, berbuat baik kepada orang lain, beramal, atau justru memberi makanan sahur dan berbuka puasa untuk orang lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Artinya: “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka
baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa
mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga”
(HR. Tirmidzi no. 807).
6. MELATIH KECERDASAN INTRAPERSONAL & INTERLPERSONAL
Dalam poin ini, kita sadari bahwa memang bulan Ramadhan telah banyak melatih kita untuk memahami niat setiap hal yang kita lakukan, memahami nilai kebersamaan, toleransi dan saling berbagi. Selain itu, kita juga akan terbiasa mengasah rasa empati kita karena telah merasakan apa yang orang lain rasakan. Misalnya, dalam menahan lapar dan haus, kita ikut merasakan apa yang orang lain rasakan dengan kondisi tersebut.
Sehingga, setelah kita dapati pelajaran dan hikmahnya, usai Ramadhan kita akan bisa simpulkan, apakah diri kita sudah layak menjadi lulusan Ramadhan yang terbaik, serta menjadi kelompok hamba–NYA yang bertaqwa?
Semoga Allah subhanahu wata’ala menerima setiap amal ibadah yang kita lakukan, karena sesungguhnya yang berhak menentukan ialah Allah subhanahu wata’ala, setelah kita berusaha mengerjakan segala perintah-NYA. (***/goes)