JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Melalui momentum memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS), Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono mencanangkan Kampung Siaga Tuberkulosis (TBC), di Gedung Perpustakaan Nasional RI, Jakarta Pusat, Rabu (8/5).
Sedangkan acaranya itu sendiri diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemandirian masyarakat dalam mencegah Tuberkulosis dan sekaligus guna memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS).
Dalam kesempatan tersebut, Heru Budi meminta sinergi dari seluruh jajaran untuk mewujudkan Kampung Siaga TBC dan merealisasikan Jakarta bebas TBC pada 2030. Terutama untuk pimpinan walikota, bupati, camat, sampai lurah untuk mengikuti acara ini.
“Sebab, TBC ini adalah penyakit yang saya sebut seperti kapal selam. Dia diam, tidak ada suara, tapi terus menularkan masyarakat Jakarta. Oleh karenanya, saya minta camat dan lurah, dan tentunya walikota maupun bupati untuk konsisten bisa menurunkan TBC,” tegasnya.
Ditambahkan Heru Budi bahwa upaya untuk menekan kasus TBC merupakan prioritas Pemprov DKI Jakarta. Bahkan, Undang-undang Daerah Khusus Jakarta (DKJ) mengatur agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dialokasikan untuk menanggulangi penyebaran TBC di Jakarta.
“Tentunya, UU DKJ ini, sekitar lima persen anggaran harus dialokasikan ke keluraha, makanya ini bisa untuk program menuntaskan TBC. Selanjutnya, mulai hari ini kepala Puskesmas jika ada warga non-Jakarta yang berobat di sini, kita obati dengan baik. Selain itu, wajib bersurat ke kepala daerah yang bersangkutan. Hal ini agar bisa dilakukan pendataan warga masing-masing sebagai upaya menekan penyebaran TBC,” ucap Heru Budi, lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati, menerangkan bahwa Hari Tuberkulosis Sedunia tahun ini mengusung tema ‘Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis‘. Bahkan, melalui tema ini diharapkan akan tercipta kesadaran lebih besar tentang masalah TBC di Indonesia.
Menurut dia bahwa Kampung Siaga TBC akan dibuka di 267 RW yang akan dibangun mulai hari ini hingga September 2024. Upaya ini akan dilanjutkan dengan Inovasi Percepatan Penanggulangan TBC dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar terkait TBC, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan promosi kesehatan yang masif di setiap Kampung Siaga TBC yang telah terbentuk.
“Dalam bulan Oktober 2024 nanti, akan dilaksanakan pemberian apresiasi kepada 5 (lima) Kampung Bebas TBC terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, meliputi aspek yang akan dinilai yaitu ketersediaan kebijakan, sarana prasarana, upaya penemuan dan pendampingan kasus, aspek promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, inovasi yang dilakukan dan capaian indikator program pengendalian TBC,” lanjut Ani.
Diterangkannya bahwa pada 2023 di Jakarta ditemukan 60.420 kasus TBC baru,16% di antaranya atau sebanyak 9.684 merupakan pasien anak. Dari seluruh penderita TBC baru tiap tahunnya, ternyata 14% di antaranya belum menjalani pengobatan dengan alasan tidak percaya bahwa dirinya menderita TBC atau takut diberhentikan dari pekerjaan atau dikucilkan masyarakat. Padahal, pengobatan TBC telah diberikan secara gratis. Hal ini ditambah lagi dengan masih adanya pasien yang putus berobat sebanyak 14 persen.
“Kondisi itu jelas menyebabkan insidensi TBC di DKI Jakarta masih tinggi, yaitu sebesar 535 per 100.000 penduduk. Sedangkan target eliminasi TBC yang telah ditetapkan secara nasional adalah 65 per 100.000 penduduk. Artinya, kita harus menurunkan insidensi TBC dari 60.420 kasus pada tahun 2023, menjadi sekitar 6.901 kasus pada tahun 2030 atau 1/8 dari kondisi saat ini,” papar Ani, menyudahi keterangannya. © RED/AGUS SANTOSA