JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Sebagai ‘Putra Mahkota’ Yordania, Pangeran Hussein bin Abdullah, berani mempertanyakan normalisasi hubungan diplomatik negaranya dengan Israel. Pemikiran itu muncul karena perdamaian tak akan tercapai akibat ulah Israel melancarkan agresi ke Palestina.
“Jadi, ini tidak akan mencapai perdamaian. Jika orang-orang (Israel) tidak percaya rakyat Palestina diberikan hak, mereka tak percaya perdamaian dan tidak akan menerima hubungan normal (normalisasi),” ungkap Pangeran Hussein, seperti dikutip dari Kantor Berita Al- Arabiya, Rabu (29/5/2024).
Dikatakannya bahwa Yordania saat ini tengah mengalami sebuah dilema dalam ‘pertempuran diplomatik dan politik’, seusai Israel melancarkan serangan brutal tanpa henti ke Rafah, Gaza, Palestina.
Karena itulah, Pangeran Hussein juga meragukan normalisasi dan perjanjian perdamaian antara negara-negara Arab dengan Israel. Penyebabnya, karena ia merasa mereka tidak cukup berupaya untuk mengakhiri perang yang tengah berkecamuk di Gaza.
“Bahkan kami terkejut dengan ketidakmampuan dunia menghentikan pembantaian di Gaza. Masyarakat di wilayah tersebut telah kehilangan kepercayaan terhadap komunitas internasional,” tutur Pangeran Hussein.
Seperti diungkapkan Pangeran Hussein bahwa lebih dari 35.000 orang telah terbunuh – 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. “Berapa jumlah korban jiwa yang harus kita ambil, agar dunia dapat mengambil tindakan? Ini adalah nyawa manusia, bukan sekadar angka,” tambahnya.
Pada sisi lain, Pangeran Hussein juga menyebut bahwa Yordania sedang mempertimbangkan lebih lanjut, yakni terkait posisi diplomatis dan politik Yordania terhadap Israel.
Sedangkan sebelumnya, Yordania dan Israel telah menjalin hubungan diplomatik, politik dan ekonomi sejak menandatangani perjanjian damai pada 1994. Namun hubungan kedua negara kian memburuk usai agresi Israel yang berlangsung sejak Oktober tahun lalu.
Ternyata dukungan serupa juga muncul dari akar rumput yang menuntut agar Yordania memutus hubungan dengan Israel. Bahkan, Hussein pun pernah mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, karena mencoba menyeret negaranya ke dalam konflik yang sedang terjadi.
Tentang konflik yang sedang terjadi dan hendak memasuki bulan ke delapan itu telah menewaskan lebih dari 36.000 orang di Jalur Gaza. Sedangkan Hamas yang disebut-sebut menjadi dalang agresi awal itu menjadi respons terhadap penindasan Israel yang telah terjadi selama puluhan tahun.
Lalu, Pangeran Hussein pun mengungkap terdapat hal manipulatif dari pihak Negeri Zionis terhadap perang yang sedang berlangsung. “Pemerintah Israel berusaha mempromosikan ke seluruh dunia bahwa konflik dimulai pada 7 Oktober,” ujar Pangeran Hussein.
“Maka itu, marilah kita kembali ke masa sebelum 7 Oktober, dan semua pidato Yang Mulia Raja (Raja Abdullah II dari Yordania) dalam 25 tahun terakhir, dan bagaimana beliau memperingatkan bahwa terus melanggar hak-hak rakyat Palestina akan mengakibatkan bencana di wilayah tersebut. Lihatlah apa yang terjadi hari ini,” tegasnya.
Namun sejauh ini, terdapat segelintir upaya yang dilakukan oleh beberapa negara guna menyelesaikan konflik itu. Dimana Israel tak menanggapi hal tersebut secara serius hingga menimbulkan berbagai krisis serius. © RED/APRILIO R/EDITOR : GOES