SOLO (POSBERITAKOTA) – Pernah mampir ke Warung Sate Kambing ‘Mbok Galak‘? Itu lho makanan khas Solo yang terletak di pinggir Jalan Mangun Sarkoro No. 122, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Rasanya belum lengkap mengenal Kota Solo (Surakarta-red), kalau belum nyoba menyambangi Warung Sate ‘Mbok Galak‘ yang sudah ada sejak zaman Presiden Soeharto hingga era Joko Widodo (Jokowi). Termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun, pernah mengaku jadi pelanggan dari tempat atau warung kuliner tersebut.
Menu Sate Kambing, Sate Buntel, dan Tengkleng tercatat masih memiliki rasa yang maknyus sampai sekarang. Tak heran jika kemudian masih sering bikin kangen para pelanggannya dari seluruh antero (daerah) di Indonesia. Sejumlah pejabat sampai orang kecil (orang biasa), selama punya duit ternyata masih mempavoritkan Warung Sate ‘Mbok Galak‘ di Solo tersebut.
Sudarto (66 tahun), pemilik Warung Sate Kambing ‘Mbok Galak’, mengaku merasa bersyukur karena bisa menjaga usaha kuliner yang pernah dirintisnya bersama istri tercintanya (almarhumah Bu Sakiyem alias Mbok Galak).
Kembali dikisahkan Sudarto tentang penamaan ‘Mbok Galak‘ lantaran sang istri kerapkali bicara keras (kencang) terhadap karyawan atau pegawainya. Dari situlah kemudian muncul kesan sebagai sosok perempuan yang galak.
Sedangkan julukan itu sendiri, lanjutnya, justru diberikan oleh seorang Bos Agen dari salah satu perusahaan rokok di daerah Singosaren, Kota Surakarta, Jawa Tengah, tepatnya ditahun 1983 silam. Bahkan dikenal sebagai pelanggan tetap dari Warung Sate Kambing ‘Mbok Galak’.
Di sisi lain, Sudarto berharap usaha kuliner keluarganya ini, bisa diteruskan ke anak-anaknya. Yang terpenting, harus tetap menjaga kualitas rasa Sate Kambing, Sate Buntel dan Tengkleng. Termasuk dalam soal pelayanan ke pelanggan.
“Kualitas daging yang untuk bikin Sate Kambing dan Sate Buntel serta Tengkleng (kepala kambing), harus bisa dijaga betul,” ucap pria asli Solo seraya menyebut dalam sehari bisa habis 5 ekor kambing. Sedangkan kalau Hari Raya Idhul Fitri (Lebaran) malah bisa 10 ekor.
Berikut testimoni dari para pelanggan tetap yang kebetulan tengah bertandang untuk makan siang di Warung Sate Kambing ‘Mbok Galak’, Sabtu (13/7/2024) kemarin. Mereka malah ada yang mengaku nyaris tak bisa melupakan untuk datang ke sini, jika berkesempatan melewati Kota Solo.
“Saya sudah jadi pelanggan sejak 5 tahunan lalu. Jadi, kalau mau ke Surabaya, pasti mampir ke sini. Rasa Sate Kambing-nya masih tetap ajeq dengan bumbu khas. Wah, pokoknya, maknyus banget!” Begitu puji Sunaryo (55 tahun) kepada POSBERITAKOTA, Sabtu (13/7/2024).
Rohana (42 tahun) yang datang bersama rombongan ke Warung Sate Kambing ‘Mbok Galak’, kebetulan baru datang dari Cirebon. Tujuannya mau datang ke Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Surakarta. “Ini waktunya pas, sebelum waktu Dzuhur, kami makan dulu di sini,” tutur dia, apa adanya.
Bagaimana soal harga? Perempuan yang mengaku sebagai pekerja profesional tersebut, justru tak mempermasalahkan.
“Buat kami yang penting rasanya masih terjaga. Karena, kenikmatan rasa bisa mengalahkan segalanya,” jawabnya.
Sate Kambing ‘Mbok Galak’ sampai saat ini sangat menjaga keasrian tempatnya. Dengan di dominan warna merah, baik dinding maupun meja untuk tempat makan pelanggan, tak memiliki arti apa-apa. © RED/AGUS SANTOSA