JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Guna mengatasi persoalan sampah yang semakin meningkat di Provinsi Banten, Universitas Paramadina mengajak kerjasama Bank Sampah Melati di Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
Sedangkan program tersebut dilakukan merupakan bagian dari Pengabdian Masyarakat yang didanai oleh hibah dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikti), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Patut diketahui bahwa Provinsi Banten tercatat menghasilkan 4,95 juta ton sampah dalam tiga tahun terakhir, dengan peningkatan volume sampah sebesar 30% pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini menyebabkan tempat pembuangan akhir (TPA) seperti Cipeucang di Serpong sudah mencapai kapasitas maksimal. Masalah ini memerlukan keterlibatan berbagai pihak, tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat luas.
Namun sebagai langkah konkret, Bank Sampah Melati didirikan oleh warga setempat dengan tujuan mengurangi volume sampah rumah tangga. Bank sampah ini menerima sampah daur ulang seperti plastik dan kardus yang kemudian ditukar dengan nilai rupiah, yang dapat disimpan oleh warga dan ditarik sewaktu-waktu. Namun, selama ini pengelolaan data di Bank Sampah Melati masih dilakukan secara manual.
“Setelah melihat antusiasme warga dalam mengelola sampah, tim dari Universitas Paramadina berinisiatif memberikan dukungan teknologi untuk meningkatkan efisiensi operasional Bank Sampah Melati,” ucap Adrian Wijanarko, salah satu anggota tim dari Universitas Paramadina, Kamis (26/9/2024) kemarin di Jakarta.
Seperti diketahui bahwa bersama dengan dosen Retno Hendrowati dan Devi Wulandari serta melibatkan mahasiswa dari Program Studi Teknik Informatika, Naina Camila dan Mahdiyah Husen Balfas dari Prodi Psikologi. Sebagai bagian dari Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Universitas Paramadina memberikan pelatihan penggunaan aplikasi banksampah.id.
Ternyata aplikasi tersebut dapat membantu pengurus Bank Sampah Melati dalam mengelola data sampah, mencatat transaksi sampah terjual, hingga melaporkan pendapatan dari penjualan sampah secara lebih efisien.
“Jadi, kami berharap bahwa Bank Sampah Melati bisa menjadi prototipe penerapan teknologi yang dikembangkan oleh perguruan tinggi dan industri, serta dapat diimplementasikan di masyarakat lebih luas,” tutur Adrian Wijanarko.
Sementara itu Devi Wulandari lebih menekankan terhadap pentingnya peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah. Ia bilang permasalahan sampah tidak bisa diselesaikan hanya dengan infrastruktur, tetapi juga harus ada perubahan perilaku dari masyarakat.
“Justru melalui program ini, kami memberikan pelatihan perilaku sehat kepada warga untuk mendukung pengelolaan sampah yang lebih baik dan berdampak positif terhadap kesehatan lingkungan,” ucap Devi.
Dalam program tersebut juga menekankan pendekatan green economy, yang menjadi salah satu fokus kolaborasi ini. “Green economy mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, di mana pengelolaan limbah yang efisien bukan hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat yang terlibat,” imbuh Retno Hendrowati, lagi.
Tentu dengan keterlibatan Universitas Paramadina, diharapkan bakal ada perubahan signifikan dalam cara masyarakat memandang dan mengelola sampah rumah tangga secara berkelanjutan. ® REL/GOES