JAKARTA (POSBERITAKOTA) – “Itu amanah dan tidak boleh menolak”. Penggalan kalimat pendek tersebut terlontar dari ucapan Prof Dr KH Nasaruddin Umar MA, setelah Presiden RI Prabowo Subianto menunjuk dirinya untuk menduduki posisi sebagai Menteri Agama (Menag RI).
Prof Nasaruddin Umar menjabat Menteri Agama (Menag RI) di ‘Kabinet Merah Putih’ 2024-2029 Prabowo-Gibran untuk menggantikan Yaqut Cholil Qoumas yang tidak dipilih lagi. Pelantikan sudah dilakukan di Istana Merdeka, Senin (21/10/2024) kemarin.
Sebelum resmi ditunjuk sebagai Menag RI, Prof Nasaruddin pun berkisah tentang pemanggilannya yang tiba-tiba oleh Prabowo sebagai Presiden RI Terpilih. Ia dipanggil Prabowo untuk datang ke kediamannya di Kartanegara.
“Hal itu betul-betul sangat surprise ya. Saya nggak menyangka dan saya kaget juga. Yang jelas, daya nggak pernah membayangkannya untuk jabatan tersebut,” ucap Kyai asal Ujung- Bone, Sulawesi Selatan, itu menambahkan.
Bukan cuma itu saja. Prof Nasaruddin mengaku tidak pernah ada pembicaraan soal posisi menteri bersama Prabowo maupun orang di sekitar lingkungan Partai Gerindra sebelum-sebelumnya.
Bikin kaget dan terkejut, manakala mendapat undangan dari ajudan Presiden RI Prabowo Subianto untuk datang ke Kartanegara. Sampai akhirnya mengetahui dengan pasti, kalau dirinya diminta untuk menduduki jabatan sebagai Menag RI.
Seperti diketahui bahwa Prof Dr KH Nasaruddin Umar MA, lahir di Ujung-Bone, Sulawesi Selatan pada 23 Juni 1959. Dirinya merupakan seorang ulama dan akademisi yang telah berkontribusi besar dalam bidang keagamaan serta pendidikan di Indonesia.
Selanjutnya, Prof Nasaruddin Umar menyelesaikan pendidikan S1 di IAIN Alauddin Makassar. Lalu, melanjutkan S2 dan S3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain di dalam negeri, Nasaruddin juga memperdalam ilmunya di luar negeri, termasuk belajar di McGill University, Kanada dan juga sebagai salah satu mahasiswa yang menjalani Program Ph.D di Universitas Leiden, Belanda (1994-1995).
Begitu mendapatkan gelar doktoral, ia pernah menjadi sarjana tamu di Sophia University, Tokyo (2001), sarjana tamu di SOAS University of London (2001-2002), dan sarjana tamu di Georgetown University, Washington DC (2003-2004).
Tak heran berkat pengalaman akademiknya yang luas serta wawasan ke-Islaman yang mendalam, menjadikannya seorang pemikir progresif yang sering membahas isu-isu seperti kesetaraan gender dalam Islam dan moderasi dalam beragama. Bahkan terhitung ada 12 buku yang sudah ditulisnya seputar isu tersebut.
Justru diluar karir akademisnya, Prof Nasaruddin Umar juga memiliki peran signifikan di dunia politik dan pemerintahan. Sebelum menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Agama pada periode 2011-2014 dalam Kabinet Indonesia Bersatu II dibawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Patut menjadi catatan bahwa dipilihnya Prof Nasaruddin Umar, bisa menjadi sentimen semakin positif bagi kehidupan umat Islam di Tanah Air. Kenapa? Karena sejak 10 tahun belakangan, banyak kejadian terkait kehidupan umat Islam di masyarakat yang mengundang pro dan kontra. ® RED/THONIE AG & AGUS S