JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Penyair Pulo Lasman Simanjuntak baca puisi karya sendiri berjudul “Ibunda” pada peluncuran (launching) buku antologi puisi bersama “Membaca Ibu, Ibu Aku Anakmu” bertempat di Aula Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Lantai 4, Gedung Panjang Ali Sadikin di Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Selasa sore (24/12/2024) kemarin.
Buku antologi puisi bersama “Ibu, Aku Anakmu” berisikan sajak-sajak karya 96 penyair dari seluruh Indonesia dengan kurator Andi Mahrus dan Octavianus Z dengan QRCBN 62-159-6075-661, cetakan pertama Desember 2024.
Pada parade baca puisi tersebut tampil pertama dibuka oleh Penyair Jose Rizal Manua, Sukardi Wahyudi, Exan Zen, Fanny J.Poyk, Rissa Churia, Rohani Din (Singapura), Abang Patdeli (Kuala Lumpur, Malaysia), Nasya Indarpramesti (Universitas Indonesia), Farinnisa Aulia (UGM) dan sejumlah generasi Milenial (Gen Z) dari berbagai universitas.
Sementara itu ikut pula baca puisi narasumber yang hadir yakni Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Veronica Tan membaca puisi berjudul “Ucap Ibu” dan Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati D. Djojohadikusumo yang dalam buku antologi puisi bersama itu memuat judul puisi “Warisan Luka, Balutan Cinta” serta “Berkah, Berkah, Tanggungjawab Duniaku Menantikan Kehadiranmu“.
Berikut adalah puisi “Ibunda” yang dibacakan Penyair Pulo Lasman Simanjuntak.
IBUNDA
1// minggu siang tak secerah yang lalu
hari itu ada musibah
letih tubuh menangis sukma
bunda pergi untuk selama-lamanya
sakit dan penderitaan
2// dengarlah suara lirih sajak ini dimuntahkan dari isi hati
meskipun jasadmu dalam liang kubur
rohmu pasti mendengar terjahit dalan batin terluka
3// engkau meninggalkan kami
kenangan dan nirmala pesan sorga pasti tempatmu
kebaikanmu jadi pahala siap membuka pintu-pintu langit biru
4// ketika mulutmu sudah lumpuh
tak bisa bicara ketika perutmu tak bisa mengunyah manna
aku seolah-olah merasakan penyakit kutuk
sehingga airmata ini terus mengalir
ke tong sampah rumah sakit beracun
5// kupandang lagi tubuhnya yang makin mengecil
mau bersatu mesra
dengan malaikat maut
aku tak bisa berbuat apa-apa
selain terus menulis sajak ini
tentang doa yang sekarat sepi yang makin kurus nyawa yang tak terurus. © RED/RAMADHAN ALDIANSYAH/EDITOR : GOES