32.1 C
Jakarta
28 December 2024 - 14:12
PosBeritaKota.com
Syiar

Beginilah Kisahnya, MAKNA DI BALIK POHON TERANG NATAL dalam Al-Qur’an

OLEH : BAMBANG SAPUTRA

SEBAGIAN di antara kita mungkin ada yang belum tahu tentang Kisah Pohon Terang. Uraian singkat ini semoga dapat mengantarkan pemahaman dan sedikit pencerahan bagi kita semua.

Dalam Al-Qur’an Surah Thâhâ/20: ayat 10-14 digambarkan bahwa Nabi Musa AS melihat Api dari kejauhan. Setelah mendatangi Api itu, Nabi Musa AS pun melihat pohon terang laksana terbakar, tetapi tidak terbakar.

Bagi Nabi Musa AS, pohon terang adalah cahaya milik Tuhan yang melambangkan hadirnya kehidupan baru bagi manusia menuju puncak kesadaran akan Kemahahadiran Tuhan dalam setiap dimensi kehidupan.

Di balik peristiwa pohon terang itu sendiri, Nabi Musa AS dipilih Tuhan menjadi Rasul-NYA dan menerima wahyu-NYA. Pohon terang adalah lambang kebijaksanaan (wisdom).

Peristiwa Nabi Musa AS melihat pohon terang (Api) ini sama halnya seperti dilihat Nabi Muhammad SAW, ketika Mi’raj sampai ke Sidrah al-Muntaha.

Sidrah adalah pohon yang melambangkan kebijaksanaan dan kearifan. Nabi Muhammad SAW melihat dalam bentuk pohon terang yang diliputi kegermerlapan cahaya. Inggris-nya Luth Tree. Sedangkan Al-Muntaha artinya puncak tertinggi.

Ketika Nabi Muhammad SAW sampai ke Sidrah al-Muntaha (Luth Tree), artinya Nabi Muhammad SAW telah mencapai puncak kearifan yang tertinggi. Tiada lagi puncak kearifan setelah itu sepanjang kemampuan manusia biasa.

Maka dari itu, dalam agama Semitik atau agama Abrahamistik (agama rumpun Ibrahim, yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam), terdapat lambang pohon terang.

Keberadaan pohon terang itu idealnya justru dimaknai sebagai cahaya milik Tuhan yang melambangkan hadirnya kehidupan baru bagi manusia menuju puncak kesadaran akan Kemahahadiran Tuhan dalam setiap dimensi kehidupan.

Dan, bukan untuk diperdebatkan tanpa dasar pengetahuan dan keinsafan yang mendalam dengan bernada saling merendahkan, sehingga sejatinya membuat yang bersangkutan jauh dari kehadiran Tuhan.

Demikian juga pada perayaan Natal ada pohon terang yang keberadaannya tidak perlu diperdebatkan. Bahkan sampai berbuntut saling mengkafir – kafirkan atau saling melontar kata-kata sesat antar sesama umat beragama.

Di sisi lain, apakah umat Nasrani memaknai pohon terang sebagai lambang keinsyafan? Yakni untuk menuju kebijaksanaan dan kearifan yang sejati guna mendekatkan diri kepada Tuhan atau pohon terang hanya sebatas sebagai ornamen/dekorasi pada perayaan Natal, maka semuanya tergantung pada mereka. (***/goes)

(PENULIS : BAMBANG SAPUTRA adalah Cendekiawan Muslim, kini tinggal di Jakarta)

Related posts

Bahas Surah Al-Khaf, ‘FITNAH KEHIDUPAN’ Ragam Bentuk Ujian atau Cobaan (1)

Redaksi Posberitakota

DI CILEUNGSI BOGOR, LKPPQ GELAR SYAHADAH TARTIL & DIKLAT SEHARI DEMI TINGKATKAN KOMPETENSI GURU AL-QURAN

Redaksi Posberitakota

Momentum Ramadhan 1440 H, H BECENG Minta Warga Jakarta Melupakan Perbedaan

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang