JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Dalam suasana penuh keakraban dan diselingi gelak tawa ikut mewarnai acara Halal Bihalan dengan Kyai Haji Said Aqil Siroj di Jakarta, Senin (7/4/2025) yang baru lalu.
Bahkan, KH Aqil yang sedang dalam kondisi kurang fit, tetap memaksakan hadir di SAS (Said Aqil Siroj Center) di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. “Dalam dua hari belakangan ini, saya sedang sakit gusi,” keluhnya.
Karena itu pula, kesulitan makan dan sakitnya membuat dia tak nyaman dan tidurnya tak nyenyak. “Sore ini, saya juga janjian ke pergi ke dokter, ” lanjutnya.
KH Said Aqil yang dikenal sebagai Ketua Umum PBNU 2010- 2021 dan kini menjadi penasehat (Mustasyar) di PBNU 2022-2027, nongol di SAS Center dengan mengenakan kemeja hijau muda elegant (sage) dan kehadirannya mendapat sambutan hangat dari para tamu yang sudah menantikan kehadirannya.
“Karena kondisi kesehatan beliau, tak berani menerima banyak tamu,” ungkap Rakhman selaku Sekretaris Yayasan SAS Center.
Selain para relasi, sahabat dan wartawan, terdapat pula tamu khusus dari Kanada, Dr Omar Farooc Kalair. Yakni bertujuan untuk silaturahmi dan konsultasi terkait ke-Islaman di Indonesia.
“Saya pernah datang ke sini, tapi 15 tahun lalu. Sekarang saya kembali sudah banyak berubah. Tapi, saya senang berada di sini, karena semua makanannya, halal,” tegas doktor ekonomi berdarah Pakistan yang sedang membuat perbandingan produk halal di Indonesia. Dia pun datang bersama Budiman Indrajaya, seorang pengusaha Muslim, CEO Urun RI.
“Saya lahir dan merupakan warga Kanada. Ada dua juta Muslim atau 4,9 % dari populasi di Kanada saat ini. Juga ada 10 warga Indonesia juga di sana, ” ungkapnya. Sebagai warga Kanada, dirinya sangat paham bahasa Inggris dan Prancis, selain Arab.
Kepada para kolega (tamunya-red), Kyai Aqil menyampaikan informasi bahwa NU memegang peranan penting di Indonesia sejak negeri ini berdiri. Bahkan menjadi perekat kerukunan bangsa yang besar ini.
Sejak awalnya posisi para kyai NU jelas, ingin membentuk negara kesatuan dan bukan negara agama. Kepada tamu asingnya, Kyai Aqil memperkenalkan konsep ‘Hubul waton minal iman’, dimana mati demi Tanah Air Mati Sahid.
Barang siapa berkhianat kepada negeri layak dibunuh. Terbukti negara kesatuan lebih aman dan damai dibanding negara agama yang ternyata mudah konflik seperti di kawasan Timur Tengah
Menurut Kyai Aqil bahwa yang utama adalah negara kesatuan yang kuat. Barulah memperjuangkan nilai Islam. Sehingga NU-lah yang mencoret 7 kata kewajiban menjalankan syariat Islam.
“Indonesia kuat dulu. Bersatu dulu di atas Tanah Air yang kuat. Jadi, tidak membahas perbedaan latar belakang suku dan agama dan alirannya,” katanya, mengakhiri wejangannya.
Sedangkan untuk tamu-tamu yang lain yang bersilaturahmi dengan Kyai SAS adalah sejumlah direktur BUMN, Dirut Jansa, Direktur Pelindo dan wartawan yang selama ini dekat dengan KH Aqil Siraj (SAS). © REL/AGUS SANTOSA