PosBeritaKota.com
Megapolitan

Ditengah Zaman Digital, IBU AYE Tetap Bertahan Jualan Koran & Majalah di Ibukota

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Ditengah zaman yang sudah serba digital, ada pergeseran budaya baca pada masyarakat kebanyakan. Baik itu oleh kalangan orangtua, remaja maupun anak-anak. Apalagi bagi mereka di Ibukota (Jakarta) yang serba memungkinkan mendapatkan dengan mudah alat canggih berupa handphone (HP).

Namun kenyataan itu, nyaris tak ada dalam pikiran Ibu Aye yang kini sudah menginjak usia 56 tahun. Semangatnya patut diapresiasi, karena masih menjadikan pekerjaan sebagai penjual koran maupun majalah (cetak), tumpuan harapan untuk mendapatkan penghasilan tetapnya.

Bisa dibayangkan jika perempuan renta yang mengaku tinggal di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat, harus bergegas setiap paginya untuk datang ke kawasan Palmerah, guna mendapatkan barang dagangan andalannya, yakni koran dan majalah.

Hal itu ternyata rutin dilakukan Ibu Aye, setelah menjalani sholat Shubuh dan beres-beres rumah. Setelah mendapatkan barang dagangan (koran dan majalah), ia pun langsung menuju halte bus TransJakarta dan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Dukuh Atas, Jakarta Pusat.

“Hampir setiap pagi, saya begini. Harus jualan koran dan majalah. Syukur alhamdulillah, ada saja yang mau beli. Dari situ, ya bisa dapat keuntungan kecil, buat tambah-tambah kebutuhan bagi kehidupan keluarga saya,” ceritanya kepada POSBERITAKOTA yang menemuinya belum lama ini.

Masih menurut penuturan Ibu Aye, dirinya setiap hari mendapat jatah untuk menjual koran dan majalah. Bahkan, diakui, mendapat jatah puluhan ekslempar dari koran dan majalah yang diterbitkan/produksi Gramedia Kompas Group. Malah disebutkan kalau dirinya mendapat transport hanya untuk menjual koran dan majalah.

“Kalau soal nilai transport yang saya terima, ya lumayan. Belum lagi dari keuntungan, jika koran dan majalah, laku terjual,” ucap Ibu Aye yang nyaris tak pernah takut kena operasi penertiban dari Satpol PP atau Tibum karena berjualan di sekitar halte bus TransJakarta atau Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat.

Hal yang bikin Ibu Aye tetap bersemangat untuk berjualan koran dan majalah, karena ada saja yang mau membeli. Bahkan, kata dia, datang dari kalangan anak muda. Salah satunya adalah mahasiswa/mahasiswi. Namun ada juga masyarakat umum.

“Kalau ditanya soal penghasilan, ya cukup untuk tambahan biaya dapur keluarga saya,” tegas Ibu Aye sambil rapi-rapi barang dagangannya hampir ludes terjual.

Tak salah memang jika menyebut sosok Ibu Aye merupakan salah satu ‘pejuang‘ pers, karena setidaknya dapat mempertahankan budaya baca di masyarakat, khususnya terhadap media mainstream cetak, koran dan majalah. © RED/TB DEVI IRAWAN/EDITOR : GOES

Related posts

Diumumkan Pansel Secara Terbuka, ADA 10 NAMA LOLOS Seleksi Administrasi Sekda DKI Jakarta

Redaksi Posberitakota

Berslogan ‘Jagoan Harus Percaya Diri’, SWARGALOKA ART Raih Apresiasi Berkat Sukses Gelar Festival Ksatria 2.0 di TIM

Redaksi Posberitakota

Selain Capai Target Tingkatkan Level Perusahaan, JXB Juga Berharap Perkuat Bisnis Pariwisata & Aktivasi Ruang Publik di 2025

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang