BEKASI (POSBERITAKOTA) – Memasuki penghujung bulan Syawal ini, marilah kita berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menjaga dan menata diri serta meluruskan niat hati kita untuk terus patuh dan taat kepada Alloh dan Rosul-NYA.
Selain itu jangan lupa pula untuk senantiasa mempererat tali persaudaraan antar kita, yakni guna menghindari segala bentuk permusuhan yang dapat merusak sendi-sendi persatuan umat manusia.
Ajakan tersebut disampaikan KH Drs Muhammad Makhtum dalam khotbah Jumatnya di Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Gerbang Timur, Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jumat (25/4/2025).
Menurut Kyai Makhtum seperti dijelaskan di dalam Al-Quran, betapa pentingnya menjaga tali persaudaraan dan Alloh Ta’ala berfirman:
*إنما المؤمنون إخوة فاصلحوا بين اخويكم واتقوا الله لعلكم ترحمون*
Artinya: “Sesungguhnya orang – orang beriman itu adalah bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudara kalian dan bertakwalah kepada Alloh agar kalian mendapat kasih sayang.” (QS. Al-Hujurat: 10)
*معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله*
Disebutkan pula bahwa betapa pentingnya menjaga persaudaraan. Sebab, hal ini merupakan anugerah dan karunia besar dari Alloh Ta’ala yang harus benar-benar dijaga dan dipelihara. Apalagi sebagai wasilah terciptanya sebuah kerukunan, ketenangan, ketentraman serta kedamaian antar umat manusia, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:*_
*أيها الناس أفشوا السلام و أطعموا الطعام وصلوا الأرحام وصلوا بالليل والناس نيام تدخلوا الجنة بسلام*
Artinya: “Wahai manusia, tebarkanlah salam/perdamaian, dan berikanlah makan(peduli sosial), dan sambunglah tali silaturrahim, serta sholat malamlah saat manusia terlelap tidur, maka niscaya kalian pun akan masuk surga dengan penuh keselamatan.” (HR. Tarmidzi)
Melanjutkan khotbahnya, Kyai Makhtum menyampailan bahwa melalui ibadah di bulan suci Ramadhan yang lalu, lahir batin kita tentunya sudah dilatih dan digembleng oleh Alloh Ta’ala. Selain itu harus diikuti dengan peningkatan kebaikan di bulan Syawal.
“Dan, seharusnya hati kita sudah dipenuhi dengan adab dan sifat-sifat mulia. Yang diantaranya tumbuh berkembang rasa kasih sayang, kepekaan dan kepedulian sosial, berjiwa pemaaf serta menjauhkan diri dari berbagai macam sifat madzmumah atau tercela,” urainya.
*معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله*
Lebih jauh Kyai Makhtum dalam khotbahnya memaparkan bahwa membangun persaudaraan/ukhuwah diantara kita, amatlah penting untuk dilakukan. Sebab, persoalan ini tidak hanya sekedar dapat mempererat hubungan sosial, namun lebih dari itu juga akan dapat memperkokoh serta memperkuat barisan umat untuk menghadapi berbagai tantangan zaman dimasa yang akan datang.
“Dengan begitu, kesadaran hati dan pikiran kita akan mampu memperkecil berbagai bentuk permusuhan. Karena, hal tersebut pasti akan menimbulkan adanya dampak buruk yang amat menyusahkan dan meresahkan,” ulasnya.
Kyai Makhtum kemudian menukil salah satu hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim. Dimana menyebutkan bahwa permusuhan akan memunculkan dosa-dosa lain yang diantaranya dosa hasud, ghibah (menggunjing), fitnah, adu domba serta dendam kebencian,
Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:*_
*…لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ، يَلْتَقِيَانِ, فَيُعْرِضُ هَذَا, وَيُعْرِضُ هَذَا, وَخَيْرُهُمَا اَلَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*
Artinya: “Tidak halal bagi seorang Muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, keduanya bertemu namun saling berpaling dan berpaling. Dan yang terbaik di antara keduanya adalah yang memulai salam/menyapa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada bagian lain khotbahnya, Kyai Makhtum, menyebutkan bahwa permusuhan juga akan dapat melemahkan persatuan, meretakkan dan memporak-porandakan keutuhan umat. Selain dapat membuka lebar pintu-pintu fitnah serta kehancuran sosial.
“Pada penghujung Syawal yang penuh dengan keberkahan ini, kiranya janganlah kita menodainya kembali dengan noda-noda kebencian yang tak berujung pangkal. Karena itulah, sangatlah tepat bilamana Syawal menjadi momentum untuk saling memaafkan dan melakukan perdamaian, terkhusus di penghujungnya,” paparnya, menambahkan.
Dikatakan Kyai Makhtum bahwa Rosululloh صلى الله عليه وسلم sendiri adalah contoh teladan bagi kita. Kenapa? Karena, beliau memiliki sifat pemaaf yang amat luar biasa. Dimana saat beliau menaklukkan Kota Makkah, beliau mampu memaafkan seluruh kaum Quraisy yang selama bertahun-tahun telah menyakitinya.
“Oleh sebab itu, hendaknya kita bersegeralah meminta maaf bila melakukan kesalahan. Atau memaafkan orang lain dengan tulus, meskipun hati terasa berat, namun tetap mendo’akan kebaikan bagi mereka yang pernah menyakiti kita. Hal inilah bentuk nyata kita di dalam mengamalkan nilai silaturahmi dan persaudaraan di dunia nyata,” urainya.
Kyai Makhtum tak lupa mengajak para jamaah dalam menutup bulan Syawal, yakni dengan membersihkan hati dari kebencian dan permusuhan. Selain senantiasa mempererat persaudaraan dengan kuat sebagai buah manis dari ibadah kita.
“Semoga Alloh Ta’ala melembutkan hati kita. Memudahkan lisan kita untuk meminta dan memberi maaf serta meringankan tangan kita untuk berjabat erat dalam bingkai persaudaraan,” ucapnya, lagi.
Sebagaimana Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:*_
*مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ( رواه مسلم)*
Artinya: “Siapa saja yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Alloh akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan, siapa saja yang memudahkan orang yang sedang kesulitan, niscaya Alloh mudahkan baginya di dunia dan akhirat.” © RED/AGUS SANTOSA