32.2 C
Jakarta
21 June 2025 - 12:42
PosBeritaKota.com
Opini

Premanisme, SEJARAH KELAM & ISLAM Sebagai Solusi Peradaban

OLEH : BENZ JONO HARTONO

PREMANISME bukan sekadar aksi kriminal jalanan, tetapi merupakan wajah gelap dari kekuasaan informal yang berkembang dalam ruang-ruang kosong penegakan hukum.

Ia lahir dari kerapuhan institusi, tumbuh subur dalam ekosistem sosial yang timpang dan kadang kala dibungkus oleh romantisme “jagoan kampung” yang melindungi rakyat kecil. Namun, sejarah mencatat, premanisme lebih banyak menjadi alat represi, perpanjangan tangan kekuasaan gelap, dan biang kehancuran tatanan sosial.

ASAL-USUL & EVOLUSI PREMANISME DI INDONESIA

Premanisme di Indonesia memiliki akar sejarah panjang, bahkan sebelum kemerdekaan. Dalam konteks kolonial, keberadaan para jago (pemuda kuat yang disegani) di kampung-kampung sering menjadi mediator kekuasaan antara pemerintah kolonial dan masyarakat adat.

Mereka seringkali bertindak sebagai penagih pajak, pengumpul upeti, atau pengatur pasar, atas nama kekuasaan kolonial maupun bangsawan lokal. Namun, posisi ini memberi mereka kekuasaan informal yang tidak jarang disalahgunakan.

Pada masa Orde Lama dan Orde Baru, premanisme mengalami transformasi menjadi bagian dari aparatus negara bayangan. Di era Soeharto, misalnya, kelompok – kelompok preman diinkorporasi dalam sistem kekuasaan melalui institusi dan kelembagaan dibawah Naungan Wadah Politik atau preman bayaran untuk membungkam oposisi. Kekerasan politik 1965 menjadi contoh paling nyata bagaimana kekuatan preman digunakan sebagai alat negara untuk tujuan politik.

Setelah reformasi, premanisme tidak lenyap. Justru ia bermetamorfosis menjadi entitas yang lebih cair, dari penguasa terminal, pengatur parkir liar, tukang pukul organisasi massa, juru tagih hingga mafia tanah dan pengusaha tambang ilegal. Preman hari ini bisa berseragam, duduk di parlemen, atau berkamuflase sebagai tokoh ormas.

PREMANISME & KEKOSONGAN MORAL

Yang menjadi masalah utama bukan semata tindakan kekerasannya, tetapi absennya nilai moral dan spiritual dalam sistem yang membentuk manusia menjadi “preman”.

Premanisme tumbuh saat negara gagal memberi keadilan, masyarakat kehilangan arah hidup, dan nilai agama hanya menjadi simbol.

Preman bukan sekadar produk sosial, tetapi juga gejala dari krisis peradaban. Saat manusia tidak lagi merasa diawasi Tuhan, dan hukum negara tak lagi berwibawa, maka hukum rimba akan mengambil alih.

ISLAM JALAN SOLUSI MENUJU PERADABAN

Islam, sebagai agama yang sempurna dan menyentuh seluruh aspek kehidupan, menawarkan solusi komprehensif untuk menghentikan premanisme, bukan hanya dengan menindak, tapi dengan membina, mendidik, dan mengubah paradigma.

1. TAUHID SEBAGAI FONDASI MORAL

Akar segala kejahatan adalah hilangnya kesadaran akan Allah. Tauhid, keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah dan ditaati, menghancurkan mentalitas preman yang ingin berkuasa di luar hukum dan moral. Seorang mukmin yang sejati tidak akan mengambil hak orang lain dengan cara zalim, karena ia sadar bahwa segala perbuatannya akan dihisab.

2. SYARIAT SEBAGAI SISTEM PENEGAK KEADILAN

Dalam sistem Islam, tidak ada ruang bagi kekuasaan liar. Hukum ditegakkan secara adil, tanpa pandang bulu. Pencuri dihukum, pemeras ditindak, dan rakyat dilindungi oleh sistem yang menjamin keadilan substantif, bukan sekadar prosedural.

3. TARBIYAH (PENDIDIKAN) SEBAGAI BENTUK PENCEGAHAN

Islam tidak hanya menghukum, tetapi juga membina. Dakwah, pendidikan akhlak, dan pembentukan kepribadian Islami adalah jalan preventif untuk mencegah lahirnya preman-preman baru. Banyak kisah nyata tentang preman yang bertobat dan berubah total setelah mengenal Islam secara kaffah.

4. UKHUWAH ISLAMIYAH & KEHIDUPAN SOSIAL YANG ADIL

Islam membangun solidaritas sosial yang kuat. Dalam masyarakat Islam yang sehat, tidak ada ruang bagi kekuasaan liar yang merugikan orang lain. Ketika hak-hak dasar warga terpenuhi — pendidikan, kesehatan, ekonomi — maka lahan subur bagi premanisme ikut hilang.

MENUTUP JALAN PREMANISME DENGAN PERADABAN ISLAM

Premanisme bukan hanya soal kriminalitas, tapi soal kegagalan sistemik. Maka solusi untuk memberantasnya haruslah sistemik pula. Islam menawarkan bukan hanya penegakan hukum, tetapi pembinaan akhlak, keadilan sosial, dan ketundukan spiritual.

Perubahan sejati tidak cukup dengan represi aparat atau operasi bersenjata. Ia harus dimulai dari perubahan akidah, dibarengi dengan penerapan hukum yang adil dan ditopang oleh masyarakat yang bersatu dalam nilai-nilai Islam.

“Resiko sosial biasa” dan agama masih diletakkan di ruang ibadah semata, maka kekerasan akan terus beranak pinak. Maka, saatnya Islam tak hanya menjadi identitas, tapi juga solusi nyata dalam membangun peradaban yang bebas dari premanisme. (***/goes)

(PENULIS : BENZ JONO HARTONO adalah Praktisi Media Massa, kini tinggal di Jakarta)

Related posts

Menggunakan Slogan ‘Penak Jamanku To?’, PRABOWO SUBIANTO Mampu Gabungkan Pola Gaya Kepemimpinan Soekarno – Soeharto & Jokowi

Redaksi Posberitakota

Anies, ‘OEMAR BAKRI’ & Pendidikan untuk Orang Miskin

Redaksi Posberitakota

Pergi Haji Seharga Rp 373,9 – 975,3 Juta Batal, KETIKA VISA LANGIT Ditutup

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang