BEKASI (POSBERITAKOTA) – Melalui khotbah Jum’atnya di Masjid Zam-Zam RW 022 Perumaha Villa Gading Harapan (VGH) Kebalen, Babelan, Bekasi – Drs KH Muhammad Makhtum selaku imam dan khotib, menyebutkan bahwa momentum Idhul Adha juga mengajarkan kepada kita untuk dapat memberikan pengorbanan totalitas atas segala sesuatu yang kita lakukan dan kita cintai.
Disebutkan pula bahwa begitu istimewanya Idhul Adha sehingga kita harus menyambut dan sekaligus memuliakannya dengan penuh sukacita. Juga dengan meningkatkan berbagai macam amal kebajikan. Sebab, hal itu jelas sebagai ciri khas hamba Alloh Ta’ala yang bertaqwa.
Sedangkan hal pertama dan utama, ditambahkan Kyai Makhtum melanjutkan khotbahnya, marilah senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Alloh Ta’ala. Yakni dengan menjalankan segala perintah-NYA dan menjauhi segala larangan-NYA. Juga memperbanyak mengucapkan Alhamdulillah wasy sukru Lillaah.
“Dengan menampakkan rasa syukur kita kepada Alloh Ta’ala atas segala nikmat yang telah diberikan, sedang diberikan dan akan diberikan kepada kita dengan tiada tara dan tiada bandingannya. Sehingga kita sama sekali tidak akan pernah sanggup untuk menghitungnya, baik dari nikmat yang terlembut sampai nikmat yang paling kasar, dari nikmat yang terkecil sampai dengan nikmat yang paling besar, lahir batin, seluruhnya adalah anugrah dan karunia Alloh Ta’ala. Dan, apapun nikmat yang berhubungan dengan diri kita, maka keseluruhannya adalah dari Alloh Ta’ala,” urainya, panjang lebar.
Selanjutnya, Kyai Makhtum menggambarkan bahwa pada hari ini kita yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji, justru dapat menjumpai kesempatan istimewa. Apa itu? Yakni merayakan Idhul Adha yang secara kebetulan bertepatan dengan hari Jum’at. Hal ini sebuah perayaan kegembiraan dan sekaligus menjadi momentum bersedekah atau berbagi daging qurban kepada kaum kerabat, tetangga dan kaum dhuafa.
“Sedangkan sebelumnya, tadi pagi kita pun telah melaksanakan sholat Idhul Adha yang kemudian dilanjutkan dengan proses penyembelihan hewan qurban sunnah sebagai wasilah bertaqorrub kepada Alloh Ta’ala. Juga sekaligus menjadi ajang dan ladang ibadah sosial bagi para pelakunya,” katanya.
Masih dalam khotbah Jum’atnya, Kyai Makhtum memaparkan bahwa hal tersebut kita lakukan sebagai bentuk kesadaran, juga kemauan dan wujud rasa syukur atas banyaknya nikmat Alloh Ta’ala yang diberikan kepada kita.
“Lebih dari itu, dari momentun Idhul Adha juga mengajarkan kepada kita untuk dapat memberikan pengorbanan totalitas atas segala sesuatu yang kita lakukan dan kita cintai,” urainya.
Juga digambarkan begitu istimewanya momentum Idhul Adha, sehingga kita harus menyambut sekaligus memuliakannya dengan penuh sukacita. Bahkan dengan meningkatkan berbagai macam amal kebajikan, dimana sebagai ciri khas hamba Alloh Ta’ala yang bertaqwa.
“Baik itu dengan meningkatkan amalan Sunnah maupun mengetatkan amalan Wajib dalam rangka menyambut dan memuliakannya,” ucapnya.
Lebih jauh, Kyai Makhtum menambahkan bahwa pada hari Nahr atau Hari Raya Idhul Adha ini, amalan yang paling dicintai oleh Alloh Ta’ala adalah mengalirkan darah penyembelihan hewan qurban yang dilakukan dengan penuh keikhlasan.
Hal tersebut sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW
صلى الله عليه وسلم :*_*عن عائشه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ما عمل إبن آدم يوم النحر عملا أحب إلى الله عز وجل، من هراقة الدم، وإنه ليأتى يوم القيامة بقرونها واظلافها واشعارها، وإن الدم ليقع من الله عز وجل بمكان قبل أن يقع على الأرض، فطيبوا بها نفسا ( رواه الترميذى)*
Dari Sayyidah ‘Aisyah, Nabi bersabda: “Tidaklah pada hari Nahr manusia beramal dengan suatu amalan yang paling dicintai oleh Alloh Ta’ala, melebihi daripada mengalirkan darah hewan qurban. Dan, bahwasanya ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduknya, kukunya dan juga rambutnya. Dan, sungguh, darah tersebut akan sampai kepada Ridlo Alloh Ta’ala sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berqurban.
“Dikatakan Kyai Makhtum tentang hal yang perlu kita ketahui di dalam berqurban adalah bahwasanya yang diterima oleh Alloh Ta’ala bukanlah daging dan darahnya. Namun yang diterima oleh Alloh Ta’ala adalah nilai ketaqwaan atas ketulusan dan keikhlasan dalam berqurban.Hal ini sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur’an:
لن ينال الله لحومها ولا دماءها ولكن يناله التقوى منك
“Tidak akan pernah sampai kepada Alloh Ta’ala daging qurban itu, dan tidak pula darahnya, namun yang akan sampai kepada -NYA adalah ketaqwaan dari kalian.”Karena itu pula, lanjut Kyai Makhtum, supaya setiap amalan yang kita lakukan diterima oleh Alloh Ta’ala, maka hendaknya amalan tersebut dapat memenuhi syarat-syaratnya yakni dilakukan dengan dasar ilmu, dengan niat yang benar dan dibarengi dengan keikhlasan serta kesabaran.
Setidaknya ada 2 hal penting yang ditegaskan oleh Alloh Ta’ala dari ayat tersebut :
Pertama, bahwa penyembelihan hewan ternak sebagai Qurban, merupakan salah satu bentuk simbolik dari tradisi warisan terbaik Nabi Ibrahim AS, sekaligus merupakan syi’ar dari ajaran Islam.
Kedua, Alloh Ta’ala hanya menginginkan nilai ketaqwaan, dari orang yang menyembelih hewan ternak tersebut sebagai ibadah Qurban.Indikasi ini sejalan dengan peringatan Rasulullah
صلى الله عليه وسلم
“Sesungguhnya Alloh Ta’ala tidak melihat bentuk luar kita dan harta benda kita, akan tetapi yang Dia lihat adalah hati dan perbuatan kita.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sedangkan usaha mendekatkan diri kepada Alloh Ta’ala terutama melalui ibadah qurban, dapat kita lakukan secara terus-menerus sepanjang tahun. Maka karena itulah agama Islam disebut sebagai jalan menuju pendekatan diri kepada Alloh Ta’ala.
Sementara di dalam melakukan ibadah qurban, sifatnya adalah dinamis dan tiada pernah berhenti, yakni menempuh jalan yang hanya berujung kepada ridha Alloh Ta’ala.”Dengan demikian, wujud yang paling penting dari qurban adalah seluruh perbuatan baik yang kita lakukan.
Sehubungan dengan perintah untuk berqurban di atas, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم , pada setiap tahunnya senantiasa menyembelih hewan qurban dan tidak pernah meninggalkannya.
Meskipun dari sisi ekonomi beliau termasuk orang yang menjalani hidup sangat sederhana seadanya dan ala kadarnya, beliau tidak mempunyai rumah yang indah nan megah, apalagi mobil yang mewah. Bahkan tempat tidurnya hanya terbuat dari tikar anyaman daun kurma. Dan ummat yang baik tentunya akan meneladani serta mengikuti Sunnahnya tersebut.
“Oleh karenanya bagi kita orang Islam yang telah mempunyai kemampuan untuk berqurban, namun enggan dan terasa berat, hingga tidak mau melaksanakannya, maka boleh dikenakan sanksi sosial. Yakni dikucilkan dari pergaulan masyarakat Muslim. Sebab, kebakhilan dan kepelitan yang dimilikinya.
Menutup khotbahnya, Kyai Makhtum selaku khotib ingin mengajak dan menghimbau kepada seluruh warga jama’ah Masjid Zam Zam. Apabila hari ini dan tiga hari kedepan, diberikan kelancaran, kemudahan dan keluasan harta, maka tampakkanlah rasa syukur atas nikmat yang kita terima.
“Berqurban lah dengan penuh semangat, guna meraih ketaqwaan dan bersama kita semarakkan syi’ar Idhul Adha.
Janganlah menjadi orang yang pelit dan kikir dengan membohongi diri sendiri atas nikmat yang Alloh Ta’ala berikan. Yakni sejatinya telah diberikan kemampuan, namun tidak ada kemauan kuat untuk melaksanakannya.
Bahkan, Nabi Muhammad SAW bersabda:
من كان له سعة ولم يضح فلا يقربن مصلانا (رواه احمد وابن ماجه
“Barangsiapa yang memiliki kemampuan untuk berqurban namun ia tidak mau melakukannya, maka jangan sekali-kali ia mendekati tempat sholat kami.” © RED/AGUS SANTOSA.