Solihin HD SH : Meski Bunuh Diri Harus Tetap Diselidiki

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Banyak faktor yang membuat seseorang mengakhiri hidup secara tidak wajar alias bunuh diri.  Apalagi kasus tersebut kian marak terutama di kota-kota besar. Yang lebih mengejutkan lagi, peristiwa ini justru terjadi di tempat keramaian seperti di mal atau apartemen dekat jalan besar.
Memang selama ini, kasus bunuh diri banyak dilakukan karena faktor pribadi yang diakibatkan soal ekonomi, asmara dan bahkan soal penyakit yang tak kunjung sembuh. “Namun apa pun alasannya, kalau kematian seseorang tidak wajar, ya harus tetap diselidiki,” ucap Solihin HD SH.

Ketua Lembaga Studi Hukum Cikditiro (LSHC) ini menyatakan bahwa kasus bunuh diri di tempat  keramaian dari lantai tertinggi terjadi karena agar si pelakunya yakin dapat menghakhiri hidupnya dan dapat dilihat orang banyak. 

“Meski demikian tetap saja ini harus diselidiki, agar polisi benar-benar tahu apa latar belakang perbuatan itu. Bisa saja ini juga menyangkut politik atau ada keterkaitannya dengan pihak lain,” katanya.

Jadi, tambah Solihin HD SH, jangan melihat siapa yang melakukan hal ini, tapi lihat latar belakangnya. “Kalaupun yang bunuh diri adalah masyarakat kecil, bisa saja hal itu dilakukan karena dia diancam atau bisa saja merupakan satu anggota mafia yang bermasalah.”

Namun, katanya lagi, kebanyakan pelaku bunuh diri merupakan orang-orang yang banyak terlibat soal ekonomi. “Apakah ia telibat utang-piutang atau juga pengusaha yang mulai bangkrut,” ucap dia sambil menyebutkan namun bisa juga frustasi lantaran penyakitnya yang tak kunjung sembuh.

Menyangkut soal materi, tambahnya, tidaklah dapat dipungkiri kalau  hampir semua kebutuhan utama di dunia ini membutuhkan apa yang kita kenal sebagai ‘uang’, “Inilah barangkali yang menjadi salah satu alasan paling umum mengapa seseorang melakukan bunuh diri,” ucap dia.

Mereka yang tidak berkecukupan terkadang merasa tertekan dan mencoba mencari berbagai cara instan untuk mendapatkan uang tersebut, baik dengan hutang, berbuat kejahatan, dan banyak lainnya. “Dari sinilah rasa tertekan tersebut membuat beberapa orang sudah tidak tahan lagi dan mengambil jalur singkat yaitu dengan bunuh diri,” ucapnya.

Penyebab paling umum tidak lain adalah depresi. Berbeda halnya dengan frustasi dan stres yang sekedar emosi. “Sebab, depresi adalah sebuah kondisi medis berkepanjangan dimana orang merasa tertekan dan tidak bersemangat sepanjang waktu. 

Singkatnya dalam jangka waktu yang relatif panjang, ia merasa sedih, gelisah, k0osong, putus asa dan tidak berdaya,” katanya.

Mereka yang merasakan hal-hal seperti ini seakan-akan sudah tidak melihat arti dari kehidupan. Bahkan pada titik tertentu, orang-orang yang mengalami depresi tidak lagi bersemangat untuk melakukan hal-hal yang ia senangi sebelumnya.

“Kalau pada akhirnya orang tersebut harus melakukan tindak tersebut, ini memandakan kurangnya keimanan seseorang. Untuk itu disinilah sejak dini perlu adanya pemahaman  agama yang dianutnya. Dan yang terpenting banyak bersosialisasi dengan masyarakat, sehingga ketika ada masalah bisa diambil jalan keluar,” ujarnya. ■ Red/Bw

 

Related posts

Lulus & IPK-nya 3.94, DARMAWAN YUSUF Raih Gelar Doktor dengan Predikat Cumlaude dari Universitas Sumatera Utara

Kagak Ada Kapoknya, PESINETRON RIO REIFAN Kembali Berurusan dengan Polisi karena Kasus Narkoba

Atas Dugaan Korupsi Gereja Kingmi Mile 32 Mimika, KUASA HUKUM Ingin Ajukan Kliennya Sebagai Justice Collaborator