PROSTITUSI, judi dan madat (Narkoba) tak akan pernah hilang jika manusia masih menghuni bumi ini. Sebab, sepanjang peradaban manusia, selalu dibekali berbagai macam watak (baca : karakter). Termasuk dua karakter yang selalu bertolak belakang, yakni hitam (buruk) dan putih (baik).
Nah, karena peradaban manusia yang makin tua (dunia), kecenderungan karakter buruk (hitam) makin kuat. Apalagi jika dibaluti perasaan serakah, selalu merasa hebat atau sudah sukses dalam kehidupan. Sedangkan semua itu bisa didapat secara instan atau jalan pintas.
Bang Patroli pun sempat merasakan dan melakukan investigasi panjang seputar Narkoba. Mulai dari jenis ganja, ektasy dan bahkan sampai mengenal apa itu sabu-sabu? Begitu mudah masuk dalam jerat barang-barang haram tersebut, tapi amat sulit untuk melepaskan atau meninggalkannya.
“Padahal bicara soal kenikmataan hanyalah sesaat. Kadang bisa jadi pemicu semangat atau daya fantasi kerja. Tapi, tak sedikit yang hancur kehidupannya karena jerat Narkoba,” ucap Bang Patroli dalam setiap testimoni pada anak-anak muda (remaja).
Namun dari obrolan santai dengan salah seorang pengusaha tempat hiburan malam di Jakarta, Bang Patroli dibuat kaget bukan kepalang. Ia bilang blak-blakan, selama masih ada tempat hiburan malam (diskotek, pub, nigth club atau sekelas kafe out door dan in door), peredaran Narkoba tak akan habis.
Kenapa bisa begitu, kejar Bang Patroli penasaran? “Awalnya orang datang ke tempat hiburan cari kesenangan. Namun tanpa disadari, lambat laun justru terdorong untuk mencoba. Apalagi jika sudah dibeli kebiasaan doyan merokok dan minum-minuman keras,” jawab Hans, manajer satu tempat hiburan yang selalu mendampingi bosnya yakni ‘Mr X’.
Dikisahkan dia lebih jauh, ada contoh tempat hiburan (diskotek-red) di kawasan Mangga Besar, Kota, Jakarta Barat, harus mengeluarkan ‘setoran’ ke aparat atau institusi mencapai ratusan juta setiap bulannya.
Nah, dari mana uang ‘setoran’ itu didapat? “Mereka menyisihkan dari uang penjualan ekstasy (inex). Bayangkan, jika satu butir inex sekarang ini, harganya mencapai Rp 500 ribu,” jelas sumber Bang Patroli.
Padahal untuk bahan bikin satu butir inex, bisa jadi tak lebih dari Rp 50 ribu. Jadi, cari keuntungan 10 kali lipat dari modal. Disebutkan Rp 300 ribu keuntungan, disisikan untuk dibagi-bagi ke aparat dan instansi tertentu, agar tempat hiburannya tak dijadikan sasaran operasi pemberantasan Narkoba.
Bang Patroli cuma bisa berdecak heran. Sampai kapan itu berlangsung? Atau, harus menunggu ada korban over dosis massal, seperti di diskotek, rumah karaoke atau tempat hiburan tertentu lain. Wallahualam!!! ■ Red/Agus Santosa