JAKARTA (POSBERITAKOTA) ■ Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI), Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Drs Oegroseno SH akan bertemu Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi untuk menyampaikan tentang rencana diadakan rekonsiliasi nasional tenis meja seluruh Indonesia. Pertemuan itu sendiri akan berlangsung di Kantor Kemenpora, Senin (2/7).
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Oegroseno kepada wartawan baru-baru ini di Jakarta. Menurut mantan Wakapolri bahwa upaya rekonsiliasi ini dilakukan paska keputusan hukum dan BAORI (Badan Arbitrase Olahraga Republik Indonesia).
Sedangkan BAORI dalam putusannya pada 7 Juni 2018 lalu, menetapkan bahwa Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munasluber) PTMSI (27-28 Maret 2018) tidak sah, karena Munasluber tersebut diselenggarakan oleh KONI Pusat dan hal tersebut dinyatakan oleh BAORI sebagai cacat hukum.
Dengan demikian sejak putusan tersebut kepengurusan PB PTMSI pimpinan Datu Sri Tahir MBA periode 2018-2022 secara otomatis batal demi hukum. Menurut Oegroseno, KONI Pusat gagal memfasilitasi upaya Munasluber PTMSI, sehingga perlu dilakukan rekonsiliasi nasional tenis meja Indonesia.
Namun berdasarkan aturan hukum, PP PTMSI tidak akan melakukan rekonsiliasi dengan PB PTMSI pimpinan Datu Sri Tahir MBA, melainkan hanya dengan PB PTMSI yang ditinggalkan oleh Lukman Edy.
Karena itu, Oegroseno berharap rekonsiliasi dapat dilakukan sebelum Asian Games (AG) berlangsung, tentu saja dengan alasan agar Pemerintah cq Menteri Pemuda dan Olahraga, tidak dipusingkan oleh dualisme organisasi tenis meja yang nyaris tiada akhir hampir empat tahun belakangan ini.
Terkait diadakannya rekonsiliasi nasional tenis meja Indonesia, ditegaskan mantan Kapolda Sumut dan Sulteng tersebut, agar Menpora bisa menegakkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 tahun 2016 karena KONI dianggap gagal memfasilitasi pelaksanaan Munasluber untuk menyatukan dualisme tenis meja Indonesia.
Bahkan semua itu bakal dipaparkan Oegroseno kepada Menpora Imam Nahrawi dalam pertemuannya. Sedangkan berkaitan dengan makan siang semua Cabor bersama Wapres 26 Juni 2018, Oegroseno menjelaskan bahwa dari Cabor tenis meja hanya PP PTMSI yang diundang resmi oleh sekretariat Wakil Presiden Jusuf Kalla, bukan PB PTMSI.
“Memang, mereka datang tetapi tidak bisa masuk karena tidak terdaftar dalam daftar diundang. Lalu, mereka berada di luar menunggu karena ingin bertemu Menpora menanyakan tentang dualisme PTMSI. Setelah bertemu, Menpora memberi cacatan bahwa kasus tenis meja harus diselesaikan segera berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Bila dalam waktu dekat belum selesai, fokus pada atlet tenis meja yang dipersiapkan ke Asian Games haruslah atlet yang terbaik,” tuturnya, panjang lebar.
Menurut Oegroseno, atlet tenis meja yang terbaik adalah atlet tenis meja yang sekarang mengadakan training center di China, bukan di Indonesia. Mereka selama ini sudah siap dan telah menggunakan uang negara untuk seluruh persiapannya.
“Saya tidak mungkin memilih yang lain kecuali yang berlatih di China,” kata Oegroseno seraya menambahkan sepertinya ada upaya dari pihak PB PTMSI yang organisasinya sudah dibatalkan demi hukum, justru ingin mengganti pemain yang berlatih di China dengan pemain lain. ■ RED/GOES