■ Oleh : Abdul Hafid Baso
JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Tak bisa dipungkiri bahwa posisi Golkar pasca Pemilu 2019 cukup nyaman diantara tarik-menarik kekuatan PDIP dengan Gerindra dan anggota Koalisi Adil Makmur. Posisi Golkar sebagai partai pemenang kedua Pemilu, menjadi variabel penting dalam entitas politik Jokowi-Ma’ruf, terutama di parlemen, selain infrastruktur politik Golkar yang cukup kuat dalam menyokong Pemerintahan kelak.
Dengan positioning yang demikian, bergaining Golkar cukup kuat dalam konstelasi partai-partai pendukung Jokowi-Ma’ruf terkait power sharing. Disatu sisi baik untuk partai, namun impec politiknya, positioning Golkar yang demikian manis itu, menjadi sesuatu yang menggahar libido politik para kader untuk merebut puncuk pimpinan Golkar, karena dari sinilai kekuasaan dimulai.
Namun di sisi yang lain, positioning ini menjadi rentan, manakala diperebutkan secara liar dan grasak-grusuk, serta menimbulkan gejolak berlebihan yang justru meluruhkan bergaining positioning Golkar. Oleh karena itu, positioning Golkar saat ini perlu dirawat dengan baik dan terus me-reforce-nya secara kelembagaan, agar semakin kuat. Bukan sebaliknya, yang justru mendelusi levelitas bergaining partai.
Tentu, membaca Golkar dan Pemerintahan Jokowi-JK lima tahun ke belakang, cukup bersimbiosa dengan baik. Pemerintahan Jokowi cukup nyaman dengan sikap Golkar sebagai partner politik, yang mampu menjaga sikap-sikap inklusifnya sebagai partai nasionalis disatu sisi, tapi sekaligus menjadi bagian penting dalam mendinamisasi Pemerintahan Jokowi dengan infrastruktur partai kuat dan terkonsolidasi secara nasional.
Sikap Airlangga dan Golkar yang cukup accepted terhadap Pemerintahan Jokowi, menjadikan Golkar sebagai partner yang baik sekaligus Airlangga sebagai good boy di mata Jokowi dan elit pendukungnya. Dus, disaat yang sama, sikap interested Jokowi pada Golkar dan nyaman dia terhadap Airlangga, adalah bagian dari variabel penting dalam kaitannya dengan Golkar sebagai entitas penting pemerintahan Jokowi-Ma’ruf ke depan.
Membaca Airlangga dalam konstelasi politik dan Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf, berbeda dengan kader Golkar yang lain.
Tentu, membaca kans para kontestan calon Ketua Umum Golkar yang demikian juga perlu dilakukan, karena siapapun ketua umumnya, Golkar bukanlah sebuah entitas politik yang terpisah dari pengaruh kekuasaan. Dan dengan bacaan yang demikian, kita bisa tahu siapa yang lebih pantas. ■ RED/GOES