JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Pernyataan tokoh Partai Golkar sekaligus Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang dimuat salah satu media online, dimana menyebutkan bahwa Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dibawah pimpinan Airlangga Hartarto akan memecat para Ketua DPD II Golkar Maluku karena mendukung kandidat Caketum Golkar yang lain, mengundang reaksi dari internal partai berlambang pohon beringin tersebut.
Abdul Hafid Abusalim Baso, salah satu fungsionaris DPP Partai Golkar, ikut angkat bicara. Bahkan menyebut kalau pernyataan Bamsoet tersebut, dapat mengindikasikan ‘adu domba‘ antara DPD dengan DPP di internal Partai Golkar.
“Pernyataan itu bisa mengindikasikan semacam upaya adu domba. Padahal, sebenarnya evaluasi dalam partai politik itu, suatu mekanisme yang lumrah. Tentu saja evaluasi itu juga ada ukuran-ukurannya,” ucap Abdul Hafid Baso saat dimintai tanggapannya oleh POSBERITAKOTA, Jumat (12/7).
Menurutnya bahwa sesuai konstitusi partai, sudah jelas tentang mekanisme pengambilan keputusan di tingkat partai tersebut, ada tahapan-tahapannya. “Selagi keputusan partai, dalam hal ini DPD I, tetap dalam role of game sesuai AD/ART, tentu nggak ada masalah,” katanya.
Dalam padangan Abdul Hafid Baso, langkah evaluasi itu dilakukan atas dasar otonomisasi partai di tingkat DPD, dalam rangka menggerakkan roda organisasi partai. Apalagi tahapan evaluasi itu masih dalam kajian di tingkat DPD I. Belum sampai ke tangan DPP. Berdasarkan keterangan yang diperoleh, evaluasi internal itu berkaitan dengan Pileg dan Pilpres 2019.
“Bisa saja kinerja ketua DPD II yang dianggap buruk sehingga menjadi pertimbangan untuk menyegarkan kembali organisasi. Jadi, kalau ada pihak lain yang sengaja menggunakan momentum tersebut untuk framing dan menjelek-jelekkan yang lain, justru itu bisa disebut sebagai manuver politik tidak sehat. Bahkan berpotensi menyulut api konflik di internal partai,” papar pria kelahiran Nusa Tenggara Timur (NTT) itu lagi.
Kembali ditegaskan Abdul Hafid Baso, apabila hasil kajian dari DPD I Partai Golkar Maluku itu telah sampai ke DPP, pasti akan dilakukan pertimbangan sesuai aturan main partai. Tidak ujuk-ujuk dipecat. Jangan sampai, hal tersebut hanya jadi komoditas politik pihak tertentu jelang Munas. Sejatinya, persoalan sederhana itu malah diperumit dan untuk meng-undersestimate yang lain.
“Sejauh yang kita amati, justru Bambang Susatyo acapkali menyembur isu-isu negatif terhadap Airlangga Hartarto yang kini masih duduk sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar,” telaah pria yang juga dikenal sebagai Ketua Ikatan Pemuda Muslim NTT.
Sedangkan untuk mengomentari tokoh lain Partai Golkar yakni Yoris Raweyai, Abdul Hafid Baso menilai bahwa sesungguhnya keanggotaan beliau di DPP sudah dicabut sejak DPP Partai Golkar mengeluarkan surat pemberhentian, saat beliau mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI dan kini beliau telah terpilih.
“Pertanyaannya yang kemudian muncul, dalam kapasitas apa beliau melakukan manuver politik? Saran saya, demi kemaslahatan partai, kita perlu menjaga dinamisasi partai dengan manuver-manuver yang sehat. Bukan malah sebaliknya, menciptakan bom waktu yang pada akhirnya, hal itu dapat menghancurkan Golkar secara internal. Ada banyak momentum yang perlu kita hadapi dengan kondisi partai yang solid,” pinta Abdul Hafid Baso, mengakhiri. ■ RED/GOES