BEKASI (POSBERITAKOTA) ■ Meski kehidupannya sebagai orang biasa di zaman ke-Nabi-an dulu, sosok Syaidina Lukman justru diangkat derajatnya oleh Allah SWT ke level yang lebih tinggi. Padahal, beliau juga bukan berasal dari kalangan keluarga Nabi atau Rassul. Tapi, karena keilmuannya dan kerap memberikan petuah (nasehat-red) atau omongan-omongannya yang kemudian banyak mengandung hikmah.
Sosok Syaidina Lukman itu sendiri, seperti yang ada dan digambarkan dalam kitab suci Al-Quran, hidup di zaman Daud sebelum diangkat menjadi Nabi atau Rassul. Jadi, apa-apa yang disampaikan dalam bentuk omongan atau nasehat, bukan tidak ada manfaat.
Demikian substansi dari penggambaran sosok Syaidina Lukman, disampaikan secara gamblang dan cukup mengena oleh penceramah Ustadz Abdul Rosyid S.Ag dalam ‘Pengajian Umum Ahad‘ (Minggu 20/9/2020) usai sholat ba’da Shubuh, dihadapan puluhan jamaah rutin di Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Kebalen, Babelan, Bekasi.
Nama Syaidina Lukman pun, kemudian dijadikan atau dikenal dengan salah satu Suro yang banyak berisikan nasehat-nasehat beliau. Namun, begitu Daud diangkat menjadi Nabi atau Rassul, Syaidina Lukman pun tak lagi memberikan nasehat-nasehat atau petuah, karena ingin menghargai Nabi Daud itu sendiri.
“Sungguh, sosok Syaidina Lukman adalah hikmah. Kenapa? Karena, Allah SWT memberikan hal tersebut. Hikmah ucapan-ucapannya yang berkesesuaian antara di mulut dengan kenyataan. Yang di dalamnya juga tidak terkandung kebohongan,” papar salah satu ustadz ‘populer’ di wilayah Babelan, Bekasi.
Pada bagian lain, Ustadz Abdul Rosyid juga menyampaikan materi kajian yang sangat menyentuh kalbu bahwa pada diri manusia ada tiga bagian, seperti yang termaktub dalam petuah/nasehat sosok Syaidina Lukman yang harus kita pelajari. Apa saja?
Dijabarkan panjang lebar bahwa untuk 1/3 bagian pertama dari manusia adalah milik Allah SWT. Yakni berupa ruh. Maka itu hendaknya ruh tersebut perlu dijaga kesuciannya. “Walaupun ruh itu milik Allah SWT, tetap perlu dijaga. Jangan diisi sama dosa melulu. Jadi, jangan sampai saat ruh dipanggil, malah dalam keadaan kotor,” tuturnya.
Kemudian untuk 1/3 bagian kedua dari manusia, disebutkan Ustadz Abdul Rosyid, yakni menjadi milik atau hak cacing atau belatung. Itu terkait jasad atau raga manusia. Sebab, nilai fisik manusia itu, sama sekali tidak ada harganya. Kendati seseorang itu kemudian melakukan operasi alis mata atau bibir.
“Sebab, setelah kematian pada malam ketujuh, orang tersebut diajak melihat kondisi jasadnya. Di situ ada terlihat bahwa isi perutnya yang sudah terburai dan jasadnya di dalam kubur mengeluarkan cairan nanah yang sangat menjijikan,” paparnya.
Sedangkan untuk 1/3 bagian ketiga atau yang terakhir, barulah menjadi milik manusia (orang) itu sendiri. Di situlah merupakan bagian yang paling penting. Sedang harta yang dimiliki saat di dunia, tidak ada yang bisa dibawa. “Hanya amal-amal sholeh yang mengantarkan kita di dalam menghadap Allah SWT nantinya,” pungkas Ustadz Abdul Rosyid. ■ RED/AGUS SANTOSA