OLEH : DR BUDI UTOMO S.TH.I MA
PADA tanggal 20 Oktober 2024 yang baru lalu, Bapak Prabowo Subianto resmi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia, bersama dengan Bapak Gibran Rakabuming Raka yang dilantik sebagai Wakil Presiden.
Pelantikan yang bersejarah ini berlangsung khidmat di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta, dihadapan ribuan tamu undangan yang terdiri dari para pejabat tinggi negara, tokoh politik, diplomat asing, dan masyarakat umum.
Sehari setelahnya Bapak Presiden Prabowo melantik para menteri Kabinet Merah Putih yang akan membantu di dalam roda pemerintahannya, di Istana Negara, Jakarta, pada Senin, 21 Oktober 2024.
Pada kesempatan itu Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Dr KH Nasaruddin Umar MA, resmi menerima mandat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI) periode 2024-2029.
Selayaknya bagi rakyat Indonesia untuk menyambut gembira kepemimpinan baru Republik ini dengan penuh optimisme dan rasa syukur.
Perjalanan panjang proses pemilihan pemimpin ini telah banyak menguras tenaga, pikiran dan emosi rakyat Indonesia. Tidak layak bagi seorang beriman banyak menghujat dan mendo’akan jelek para pemimpin di negeri ini.
Bagaimanapun, kepemimpinan di sebuah negeri merupakan bagaian dari takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala, pada hakekatnya Allah yang memilihkan dan menetapkannya untuk setiap masyarakat bangsa.
Dalam Surat Ali ‘Imran/3 ayat 26 disebutkan:
قُلِ اللَّهُمَّ مَلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ
يمن قضاء وتعز من فضاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاءُ يَهْدِيكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: Katakanlah “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Ayat ini adalah isyarat dan bimbingan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam untuk mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Talala, hal ini tentu juga berlaku bagi dan umatnya, termasuk umat Islam di Indonesia.
Dalam hal ini, Allah SWT telah mengalihkan kenabian dari kaum Bani Israil kepada nabi dari kalangan bangsa Arab, yaitu dari keturunan kabilah Quraisy yang ummi dari Mekah. Buka hanya itu,
ini adalah penutup kenabian dan merupakan pengutusan menyeluruh untuk bangsa manusia dan jin.
Bagi kita, konteks ayat di hari ini adalah sebagai pengingat bahwa Allah Yang Mengatur seluruh makhluk-NYA, Yang Maha Melakukan semua apa yang Allah kehendaki. Allah berbuat menurut apa yang dikehendaki-NYA, tanpa ada seorang pun yang bisa mencegah atau menolak. Karena Allah Yang Maha Mengetahui atas hikmah yang sempurna di balik setiap apa yang terjadi dan Allah Yang Maha tahu akan alasan yang paling tepat mengapa sebuah takdir Allah SWT tetapkan.
Dari Abdush Shomad bin Yazid Al-Baghdadiy, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Fudhail bin Iyadh berkata:
أن لي دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَهُ مَا صَيَّرْتُها إِلَّا في الإمام
Artinya: “Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut kepada pemimpinku.”
Setelah, mendengar pernyataan itu, kemudian ada yang bertanya pada Fudhail, “Kenapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik” (Hilyatul Auliya‘ karya Abu Nu’aim Al Ashfahaniy, 8: 77, Darul Ihya’ At Turots Al ‘Iroqiy).
Maka yang terbaik saat ini adalah bersama-sama kita mendoakan para pemimpin agar kebaikan kepemimpinan ini kembali sebagai sesuatu yang baik bagi rakyat bangsa Indonesia.
Selamat bertugas Bapak Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Selamat bertugas Bapak Menteri Agama Republik Indonesia, do’a kami selalu menyertai. ® [***/goes]