JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Tak cuma memperhatikan, sebagian besar masyarakat di hampir seluruh Indonesia, juga merasakan gelombang atau cuaca panas lumayan ekstrim beberapa waktu atau dua sampai tiga hari belakangan ini. Bahkan suhu panas tersebut, bukan hanya di siang hari saja, tapi juga melanda pada malam hari.
Oleh karenanya, Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko, mengungkapkan bahwa hasil pemantauan BMKG memang menunjukkan adanya peningkatan suhu tertinggi siang hari pada beberapa hari terakhir.
“Tentang cuaca panas yang terjadi, terutama dirasakan di wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara,” ucap Hary memprediksi ketika dihubungi POSBERITAKOTA, Senin (16/11/2020).
Menurut Hary lebih lanjut bahwa pada 12 sampai 15 November 2020 kemarin, tercatat suhu lebih dari 36 derajat celcius terjadi di Jakarta, Bima, Sabu dan Sumbawa dengan suhu tertinggi teramati di Bandara Sultan Muhammad Salahudin, Bima – berada pada 37,2 derajat celcius.
“Meski begitu, catatan suhu ini bukan merupakan penyimpangan besar dari rata-rata iklim suhu maksimum pada wilayah ini. Yang jelas, masih berada dalam rentang variabilitasnya khusus di bulan November ini,” tegasnya.
Saat ditanya lanjutan terkait penyebab gelombang atau cuaca panas yang lumayan ekstrim tersebut, Hary memaparkan bahwa suhu maksimum yang meningkat dalam beberapa hari ini, setidaknya dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, kata dia, karena salah satunya yakni pada November, kedudukan gerak semu Matahari tepat di atas Pulau Jawa dalam perjalanannya menuju posisi 23 Lintang Selatan setelah meninggalkan Ekuator.
“Kedua, juga karena posisi semu Matahari di atas Pulau Jawa akan terjadi dua kali, yakni pada November 2020 ini dan April 2021 mendatang,” ujar Hary.
Sedangkan yang ketiga, akibat kedua hal tersebut menyebabkan terjadinya puncak suhu maksimum. “Mulai dari Pulau Jawa hingga NTT dan itu terjadi di seputar bulan-bulan tersebut,” pungkasnya. ■ RED/GOES