POSBERITAKOTA (JAKARTA) – Selama ini jika kita mengalami demam, batuk kering serta merasa gampang kelelahan – pikiran buruk melayang jangan-jangan sudah terindikasi kena terjangkit virus Corona (COVID-19). Jawabannya? Boleh jadi ‘YA‘, tapi bisa kemungkinan juga ‘TIDAK‘.
Sebab, secara evolusi dalam diri seseorang, setiap setahun sekali – pasti mengalami yang namanya penurunan daya tahan tubuh. Bisa jadi pula menyerang atau mengalami radang tenggorokan, flue dan bahkan batuk dahak kering. Jadi, jangan cepat panik, karena kondisi drof psikologis yang kita alami, justru bisa jadi pemicu kuat.
Siaran resmi yang didapat dari WHO alias Badan Kesehatan Dunia, ada gejala sederhana yang justru kerap dipandang remeh oleh kita semua. Apa itu? Perhatikan adanya gejala aneh pada perubahan lidah maupun sariawan.
Sementara Tim Spector, profesor epidemiologi genetik di King’s College London, menerangkan bahwa terjadi peningkatan jumlah pasien yang menderita gejala aneh seperti lidah COVID (COVID Tongue) dan sariawan. Meskin gejala yang menyerang area mulut tersebut, sejatinya belum terdaftar oleh WHO sebagai gejala COVID-19. Cuma tetap perlu diwaspadai.
“Pada faktanya, satu dari 5 orang dengan COVID masih hadir dengan gejala yang kurang umum dan juga tidak masuk dalam daftar resmi PHE (Kesehatan Masyarakat Inggris) – seperti ruam kulit. Melihat peningkatan jumlah lidah COVID dan sariawan yang aneh. Makanya, jika Anda memiliki gejala yang aneh atau bahkan hanya sakit kepala dan kelelahan, sebaiknya tetap berada di rumah!,” Begitu refensi yang dilansir Tim Spector, Senin (18/1/2021).
Namun Profesor Spector sendiri merupakan penyelidik utama aplikasi ‘ZOE COVID Symptom Study’, di mana memungkinkan orang untuk mendaftar dan melaporkan sendiri gejala COVID-19 mereka. Dilansir dari The Health Site, peneliti berhipotesis bahwa banyaknya reseptor ACE2 (angiotensin converting enzyme) pada jaringan mulut, kemudian dapat membuat mulut menjadi area yang rentan terhadap virus Corona.
Sedang reseptor ACE2 adalah komponen kunci dalam infeksi COVID-1, disebabkan karena memfasilitasi masuknya virus ke dalam sel inang target. Tapi, ada pula penelitian yang mendukung klaim Profesor Spector terkait gejala mulut dan lidah, boleh jadi berlanjut bisa terkena COVID-19.
Sebagai contoh lain, ada sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Evidence-Based Dentistry setahun lalu, malah melaporkan 3 pasien COVID-19 yang mengalami ulserasi mulut atau lepuh pada mulut. Termasuk dari sebuah artikel di New York Times, membahas tentang masalah mulut seperti gigi tanggal, gusi sensitif, gigi berubah abu-abu maupun gigi retak di antara para pasien COVID-19.
Yang jelas, seperti diungkap para ahli bahwa COVID-19 dapat mempengaruhi setiap individu orang dengan cara yang berbeda. Kendati sebagian besar orang yang terinfeksi akan mengalami penyakit ringan hingga sedang. Beberapa di antaranya mungkin mengalami gejala yang parah berupa sesak napas, kehilangan nafsu makan, kebingungan, nyeri dan bahkan tekanan yang terus-menerus di dada. Makanya, apabila sudah parah, tentu saja perlu adanya perawatan di rumah sakit. ■ RED/Berbagai Sumber/AGUS SANTOSA