Rhoma Irama ‘Sang Revolusioner’, ARTIS DANGDUT INDONESIA & Pengaruh Budaya Luar Negeri

OLEH : HANNOENG M.NUR

JIKA kita mendengar musik dangdut yang dinyanyikan oleh Ida Laila dan S Achmadi, maka kita mendengar sound musik dangdut yang ‘murni’ dan lebih mendekati nuansa Melayu. Apalagi jika merunut ke belakang, kita akan menemukan yang lebih Melayu lagi, seperti Said Effendi atau Mashabi. Dan, di dekade 90-an pun, Hamdan ATT masih setia dengan sound seperti di masa lampau itu. Murni, hampir tanpa pengaruh luar.

Pengaruh musik India di dalam Dangdut Indonesia mulai terlihat saat Ellya Khadam tampil. Terutama saat ia membawakan lagu berjudul ‘Boneka India’, sebuah lagu yang notasinya diambil dari lagu India dan diberi lirik Indonesia oleh Ellya. Penampilan Ellya Khadam (pernah juga pakai nama Ellya Agus dan Ellya Haris) India banget. Bukan hanya di kostum tetapi juga pada vokal yang kental nuansa Indianya, terutama pada gaya bernyanyi Lata Mangeshkar, legenda musik India.

Pengaruh luar negeri juga terjadi pada A. Rafiq. Penyanyi ini memiliki pengaruh luar terutama pada performance, meski ada beberapa lagunya yang notasinya diambil dari lagu India. Penampilan A. Rafiq memang unik, ia memakai kostum bergaya Elvis Presley, penyanyi yang amat ia kagumi, dibarengi joget gaya India dan Rock and Roll. Ia menjadi beda sendiri diantara penyanyi-penyanyi seangkatannya, seperti Muchsin Alatas, Meggy Z dan Latief M.

Di awal tahun 2000-an lahir fenomena lain, yaitu hadirnya penyanyi muda bernama Are Lion Angkara Malam atau Alam. Lewat lagu fenomenal ciptaan Endang Kurnia berjudul ‘Mbah Dukun’, Alam menyeruak di dunia dangdut Indonesia dengan gaya Moonwalk-nya Michael Jackson. Sementara musiknya terasa ada unsur metal.

Pengaruh Musik Barat di dalam dangdut muncul saat Reynold Panggabean dan Camellia Malik tampil bersama group Tarantula. Penggunaan perkusi yang dominan pada group Tarantula mengarahkan imajinasi orang pada musik-musik latin, terutama Samba dari Brazil. Melihat penampilan Tarantula dan Camellia Malik serasa kita melihat group Miami Sound Machine bersama Gloria Estefan.

Namun lebih semua, tentu saja tercatat dalam sejarah musik Indonesia bahwa yang merubah total (revolusioner) musik dangdut adalah Rhoma Irama. Bersama OM Soneta, ia mengklaim sebagai pembawa revolusi musik dangdut. Dan itu benar adanya. Setidaknya, seorang profesor musik ethnomusicology dari University Of Pittsburgh bernama Andrew Weintraub mengakui itu dan menulisnya dalam bukunya yang berjudul ‘Dangdut Stories’.

Pergumulan Rhoma Irama dengan Musik Rock memang pada akhirnya membawa Soneta Group ke arah musik Hard Rock atau Psychedelic Rock seperti Deep Purple. Maka tak aneh jika ia pada masa awal penampilan Soneta di tahun 70-an, seolah mempersonifikasikan dirinya seperti Ricthie Blackmore, gitaris Deep Purple. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya amat terasa pengaruh Jimmy Hendrix, seperti di riff gitar lagu ‘Santai‘. Sedangkan gaya bernyanyinya banyak mengikuti gaya vokal Ian Gillan yang sering berfalsetto. Salah satu lagu Rhoma yang paling kuat pengaruh Deep Purple-nya adalah ‘Ghibah‘. Ada dialog antara keyboard dan gitar yang mirip sekali dengan lagu ‘Child In Time‘-nya Deep Purple.

Tapi, ya begitulah, hampir semua Musik Pop kita punya keterpengaruhan dari musik-musik luar negeri. Wajarlah, toh nada dan instrumen musik yang digunakan juga berasal dari luar negeri. (***)

(PENULIS adalah Redaktur Senior POSBERITAKOTA)

Related posts

Rasanya Sulit Tembus 51 Persen, PILKADA JAKARTA 2024 Bakal Melalui Dua Putaran

Siapa Lebih Unggul di Pilkada Jakarta, DUEL STRATEGI Tim Sukses Prasetyo Edi Marsudi versus Ahmad Riza Patria

10 Tahun Era Jokowi, PERS NASIONAL Darurat Kelembagaan – Krisis Identitas & Expansi Bisnis Masif Kurang Etika