Akibat Bentrokan 21 Demonstran Tewas, MINGGU BERDARAH & KERAMAT di Kota Yangon Myanmar

YANGON (POSBERITAKOTA) – Ibukota Yangon, Myanmar masih bergolak. Demonstran yang merupakan gabungan dari warga sipil, mahasiswa dan tokoh pro demokrasi – masih melakukan protes keras terhadap langkah ‘Kudeta Militer‘. Tak sedikit yang menjadi korban luka-luka dan bahkan sampai meregang nyawa (tewas).

Menurut laporan kantor berita BBC, sedikitnya ada 21 orang demonstran yang bentrok dengan aparat militer dan polisi, tewas sia-sia. Yang pasti, situasi kota Yangon, sangat mencekam hingga Minggu (14/3/2021) malam.

Bentrokan tersebut, pas jika disebut ‘Minggu Berdarah & Keramat‘. Sebab, dalam beberapa hari belakangan akibat unjuk rasa, hampir memakan korban ratusan demonstran luka-luka. Sedangkan yang meninggal dunia mencapai puluhan.

Dalam insiden tersebut, pengunjuk rasa (demonstran) berlindung dengan tameng buatan sendiri saat bentrokan dengan polisi di Hlaing Tharyar, Kota Yangon. Sedangkan aparat yang melepas tembakan di area Hlaing Tharyar, kota Yangon.

Junta menetapkan darurat militer di area itu setelah berbagai tempat usaha Tiongkok menjadi target serangan demonstran. Para pengunjuk rasa meyakini bahwa Tiongkok memberi dukungan kepada militer Myanmar.

Negara itu sudah dilanda kerusuhan sejak militer melakukan kudeta pada 1 Pebruari 2021. Junta Militer masih menahan pemimpin sipil dan Ketua Partai Liga Nasional Untuk Demokrasi (NLD), Aung San Suu Kyi.

Partai NLD menang Pemilu dengan telak November 2020 lalu, tetapi pihak militer menuduh adanya kecurangan meluas yang memicu kudeta tersebut. Sejumlah anggota parlemen yang tersingkir menolak kepemimpinan militer dan bersembunyi hingga sekarang. ■ RED/SUMBER KB BBC/EDITOR : GOES

Related posts

Ketika di Perjalanan Kunjungi Kepulauan Scilly, PANGERAN WILLIAM Malah Curhat Kondisi Kate Middleton yang Terkena Kanker

Pertemuan ATM 2024 di Dubai, PEMPROV DKI Ikut Berperan & Target Tingkatkan Kunjungan Turis dari Timur Tengah

Bukan Hanya Ditolak Buat Nginep di Istana, PIHAK KERAJAAN Ogah Jamin Soal Akomodasi Pangeran Harry Balik ke Inggris