Tokoh ‘Babe Naim’ Serial TOP RCTI, H OTONG LALO dalam Tataran Pergaulan Jakarta

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Dalam serial sinetron ‘Tukang Ojek Pengkolan’ (TOP) RCTI ada satu tokoh yang unik dan berbeda, yaitu Babe Naim. Pelawak senior H Otong Lalo memerankan tokoh itu dengan sangat baik dan mampu memberi interpretasi yang tepat.

Tokoh Babe Naim dan H Otong Lalo memang seperti menyatu, dalam serial sinetron tersebut maupun dalam kesehariannya. Ada karakter Babe Naim di dalam H Otong Lalo – sebaliknya – ada ‘roh’ H Otong Lalo di dalam karakter tokoh Babe Naim.

Babe Naim adalah tokoh yang mewakili masyarakat asli Betawi yang terpinggirkan oleh sebab perubahan tata pergaulan sosial dan budaya di Jakarta. Ia seolah menjadi gagap atas segala perubahan yang terjadi, seraya berusaha untuk tetap ‘menjadi’ Betawi.

Nilai-nilai sosial dan budaya Betawi telah terpinggirkan sedemikian rupa, tanpa unsur kesengajaan untuk membuatnya menjadi hilang. Tata nilai modern atau millenial seakan membuat nilai-nilai Betawi menjadi konservatif, menjadi ketinggalan zaman.

H Rano Karno, bahkan jauh sebelumnya adalah Sumanjaya, telah mengangkat fenomena itu melalui tokoh Si Doel. Dan fenomena itu terus berjalan sampai saat ini. Maka ketika penggagas ‘TOP‘, Aris Nugraha mengangkat itu kembali, masih terasa aktual dan faktual. Tak ada yang berubah atas fenomena terpinggirkannya nilai-nilai Betawi di Jakarta, malah semakin kuat desakan itu.

H Otong Lalo adalah pelawak senior yang lahir dan dibesarkan di Petojo, Jakarta Pusat. Kawasan yang notabene berada di tengah kota Jakarta, hanya berjarak tak lebih dari 1 km dari Istana Negara. Diantara serbuan modernisasi (dalam hal ini adalah kepentingan bisnis) H Otong tetap bertahan di sana bersama keluarganya. Masyarakat asli di sana makin terdesak oleh rakusnya gurita bisnis, namun tetap berusaha untuk hadir. Maka jadilah mereka seolah terpencil di dalam keriuhan Jakarta.

Fenomena tergusurnya nilai-nilai sosial dan budaya lokal tentu saja bukan hanya terjadi di Jakarta, di hampir semua daerah Indonesia terjadi itu. Betawi menjadi berbeda karena luasnya wilayah Jakarta tidak seperti Jawa Barat atau Sumatera Utara, misalnya. Di Jabar atau Sumut serangan modernitas hanya berlangsung di kota-kota besar, hanya berdampak sedikit jika terjadi di kota-kota kecil atau pedesaannya.

Orang Betawi Jakarta tanahnya ya ‘cuman segitu-gitunya’, bingung mau bergeser ke mana lagi. Paling mereka bergabung dengan masyarakat Betawi lain di sekitar Tangerang, Bekasi dan Bogor. Maka mereka pun tak lagi jadi Betawi Jakarta.

Babe Naim dan H Otong Lalo terus berusaha survive di Jakarta. Babe Naim terus mempertahankan ciri khas budaya dan Betawi di dalam tataran pergaulan Jakarta, sementara H Otong Lalo punya cara sendiri. Ia aktif di dalam pelestarian budaya Betawi, salah satunya dengan membentuk kelompok musik De Babe. Kelompok ini secara khusus membawakan lagu-lagu Benyamin S, local genious Jakarta. Setidaknya H Otong punya alasan kuat untuk mempertahankan prinsip: gua anak Betawi Jakarta, hidup mati gua di Jakarta. □ RED/HANNOENG M. NUR/GOES

Related posts

Kategori ‘Pasangan Karakter Sinetron Paling Ngetop’, CUT SYIFA & Rizky Nazar Sabet Penghargaan SCTV Award 2024

Tulis Syair Sendiri, ERLYN SUZAN Ngaku   Jadi Bisa Total Saat Melantunkan Lagu ‘Tengkar’

Gonjang-ganjing Lagi, RATUSAN ANGGOTA PARFI Sampaikan Mosi Tidak Percaya Atas Kepemimpinan Alicia Djohar