Bisa Berperan Besar, ‘ISLAM WASATHIYAH INDONESIA dalam Pergaulan Islam Global’

OLEH : HANNOENG M. NUR (Bagian ke-2 Habis)

UMAT Islam di Indonesia bukan hanya karena kedudukannya sebagai mayoritas, namun lebih karena kedewasaan pola pikir dan hati para pemeluknya. Umat Islam tidak memiliki sama sekali ambisi untuk menjadi single majority, bahkan selalu membuka pintu bagi penganut agama lain dalam konteks toleransi di luar akidah.

Adalah hal yang cukup sulit bagi negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim untuk menyandingkan Islam dengan demokrasi. Yang terjadi di Indonesia justru adalah fenomena yang unik dan berbeda; demokrasi bisa berjalan dengan baik di antara para pemeluk Islam.

Masyarakat Indonesia, khususnya penganut Islam, mengadopsi sistem demokrasi Barat, lalu dilebur dengan nilai-nilai budaya lokal, maka lahirlah sistem demokrasi yang khas Indonesia. Lalu kemudian kita kenal istilah ‘toleransi beragama‘, dimana di dalamnya sangat kental unsur tenggang-rasa, sebuah sikap sosial yang mampu meminimalisir potensi konflik. Pada posisi inilah kemudian muncul istilah Islam Wasathiyah.

Dan, Islam Wasathiyah sesungguhnya adalah ‘bentuk’ Islam yang telah lama berlangsung di Indonesia. Wasathiyah yang bermakna harfiah ‘tengah’ menjadi wujud dari Islam yang moderat. Beberapa negara Islam, misalnya Arab Saudi, dalam beberapa waktu terakhir kerap mempromosikan Islam Wasathiyah ini ke dunia Barat.

Mengapa dunia Barat penting untuk memahami Islam Wasathiyah? Karena selama ini dunia Barat terpaku pada pandangan tentang Islam yang kaku, keras dan konservatif. Maka untuk merubah pandangan keliru itu, dikenalkanlah Islam Wasathiyah, yang terkesan lebih lembut, toleran dan modern.

Selama bertahun-tahun Islam di Indonesia melaksanakan bentuk Islam Wasathiyah itu. Namun negara-negara Barat baru menyadarinya setelah bermunculan Cendikiawan Muslim Indonesia yang mampu bicara di dunia Internasional.

Sebelumnya, Islam di Indonesia bagaikan terpinggirkan dalam tata pergaulan Internasional. Bahkan diantara negara-negara Islam pun Indonesia kurang dianggap. Setelah secara Internasional kalangan Intelektual Muslim Indonesia mampu menyumbangkan pemikiran-pemikiran yang hebat bagi perkembangan keilmuan, maka persepsi tentang Islam Indonesia pun berubah.

Perubahan persepsi itu adalah sesuatu yang sangat penting di dalam keikut-sertaan Indonesia di dalam tata pergaulan Internasional, khususnya dunia Islam kontemporer. Indonesia menjadi lebih disegani. Bukan hanya karena berpenduduk terbesar pemeluk Islamnya, tetapi juga karena dihargai secara intelektual. Indonesia akan lebih mampu berperan dalam penyelesaian konflik atau masalah yang terjadi di dunia Islam kontemporer.

Namun peran besar Indonesia di dunia internasional pada akhirnya akan ditentukan pula oleh kamampuan me-manage sedemikian rupa situasi politik dan keamanan dalam negeri, sehingga meredam secara maksimal kemungkinan munculnya konflik antar pemeluk agama. Jika Indonesia gagal di hal tersebut, maka Indonesia tidak punya peran berarti di dalam setiap krisis yang terjadi di dunia Islam kontemporer. (***)

(PENULIS adalah Redaktur Senior POSBERITAKOTA)

Related posts

Rasanya Sulit Tembus 51 Persen, PILKADA JAKARTA 2024 Bakal Melalui Dua Putaran

Siapa Lebih Unggul di Pilkada Jakarta, DUEL STRATEGI Tim Sukses Prasetyo Edi Marsudi versus Ahmad Riza Patria

10 Tahun Era Jokowi, PERS NASIONAL Darurat Kelembagaan – Krisis Identitas & Expansi Bisnis Masif Kurang Etika