BOGOR (POSBERITAKOTA) – Film sebagai produk budaya dan industri dapat menerapkan kontrol kulturalnya melalui beragam cara. Sangatlah dipahami jika sampai saat ini inferioritas masih mendominasi sebagian masyarakat Indonesia.
Sehingga apapun nilai-nilai budaya berasal dari Barat kerapkali dianggap lebih indah, lebih menarik dan bahkan lebih modern dibanding dengan nilai-nilai budaya Timur.
Rekognisi tersebut berdampak pada karya film, khususnya terkait dengan ide cerita. Cerita film Indonesia dinilai miskin gagasan, terutama menyangkut cerita-cerita berbasis budaya Indonesia.
“Cerita dikonstruksi lewat pikiran imajiner terhadap sebuah realitas. Tanpa menghadirkan realitas itu sendiri secara esensial. Manipulasi kenyataan melalui simulasi yang mereduksi keseimbangan antara citra dan realitas,” ujar Eddie Karsito saat menjadi narasumber di ajang “Workshop Penulisan Skenario Tingkat Pelajar & Mahasiswa Tahun 2021” yang digelar di Gedung PUSDAI Kabupaten Bogor, Jum’at (26/03/2021) lalu.
Akibat adanya imperialisme budaya tersebut, kata wartawan senior tersebut, semakin banyak budaya asing masuk ke Indonesia mempengaruhi budaya Indonesia sendiri. Mereka masuk melalui industri budaya pop, dengan berbagai jenis dan cara.
“Lewat fashion (pakaian), dance (tarian), lagu-lagu, musik dan artisnya. Semua terdominasi lewat cerita film yang dikemas dalam bentuk industri budaya pop. Akibatnya cerita film Indonesia miskin gagasan kulturalnya,” ujar seniman, dan budayawan yang juga dikenal sebagai aktor film dan sinetron tersebut.
Acara pelatihan yang diselenggarakan Komite Seni Peran dan Sastra Dewan Kesenian Kabupaten Bogor (DKKB) ini, menampilkan dua narasumber, Eddie Karsito (aktor, sutradara dan penulis skenario), Aris Munandar (Sutradara dan penulis skenario), serta Uche Ismail (aktor) yang merangkap sebagai moderator.
Diikuti 20 orang lebih penulis muda kalangan pelajar dan mahasiswa dari Kabupaten dan Kota Bogor. Antara lain dari SMK Sirojul Huda 3, SMK Garuda Bangsa, SMPN 2 Cibinong, SMAN 6 Bogor, SMK Bogor Muhiddin School, Ma Al-Amin, dan beberapa universitas di Bogor, diantaranya, dari STKIP Muhammadiyah Bogor, Universitas Pamulang, Universitas Pakuan dan UIKA.
Hadir di acara tersebut, Susan Mabes (Kepala Seksi Kebudayaan Disparbud Kota Bogor), Putra Gara (Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bogor), Bambang Irawan (Sekjen DKKB), para sesepuh, seniman, budayawan serta anggota dan pengurus DKKB.
Melalui materi ‘Tujuan atau Goal Dengan Mengenali Motifmu,’ Eddie Karsito memaparkan tentang pentingnya seorang penulis skenario memahami hukum kausalitas – sebab akibat, dengan mengenali motifnya.
Seorang penulis skenario, menurutnya harus memiliki ketajaman intuisi menciptakan berbagai karakter dalam lakon film. “Kesenian tidak saja difungsikan sebagai media ekspresi dan komunikasi, melainkan menjadi wilayah kemanusiaan yang dapat mentransformasikan nilai-nilai; cipta, rasa, dan karsa,” ujarnya.
Eddie juga mendorong agar para penulis muda terus menulis sesuai gelinjang kata hati. “Sebagai penulis kalian diberi Tuhan maunah; karomah; kemuliaan; mewarisi salah satu sifat Tuhan Yang Maha Mencipta. Penulis (seniman) mengabdikan diri pada kemanusiaan. Mencipta dengan perenungan. Dekat dengan realitas sosial,” kata Pendiri Sanggar Humaniora itu lagi.
Sementara narasumber Aris Munandar, lebih menjelaskan masalah teknik dan strategis penulisan skenario di industri perfilman, baik film bioskop maupun sinetron (film televisi).
Hal ini terkait dengan ide dasar penulisan, menciptakan penokohan (karakter peran). Elemen dramatik; dialog, plot, konflik, emosi, setting, karakter, opening dan ending.
“Selain hal teknis, seorang penulis senantiasa dapat berinteraksi dengan lingkungan masyarakat (sosial kultural), dengan berbagai kompleksitas kehidupan. Karena hakekatnya sebuah cerita bersumber dari berbagai fenomena sosial atau gejala alam,” pungkas Aris Munandar. ■ RED/GOES