OLEH : TONY ROSYID
DI TAHUN 2024 mendatang, periode Jokowi selesai. Kepemimpinan bangsa bergilir dan harus berganti melalui mekanisme demokrasi yang disebut dengan Pemilu (pemilihan umum). Meski sejumlah nama kandidat muncul, namun nama Anies Baswedan, Gubernur DKI ini kelihatannya paling populer.
Beberapa postingan survei berupaya mengganjal Anies via media, tetapi sejumlah survei yang tidak dipublish kabarnya bocor dan telah menjadi pembicaraan para wartawan dan analis politik. Kalau Anies memang unggul.
Bagi Parpol (partai politik), siapa yang berpotensi menang akan didukung. Ini sikap yang paling realistis. Setiap Parpol akan menyelamatkan elektabilitasnya melalui dukungan terhadap Capres (calon presiden) terkuat. Dengan mengusung Capres terkuat, coat-tail effect terjadi.
Selain coat-tail effect, Parpol pengusung juga mendapat “ghonimah effect”. Jatah menteri atau jatah-jatah lain di struktur kekuasaan. Hal yang lazim terjadi di negara yang menganut sistem multi partai. Membentuk koalisi, lalu menang, maka secara bersama-sama sejumlah kader Partai ikut ambil peran di Pemerintahan.
Sikap yang sama akan dilakukan oleh umumnya para pengusaha. Untuk mengamankan bisnisnya, para pengusaha akan mendukung Capres yang diyakini akan menjadi pemenangnya. Tidak sedikit para pengusaha yang melakukan survei untuk mengetahui nama Capres yang paling potensial menang, kemudian didukungnya.
Bagaimana dengan Jokowi? Pilpres 2024 Jokowi juga akan bersikap sama: mendukung calon yang dianggap paling potensial untuk menang.
Mungkinkah Jokowi dukung Anies? Dalam politik, semua ada kalkulasi rasionalnya. Jika Anies dianggap paling potensial untuk menang, Jokowi pun hampir pasti akan mendukungnya. Begitulah lazimnya presiden-presiden sebelumnya selalu mengambil sikap politik seperti itu. Termasuk Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kabarnya secara diam-diam juga ikut andil memenangkan Jokowi di Pilpres 2014, meski lawannya adalah besan SBY sendiri, yaitu Hatta Rajasa yang waktu itu sebagai Cawapres.
Terlebih, 2024 kabarnya Gibran, putra Jokowi, digadang-gadang maju di Pilgub DKI. Strategi terbaiknya, Gibran tidak berhadapan dengan Anies. Anies adalah incumbent, senior, punya banyak pengalaman, tokoh yang diakui kiprahnya di dunia internasional, unggul di panggung debat, seringkali muncul darinya gagasan out of the box, dan juga memiliki pendukung fanatik. Ini akan menyulitkan bagi siapapun yang ingin ‘nyagub’ di DKI, termasuk Gibran.
Kesimpulan ini, tentu tidak berlebihan melihat sejumlah track record dan prestasi yang diperoleh oleh Anies ketika memimpin DKI. Satu-satunya strategi terbaik adalah mendorong Anies ‘nyapres‘ agar Gibran, atau siapapun yang tertarik untuk ‘nyagub’ di DKI tidak bertemu Anies.
Sejumlah pendukung Jokowi kabarnya sudah mulai merapat ke Anies. Salah satunya adalah Billy Haryanto, Wakil Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi). Pengusaha asal Sragen yang dua periode mendukung Jokowi ini, telah terang-terangan deklarasi mendukung Anies. Ia pun menjanjikan bahwa Milenial Solo Raya akan ikut dukung Anies di Pilpres 2024. Janji seorang pengusaha yang punya persediaan logistik, biasanya riil jika menyangkut dukungan.
Tak tanggung-tanggung, pengusaha asal Sragen ini memasang spanduk cukup besar bertuliskan: Joglo Kemenangan Anies Capres 2024, Muda Mudi Solo Raya Siap Dukung Anies.
Di Joglo ini sejarahnya semua calon yang saya dukung dimulai. Dan semuanya jadi, kata pengusaha beras ini.
Dukungan Billy Haryanto ini, apakah merepresentasikan dukungan Jokowi? Boleh jadi deklarasi Billy Haryanto ini juga menjadi sinyal awal dukungan di kalangan para pengusaha kepada Anies di Pilpres 2024. (***)
(PENULIS adalah Pengamat Politik & Pemerhati Bangsa tinggal di JAKARTA)