Sholat Shubuh Berlanjut ke Tadarus Bersama, USTADZ FITRIAN NABIL L.C Ajarkan Tahsin & Tajwid Mengaji Al-Quran

BEKASI (POSBERITAKOTA) – Agak sedikit berbeda dengan kehadiran ustadz-ustadz lainnya yang menyampaikan materi ceramah secara umum namun tetap ada tema atau berdasarkan kitab tertentu, tidak demikian apa yang diajarkan oleh Ustadz Fitrian Nabil L.C dalam mengisi ta’lim. Terbilang spesial karena para jamaah diajarkan terkait Tahsin dan Tajwid Al-Qur’an.

Dari referensi yang didapat POSBERITAKOTA.COM bahwa pengertian Tahsin berasal dari kata ‘Hasana, Yuhasinu, Tahsinan‘ yang artinya adalah memperbaiki, membaguskan, menghiasi, mempercantik serta membuat lebih baik dari semula. Jadi, Tahsin Al-Qur’an merupakan upaya untuk memperbaiki dan membaguskan bacaan Al-Qur’an.

Sedangkan Tajwid secara harafiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus maupun membaguskan. Tajwid itu sendiri berasal dari kata ‘Jawwada‘ dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, Tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimiliki.

Sebelum masuk dalam materi yang diajarkan terkait Tahsin dan Tajwid, Ustadz Nabil menyinggung soal sholat berjamaah untuk Shubuh. Utamanya sebagai pertanda baik, karena kita beriman kepada Allah SWT. “Karena setelah Ramadhon tentu berbeda. Dan, tidak bisa kita temukan pada saat Ramadhon. Ganjarannya pun berbeda,” ucapnya.

Dihadapan puluhan jamaah rutin yang hadir dalam sholat Shubuh dan Tadarus Bersama di Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Pintu Timur RW 025, Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Ustadz Nabil selanjutnya menyampaikan dengan lugas terkait membaca Al-Quran.

“Orang Mukmin yang baca Al-Quran itu sebagai perumpamaannya kayak buah. Contohnya jeruk. Rasanya enak. Hal itu juga membuktikan keimanannya bagus,” jelas ustadz muda yang lulusan universitas ternama di Kairo (Mesir) seraya menyebut sebagai kelompok yang pertama.

Sebaliknya sebagai kelompok kedua, menurut Ustadz Nabil dalam penjelasannya panjang lebar tentu berbeda dengan seseorang yang tidak membaca Al-Quran. Dari kejauhan saja dipastikan tidak bakalan mencium aroma. Di situlah bisa disebut sebagai orang yang munafik. Mirip-mirip dengan buah semangka. “Mudah-mudahan, kita menjadi kelompok orang yang pertama,” ucapnya.

Dalam prakteknya, Ustadz Nabil selain membahas Surah Al-Fatihah dan tentang Imam Sholat, juga mengajak para jamaah untuk belajar membacanya secara pas. “Membaca Surah Al-Fatihah yang baik itu merupakan syarat utama menjadi imam sholat,” tutupnya.

Seperti biasa seusai ta’lim ba’da Shubuh selalu digelar ajang silaturahmi antara para jamaah, unsur ketua dan pengurus kelembagaan DKM Jami Al-Ikhlas bersama ustadz-ustadz yang baru saja ditampilkan. ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri