DIHARAPKAN JADI SYIAR KEAGAMAAN, PROGRAM ‘SEJADAH BABE’ MAKIN LUAS BERBAGI UNTUK WARGA BABELAN BEKASI

BABELAN (POSBERITAKOTA) – Meskipun hanya mencakup wilayah Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, program SEJADAH BABE (Sedekah Jum’at Berkah & Amal Jariyah – Babelan – Bekasi) diharapkan jadi syiar keagamaan dan semakin meluas untuk menyasar warga masyarakat tepat sasaran sebagai penerima nasi boks/aqua botol. Alasan mendasarnya karena mereka benar-benar butuh kepedulian dari kita semua dalam konteks sosial keagamaan.

Tekad dan visi misi SEJADAH BABE, seperti yang dikatakan Fauzan Gandung Pujo (Wakil Ketua), keberadaannya memang untuk memfasilitasi dalam bentuk komunitas warga dan jamaah masjid yang masih bersifat sementara, apabila ingin menyisihkan rejeki bagi saudara-saudara kita yang hidup dalam keterbatasan penghasilan maupun sebagai penyandang kesejahteraan sosial.

“Melalui SEJADAH BABE ini, diharapkan tumbuh sikap kepekaan sosial dari diri kita semua. Apalagi saat ini kondisi perekonomian di masyarakat belumlah pulih betul akibat diterjang masa pandemi yang berkepanjangan selama dua tahun belakangan,” ucap Gandung Pujo yang dikenal sebagai pendidik (guru) seraya menjelaskan bahwa SEJADAH BABE bisa disebut sebagai gerakan sosial keagamaan.

Terkait keberadaan POSBERITAKOTA.COM yang ikut dalam program SEJADAH BABE, masih menurut Gandung Pujo lebih lanjut, memposisikan sebagai media partner. “Selalu mempublish atau memberitakan kegiatan di lapangan yang diorientasikan sebagai syiar keagamaan. Maksudnya, mengajak siapa pun baik warga maupun jamaah masjid untuk ikut berbagi, meski nilai sedekahnya cuma dalam bentuk nasi boks,” jelasnya.

Untuk program berbagi 55-an nasi boks SEJADAH BABE merupakan partisipasi (donasi) warga RW 025 Perumahaan Villa Gading Harapan (VGH) dan jamaah Masjid Jami Al-Ikhlas. Sampai Jumat (17/9/2021) sudah memasuki pekan ke-7, karena mengawali sejak 6 Agustus 2021 lalu. Apresiasi dan support sudah mulai berdatangan, baik dari internal pengurus komunitas SEJADAH BABE maupun eksternal (dari luar).

DARI SOPIR ODONG-ODONG, PENJAHIT KELILING SAMPAI KE PENJUAL KALIGRAFI

Berikut ini profil-profil para penerima program ‘Berbagi SEJADAH BABE‘ pada Jumat (17/9/2021) pekan ke-7 yang berhasil diwawancarai POSBERITAKOTA. Lagi, mereka rata-rata memiliki keterbatasan penghasilan dan bahkan mengaku serta mengalami kesulitan hidup karena dihadapkan oleh wabah virus Corona (COVID-19).

Didin (48 tahun), sopir Odong-Odong (mobil sewa) yang ditemui di daerah Ujung Harapan, Kelurahan Bahagia, langsung merespon Tim SEJADAH BABE. Pria asli kelahiran Babelan (Bekasi) tersebut, mengaku dan sangat merasakan merosotnya penghasilan. Kadang sisa hasil yang harus disetorkan ke pemilik mobil Odong-Odong, masih belum cukup untuk dibawa pulang dan diberikan kepada keluarga.

“Kalau cuma dapat sisa Rp 100 ribu dan harus beli makan sendiri (pagi, siang, sore), hasilnya jadi nggak seberapa. Pokoknya, berbeda dengan situasi dua tahun sebelumnya, dimana belum ada pandemi COVID-19. Bisa katongin uang bersih Rp 100 ribuan untuk dibawa pulang ke rumah,” tuturnya.

Senada apa yang diceritakan pedagang Kaligrafi Islam dan aneka kaca rias, Sonny (42 tahun). Ia sengaja hijrah dari Brebes (Jawa Tengah) untuk mengais rejeki di wilayah Babelan, Bekasi. Bahkan, ia ke sini datang bersama keempat rekannya antara lain : Arga, Cargo, Wasko dan Dasim. Dengan alasan sulit cari uang di kampung halamannya.

“Saya dan kawan-kawan ditampung Bos Kaligrafi Islam di sini, ya kayak disuruh tinggal di mess. Setiap pagi harus jalan keliling wilayah Babelan, Bekasi. Walaupun banyak perumahan baru di sini, tapi masih sulit diharapkan sebagai pembeli. Mungkin karena ekonomi masyarakat yang juga belum pulih betul. Warga lebih mentingin beli beras,” celetuknya.

Berbeda lagi dengan pengakuan Taslim (42 tahun). Nekad merantau dari kota kelahirannya, Pekalongan (Jawa Tengah). Sedangkan di Babelan, Bekasi, cuma bekerja sebagai penjahit keliling. Seharian, menurutnya, kadang bisa dapat penghasilan bersih Rp 50 ribu yang harus ditabung.

“Saya dua bulan sekali, harus pulang kampung halaman di Brebes. Kalau uang sudah terkumpul. Ya, nengok istri dan anak-anak,” tuturnya. Bahkan mengaku lebih enak cari uang dengan cara merantau ketimbang jadi buruh tani. Hasil jadi penjahit keliling justru lebih lumayan.

Sementara itu Namin, Hamid dan Nur Ali adalah petani kebun yang memanfaatkan tanah kosong di Desa Kudung Jaya, Babelan. Mereka terhitung sudah dua sampai lima tahun belakangan, beralih profesi. Sebelumnya ada yang bekerja sebagai buruh bangunan atau kerja serabutan maupun berjualan jadi pedagang.

“Kalau kerja lain, ya sudah nggak mungkin. Kadang tenaga juga sudah nggak kuat tenaganya. Walaupun penghasilan nggak menentu, masih enak jadi petani kebun kayak begini. Gantian bisa panen kangkung, bayam atau sayuran apa saja. Yang penting, bisa ada pekerjaan dan penghasilan, walau nggak tetap,” kisah Hamid yang diamini oleh Namin dan Nur Ali.

Ada pula Nikmah, Basuroh dan Narti, kalangan ibu-ibu yang bekerja mengurus taman di Perumahan Grand Duta City, Babelan, Bekasi. Mereka kerja dari pukul 08.00 – 16.00 WIB dan berhonor cuma Rp 300 ribu/per minggu. Ketimbang tak punya kerjaan, menurut ketiganya, lumayan honor yang didapat buat penghasilan tambahan bagi keluarga.

Tim SEJADAH BABE juga menemui Wawan (49 tahun), relawan pengatur lalulintas di perempatan Perumahan Pulau Timaha, Kedung Jaya, Babelan, Bekasi. Ia mengaku sejak pagi dan biasanya sampai sore berada di situ. Sedangkan soal penghasilan, justru didapat dari sumbangan atau pemberian secara sukarela dari pemakai kendaraan yang lewat. Juga, ada Runya (43 tahun), ibu-ibu pemulung yang keliling di wilayah tersebut.

Selain itu, juga disasar sejumlah pedagang K-5 dan para pengojek yang mangkal di wilayah Perumahan Pondok Ungu Permai (PUP). Tim SEJADAH BABE ‘diserbu’ mereka yang juga berharap dapat nasi boks. Begitu pula di Pintu Gerbang Barat VGH. Termasuk saat mendatangi Perumahan Taman Kebalen, ada Pletet (52 tahun), petugas kebersihan.

Saat melewati Perumahan VGH 3 di Babelan, Tim SEJADAH BABE menemui Yana (55 tahun), Satpam di situ. Pastinya, ada puluhan penerima program berbagi lain yang ditemui dan memanjatkan doa bagi keberkahan para donatur.

Pada Kamis (16/9/2021) malam sebelumnya, Tim SEJADAH BABE menyiapkan 25 snack roti panggang untuk anak-anak dan remaja yang ikut talim, pengajian serta baca surah Yasin, di Masjid Jami Al-Ikhlas. Bahkan ikut anggota SSB Bintang RW 025 VGH Kebalen yang ‘dikomandoi’ Adi Cahyadi (pembina) dan Ilham (pelatih). ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri