BISA DITERAPKAN KE SIAPA SAJA (BAGIAN I), METODE MENGAJAR AL-QUR’AN KATA PERKATA

OLEH : SOFYAN S.Pd

METODE mengajar, menterjemahkan Al-Qur’an kata perkata dengan artinya adalah salah satu metode yang sangat bagus bila diterapkan kepada siapa saja. Tentu bagi yang ingin mengetahui arti dan memahami isi Al-Qur’an secara mendalam.

Dalam hal ini, Penulis menyatakan hal tersebut di atas, karena penulis sendiri telah membuktikannya dan berani diuji kebenarannya. Dulu, waktu penulis masih sendiri alias masih bujangan, ketika itu penulis masih duduk di bangku Kelas I SLTP Cirebon.

Penulis pernah menjadi santri kalong (belajar ngaji dan sebagainya, belajar dimulai setelah Maghrib, Isya sampai nginap, habis shalat Shubuh belajar lagi setelah itu pulang) di suatu Pondok Pesantren di Desa Susukan Tonggoh , Cirebon, karena memang rumah penulis dekat (tetangga desa). Penulis pernah diajari oleh KH Mustofa (almarhum), yang kebetulan beliau adalah Paman saya sendiri, tentang berbagai macam kitab. Di antaranya : Safinatunnajah, Jurmiyah, Sullamut Taufiq, Taqrib dan sebagainya.

Pada waktu beliau mengajar, maka yang dipakai untuk semua kitab adalah dengan menggunakan Metode menterjemahkan kata perkata dari bahasa Arab ke dalam bahasa Jawa. Tetapi menjelaskannya dalam bahasa Sunda, karena beliau memang orang Sunda, termasuk penulis.

Waktu penulis mengaji tersebut, penulis juga sebenarnya tidak begitu mengerti bahasa Jawa, tapi berkat ketekunan dan kesabaran penulis dalam menuntut ilmu, Alhamdulillah akhirnya penulis pun sedikit demi sedikit mengerti bahasa Jawa. Apalagi hal itu didukung pula oleh lingkungan sekolah penulis yang kebanyakan teman-teman penulis itu berbahasa Jawa.

Hari semakin berlanjut dan ternyata hasil dari Metode Pengajaran tersebut di atas yang dulu pernah diajarkan oleh almarhum sebagai guru penulis itu masih teringat sampai sekarang. Meski penulis sudah tua dan sudah pensiun.

Hasil dari pengajaran tersebut di atas penulis coba kembali secara terus-menerus termasuk di dalamnya yaitu Al-Qur’an walaupun ketika itu penulis masih sendiri (single) dan Alhamdulillah sedikit demi sedikit akhirnya penulis faham mengenai arti kata perkata atau makna Al-Qur’an, walaupun tidak secara keseluruhan. Itulah sebabnya penulis mengatakan seperti tersebut di atas, karena penulis telah mengalaminya sendiri.

Mungkin tidaklah berlebihan kalau penulis mengatakan apabila ada seseorang bisa mengartikan Al-Qur’an ataupun Kitab secara kata perkata, maka kemungkinan besar, lebih mudah untuk diajari Bahasa Arab, karena sudah punya modal atau dasar-dasar yang kuat.

Metode menterjemahkan kata perkata terhadap sejumlah Kitab-Kitab dimaksud dan sebagainya, nampaknya sudah lama sekali diterapkan mungkin lebih dari 100 tahun. Atau mungkin sejak berdirinya Pesantren-Pesantren di Indonesia. Tapi yang jelas metode itu sangat bagus, bila diterapkan juga terhadap Al-Qur’an, karena cepat mengerti dan mudah diingat apalagi kalau ketemu kata-kata yang sama, maka bisa hafal artinya.

Dalam hal ini, maka tidak heran kalau ada seseorang santri belajar bertahun- tahun hafal Kitab ini dan Kitab itu, karena diajarinya dengan metode seperti itu. Pada akhirnya ketika dia pulang kampung buka Pesantren dan bisa ngajarin santri-santrinya.

Kemudian, berdasarkan hasil pengalaman dan fakta-fakta yang ada di lapangan, maka metode tersebut di atas tentu saja perlu terus dipertahankan. (BERSAMBUNG)

(PENULIS adalah Alumni Lembaga Pengajaran Bahasa Arab Assu’udi (LPBA) di Jakarta, Angkatan 1987)

Related posts

Kajian dalam Program Hikmah di Masjid Istiqlal Jakarta, BAHAS SOAL ‘Keutamaan Silaturahim’

Goresan Imam Besar di Masjid Istiqlal, IDHUL FITRI = Reinkarnasi Spiritual

Idhul Fitri 1445 H, PEMINTA & PEMBERI MAAF dalam Konteks Jatidiri Kemanusiaan