JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Tak ada pilihan dan ini sebagai kabar serius yang sangat menggembirakan. Pasalnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bakal mencabut status masa darurat COVID-19. Kenapa? Karena sudah bikin warga sedunia capek di dalam menghadapinya.
Direktur Darurat WHO, Michael Ryan, menyebutkan bahwa sejumlah hal memberikan sinyal kalau di tahun ini akan jadi titik balik pandemi. Dimana pandemi bisa berubah menjadi virus endemik. Juga patut diketahui bahwa pendemi adalah wabah penyakit yang secara konsisten ada dan terbatas pada wilayah tertentu, seperti halnya sejumlah penyakit malaria dan HIV/AIDS.
“Yang pasti, kita tidak akan mengakhiri virus tahun ini. Kita tidak akan pernah bisa mengakhiri virus. Namun yang dapat kita akhiri adalah darurat kesehatan masyarakat,” ucap Michael, seperti dilansir dari CNBC International, Minggu (27/2/2022).
Namun begitu, jangan lantas tak ada upaya atau usaha, agar bisa meminimalisir akan bentuk bahayanya. “Jadi, apa yang perlu kita lakukan adalah mencapai tingkat kejadian penyakit yang rendah. Tentu dengan vaksinasi maksimum dari populasi kita sehingga tak ada yang harus meninggal dunia. Begitukah akhir dari keadaan darurat dalam pandangan saya dan sekaligus akhir dari pandemi,” papar Michael.
Menurut dia bahwa WHO juga memprediksikan pandemi COVID-19 akan selesai dengan cakupan vaksinasi global bisa sesuai target. Sebab, WHO menargetkan sekitar 70% populasi dunia seharusnya sudah mendapat vaksin pada pertengahan 2022.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, ikut mengamini hal tersebut. Hanya saja, ia menjelaskan semua negara harus bekerja sama supaya tidak ada yang cakupan vaksinasinya yang tertinggal.
“Maka, saat inilah untuk mengatasi nasionalisme jangka pendek. Lindungi populasi dan ekonomi dari varian masa depan dengan mengakhiri ketidakadilan suplai vaksin global. Kita memiliki 185 hari untuk mencapai target 70% di awal Juli 2022, dimulai dari sekarang,” ungkap dia.
Kendati begitu, Direktur WHO Eropa Hans Kluge, mengingatkan bahwa masih terlalu dini menilai COVID-19 akan beralih dari pandemi ke endemi. Bahkan dengan penyebaran Omicron yang cepat dan luas, varian lain bisa muncul lagi di depan. “Virus ini telah mengejutkan kita lebih dari sekali sehingga harus sangat berhati-hati,” pintanya.
Selanjutnya, Kluge memaparkan bahwa Omicron kini menjadi varian dominan di Uni Eropa (UE) termasuk Norwegia, Islandia dan Liechtenstein. Sekitar 60% warga Eropa diyakini akan terinfeksi oleh Omicron hingga pada Maret mendatang. ■ RED/SUMBER CNBC INT/AGUS SANTOSA