BEKASI (POSBERITAKOTA) □ Dengan menunaikan ibadah puasa maka kalian akan memiliki peluang untuk meningkatkan taqwa. Bahkan ketaqwaan itu sendiri, saking pentingnya, harus dilatih dalam ibadah Romadhon. Karena, hadirnya Romadhon didesign untuk melatih kita agar menjadi insan yang bertaqwa.
Demikian benang merah khutbah Jumat di awal Romadhon yang disampaikan Ustadz Saeful Aziz selaku imam dan khotib saat tampil di Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Gerbang Timur, Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jumat (8/4/2022).
“Taqwa adalah akumulasi dari karakter moral, kumpulan-kumpulan sifat baik yang hadir dalam jiwa setiap manusia. Dan, dari pancaran karakter moral inilah akan mengeluarkan sikap-sikap yang dieksekusi oleh tubuh kita dari mulai ujung mata sampai ujung kaki,” ucapnya.
Mengangkat tema sentral ‘Mengapa Kita Berpuasa?’, Ustadz Saeful Aziz mengawali khutbahnya dengan mengajak agar kita patut bersyukur kepada Allah SWT. Kenapa? Karena, sampai detik ini kita masih diperkenankan oleh Allah SWT menjadi hamba-NYA yang beriman. “Diantara sekian yang beriman itu, kita masih diperkenankan untuk melakukan Shiyam Romadhon di tahun ini. Semoga puasa yang ditunaikan diterima oleh Allah SWT serta mendapatkan ridho dan pahalanya,” ungkapnya.
Lantas, mengapa kita harus berpuasa? Apa yang penting dari puasa Romadhon ini, sehingga Allah SWT menurunkan perintah dan menanamkan dalam kewajiban. Sedangkan pesan yang kuat yakni agar menunaikan ibadah puasa dimaksud dengan cara yang sempurna. Bahkan harus lebih baik dibandingkan generasi terdahulu yang pernah juga menunaikan ibadah puasa.
Selain itu, Ustadz Saeful Aziz juga menyebutkan bahwa ketika perintah puasa diturunkan oleh Allah SWT di hari Senin di bulan Sya’ban di tahun kedua Hijriyah dengan turunnya surat ke-2 Al Baqarah ayat 183 tentang perintah menunaikan ibadah Shiyam di bulan Romadhon. Dari situ diharapkan agar kita menjadi manusia yang bertaqwa. Itulah penutup dari surat Al Baqarah ayat 183 yang memberikan kesan yang mendalam kepada kita semua akan hakikat Romadhon, tujuan dari ibadah puasa itu sendiri.
Jika ada yang bertanya, kenapa harus berpuasa dan apa pentingnya Romadhon? Dijelaskan, maka Al Qur’an menjawab: Q.S Al Baqarah 183 yakni dengan menunaikan puasa, maka kalian akan memiliki peluang untuk meningkatkan Taqwa.
Pertanyaan selanjutnya : Apa itu taqwa? Apa pentingnya taqwa dan apa pengaruh taqwa dalam kehidupan? “Sehingga saking pentingnya, taqwa ini harus dilatih dalam ibadah Romadhon,” urainya, panjang lebar.
Selanjutnya, seperti yang disampaikan ustadz muda asal kelahiran Tegal (Jawa Tengah), jadi mata kita akan melihat yang mulia akan tergantung bagaimana kondisi jiwa kita untuk menatap. Lisan kita akan mengeluarkan kata-kata yang mulia bergantung pada kondisi jiwa kita, dimana memberikan petunjuk kepada lisan untuk bertutur. Demikian juga telinga saat mendengar sampai ke ujung kaki saat melangkah.
“Pusat instruksi, pusat yang memberikan sinyal dan perintah untuk berucap. Melihat dan bersikap yang baik itulah yang disebut dengan taqwa. Karakter moral yang memberikan instruksi kepada tubuh untuk bekerja dengan baik serta melakukan kebaikan itulah yang disebut dengan taqwa.
Ditambahkan Ustadz Saeful Aziz sebagaimana disebutkan dalam Q.S 91 Assyam ayat 7-10 : Jiwa yang lahir dan berkembang dididik dan dirawat sedemikian rupa serta mendapatkan pengaruh dari lingkungan agar menjadi jiwa yang bertaqwa. Jiwa kita di dalamnya berisi karakter moral, diantaranya yang disebut dengan taqwa, ‘Fa Alhamaha Fujuroha wa taqwaha’.
Sedangkan taqwa itu akumulasi sifat baiknya dan fujur adalah katalisnya. Kejujuran ada dalam jiwa taqwa, kesabaran ada dalam jiwa taqwa, rendah hati hadir dalam taqwa. Demikian seluruh sifat baik terakumulasi tersimpan dalam satu bagian yg disebut dengan taqwa. Sedangkan fujur adalah katalisnya yang didesign untuk mempercepat sehingga sifat-sifat mulia itu keluar dan bentuknya adalah lawan langsung dari taqwa.
“Jika di taqwa ada jujur, maka di fujur ada dusta. Jika di taqwa ada sabar, sedangkan di fujur ada amarah. Jika di taqwa ada rendah hati tawadhu, maka di fujur ada sombong. Jika di taqwa ada amanah, maka di fujur ada khianat. Allah SWT menciptakan amarah bukan ingin menjadikan manusia pemarah, tapi ingin mempercepat dan melatih supaya sabar itu muncul,” paparnya, lagi.
Menurut Ustadz Saeful Aziz, bagaimana mungkin ditemukan sabar kalau tidak ditemukan amarah? Seperti adanya bersih karena adanya kotoran. Sungguh kecenderungan manusia akan dekat kepada kebahagiaan ketenangan, ketentraman dan kesuksesan ketika mampu menyucikan keadaan jiwanya itu, sehingga yang keluar itu selalu sifat baik taqwanya.
“Mencuci, bukankah menghilangkan kotorannya, sehinga tampil bersihnya. Jadi kotoran itu designnya hadir untuk menjadikan bersih. Karena tidak mungkin mencuci itu dilakukan bersih tanpa adanya kotoran sebelumnya. Karena itu, diciptakan kotoran bukan ingin menjadikan suatu benda menjadi kotor. Tapi sesungguhnya menjadi tanda agar kebersihan itu lahir,” ungkapnya.
Ditambahkannya bahwa fujur adalah sifat-sifat kontrasnya. Sifat-sifat yang nampak seperti negatifnya tercipta bukan untuk menjadikan manusia memiliki sifat negatif. “Berperilaku negatif, tapi lebih untuk menjadi katalis taqwa, supaya bisa muncul ke permukaan. Karena itu, berbahagialah siapa yang bisa melihat hal-hal yang terlihat seperti negatif dengan cara pandang yang positif. Melatih sifat baiknya supaya muncul. Jika melihat yang sedih cari lawannya yaitu menggembirakan. Jika melihat yang cemberut cari lawannya yang bisa menjadikan tersenyum. Jika nampak ada perbuatan dusta, itu sinyal bagi kita untuk menampakkan kejujuran, demikian selanjutnya.
“Maka, siapa yang mampu mengoptimalkan sifat taqwa ini mengeluarkan sifat yang baik ditembuskan pada qolbunya. Pada sodrunyya lalu ditembuskan pada akalnya yang sepersekian detik, diinstruksikan pada seluruh bagian tubuhnya dari jiwa yang baik itu. Kemudian ditembuskan ke mata, maka mata akan melihat dan memandang yang baik-baik saja, lahir diinstruksikan yang baik-baik maka akan memunculkan pikiran-pikiran yang mulia, yang ada memikirkan semua kebaikan – kebaikan. Karena itu yang dilahirkan adalah ide-ide kreatif, solusi-solusi untuk kebaikan, hal-hal yang bermaslahat, hal yang menghadirkan harmoni, demikian turun ke lisannya sampai dengan ujung kakinya,” urainya..
Ditambahkan Ustadz Saeful Aziz, singkatnya dimanapun insan ini, manusia ini beraktifitas akan membawa spirit taqwa. Karakter moral yang positif dan mulia, maka karakter dan sikap yang muncul dengan izin Allah SWT akan menampilkan perbuatan-perbuatan yang mulia. Itulah sebabnya banyak di dalam Al Qur’an interaksi pada kehidupan kita. Baik dalaam konteks ibadah kita menyembah Allah SWT atau pun dalam konteks interaksi sosial hubungan dengan masyarakat dan lingkungan dengan makhluk, seringkali spirit taqwa diminta untuk ditampilkan .
Seperti di dalam Q.S. 49 (Al Hujurat), bagaima kita diminta untuk menampilkan spirit Taqwa dalam kehidupan sosial. Semua itu di design oleh Allah SWT supaya tercipat harmoni, keselarasan, saling membangun maslahat. Jadi, bukan saling menyingkirkan. Taqwa menjadi jalan keluar atau solusi kehidupan.
“Semoga Allah SWT menerima ibadah puasa kita. Membersihkan hati kita dan tercapai tujuannya yaitu menjadi insan yang bertaqwa. Sedangkan intisari taqwa akan melahirkan perisai atau junnah dan mengantarkan kita ke jannah. Sesuai Sabda Nabi, Asshiyamu Junnatun,” pungkasnya. ■ RED/AGUS SANTOSA