BEKASI (POSBERITAKOTA) □ Tak terasa keberadaan Pondok Pesantren Khusus Yatim As-Syafiyah di Jl Jatiwaringin, Pondokgede, Bekasi, sudah memasuki usia ke-44 tahun. Tentu tak sedikit pula cerita sukses dari para santrinya. Dari mereka yang berjumlah ribuan, sudah cukup banyak pula yang diantar menjadi orang sukses dalam kehidupannya.
Ponpes yang digagas dan didirikan oleh ulama besar asli Betawi, KH Abdullah Syafi’ie (almarhum), merupakan tempat pendidikan gratis bagi anak yatim miskin dari seluruh Indonesia. Kendati serba gratis, namun tingkat pendidikannya sangat bermutu, sehingga banyak mengantarkan santri menjadi orang sukses di kemudian hari.
Tercatat bahwa Yayasan Pendidikan & Pesantren As-Syafiyah berdiri sejak 10 Januari 1978 silam. “Bahkan Yayasan ini sudah berusia 44 tahun yang awalnya didirikan oleh Kakek, lalu dibesarkan oleh Ibunda Tuty Alawiyah AS dan kini keluarga besar kami yang melanjutkan,” ungkap Prof Dr H Dailami Firdaus, generasi penerus yang dikenal sebagai putra kedua dari Prof DR Hj Tuty Alawiyah (almarhumah) di acara pembagian Paket Lebaran di Ponpes Khusus Yatim As-Syafiyah, Senin (25/4) malam kemarin.
Menurut Prof Dailami yang juga dikenal sebagai Senator DKI (DPD RI) bahwa anak yatim yang ‘nyantri’ saat ini berjumlah 280 anak dari berbagai daerah di Indonesia. Para santri di sini, mulai dari makan, tidur, dan belajar, sama sekali tidak dipungut biaya, karena mereka dari keluarga tidak mampu. Semua serba terjamin, termasuk mendapat kualitas pendidikan yang layak.
“Jebolan atau mantan santri dari sini banyak yang sudah jadi orang sukses. Mereka kini ada yang jadi pejabat, pengusaha, sarjana atau cendekiawan/wati serta banyak lagi. Umumnya sudah sukses dalam kehidupannya,” bebernya, panjang lebar.
Dalam kesempatan itu, Prof Dailami memanggil sejumlah mantan santri. Salah satunya yang kini menjadi TNI-AL berpangkat Letnan Kolonel (Letkol) dan seorang sarjana yang jadi pejabat di Pemerintahan. “Malah ada lulusan pesantren di sini, semua menguasai tiga bahasa yakni Indonesia, Arab dan Inggris. Mereka diajarkan tentang pendidikan agama dan pendidikan formal,” tambahnya.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan operasional pesantren yang mewah ini, kata Prof Dailami, didukung oleh yayasan pendidikan formal yang memungut biaya yakni Universitas Islam As-Syafiyah (UIA) dan lainnya. Termasuk sokongan dari para dermawan maupun mantan santri sukses.
Dicontohkan bahwa pada kegiatan pembagian Paket Lebaran, juga ada pemberian donasi dari dermawan kepada Pengurus Yayasan. Bahkan para dosen dari Universitas Islam As-Syafiyah menyerahkan uang tunai sebesar Rp 25 juta dan sebuah perusahaan menyumbang uang Rp 95 juta.
Diceritakannya lebih lanjut, di tahun 2005 silam, pihaknya juga menerima 250 anak dari korban tsunami Aceh. Mereka mengikuti pendidikan madrasah di sini dari ibtidaiyah hingga aliyah dan kini banyak yang jadi orang sukses.
“Yayasan ini dikelola secara kekeluargaan, tapi transparan,” tutur Prof Dailami selaku Pimpinan dan Penanggungjawab Yayasan. Sedangkan keberadaan pondok pesantren gratis yang berada di Jakarta maupun Bekasi ini, sangat disyukuri para santri dan masyarakat luas.
“Jika saya tidak masuk Ponpes di sini, mungkin saya jadi gelandangan atau PMKS. Saya jadi santri di sini sejak tahun 1983 sampai 1989. Setelah lulus pesantren, saya masuk Akademi Militer dan alhamdulillah sekarang bisa begini,” ujar seorang perwira TNI-AL yang kini berpangkat Letnal Kolonel dan segera naik pangkat jadi Kolonel. □ RED/AGUS SANTOSA