JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Sebuah group teater tradisi bertahan sampai ratusan tahun, kok bisa! Maka dari situ kemudian muncul pertanyaan paling mendasar, kenapa bisa bertahan? Ternyata, jawabannya pun cukup sederhana saja. Salah satu nilai yang menjadi pemersatu karena para penggiatnya adalah guyub-rukun dan bisa merawat tali persaudaraan.
Sebagai catatan dan ini fakta. Grup teater tradisi yang eksis melewati zaman, diantaranya; Wayang Orang (WO) “Sriwedari” (berdiri tahun 1911), WO “Ngesti Pandowo” (berdiri tahun 1937), WO “LPP RRI Surakarta,” dan WO “Bharata” (berdiri tahun 1972).
Memang benar bahwa dalam berkesenian itu erat kaitannya dengan etos yang meliputi : keyakinan, sikap, kepribadian, watak, karakter dan kekuatan mental. Lantas, selain itu juga harus memiliki kemampuan yang antara lain : cakap, terampil serta dapat diterima dan dipercaya. Begitulah kunci ketahanan!
Sekadar ingin berbagi kabar terkait dengan rencana Wayang Orang (WO) “Ngesti Pandowo” yang bakal bikin sebuah pergelaran dengan lakon “Kresna Duta”, bertempat di Teater Kautaman Gedung Pewayangan, Jakarta Timur (Jaktim), Minggu (26/6/2022) pada pukul 15.30 WIB mendatang.
Yang pasti, pergelaran tersebut merupakan bagian dari upaya untuk terus memperkenalkan mahakarya budaya dan tradisi Indonesia yang telah diakui dunia (UNESCO – PBB). Sedangkan acara itu nanti bakal diselenggarakan oleh Teater Wayang Indonesia (TWI) – SENAWANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia).
WO “Ngesti Pandowo” merupakan satu dari empat pilar grup wayang Indonesia. Bahkan yang mampu bertahan selama puluhan — dan bahkan ratusan tahun ditengah berbagai tumbuh kembangnya seni budaya global.
Setidaknya, ada 3 grup Wayang Orang (WO) lainnya. Sebut saja nama WO “Sriwedari” (Surakarta), WO “LPP RRI” (Surakarta), dan WO “Bharata” (Jakarta). Untuk WO “Ngesti Pandowo” didirikan di Madiun oleh Sastro Sabdho pada tanggal 1 Juli 1937. Konsep pertunjukannya memadukan unsur Wayang Orang Keraton (WO Pendhapa) dengan Teater Barat.
Bahkan, hadirnya WO “Ngesti Pandowo”, jelas merupakan bagian dari upaya menanamkan rasa cinta pada seni tradisi. Plus sebagai bentuk ingin memberikan hiburan alternatif kepada masyarakat.
Nanun, pada masa awal berdirinya WO “Ngesti Pandowo”, tidak hanya digemari masyarakat Jawa, tetapi juga orang-orang Belanda dan sampai keturunan Tionghoa. WO “Ngesti Pandowo” lokasi pentasnya di Gedung Kesenian Ki Narto Sabdho Kompleks Taman Budaya Raden Saleh, Kota Semarang, Jawa Tengah. □ RED/AGUS SANTOSA