OLEH : SOFYAN S.Pd
SEJARAH telah mencatat bahwa perjalanan hidup para Nabi dan Rasul itu dalam menyampaikan Wahyu atau Risalah dari Allah SWT kepada umat manusia yang ada di permukaan bumi ini, masing-masing tidak luput dari berbagai macam cobaan, tantangan dan ujian-NYA.
Dalam hal ini, penulis sangat meyakini bahwa karena Allah SWT itu ingin menguji kepatuhan, keimanan mereka kepada-NYA.
Para Nabi dan Rasul yang penulis maksudkan sesuai dengan judul di atas termasuk di dalamnya yaitu Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS (putranya).
Hal ini karena berdasarkan hasil pengamatan penulis kaitannya dengan pengorbanan hidup dari dua orang Nabi tersebut sungguh luar biasa atau spektakuler. Spektakuler dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang menonjol atau mencolok. Dalam bahasa Inggris ditulis spectacular yang
berarti menakjubkan. Mengapa demikian? Karena, menurut penulis, ada hal-hal yang menonjol dari keduanya itu.
Yang pertama Nabi Ibrahim AS, beliau tidak bergeming sedikit pun ketika mau dibakar oleh Raja Namrud. Yang kedua yaitu ketika beliau menerima perintah dari Allah SWT untuk menyembelih Ismail (putranya), beliau laksanakan dengan sepenuh hati (ikhlas). Begitupun Ismail justru tidak merasa takut, tapi malah merelakannya. Padahal itu berhubungan dengan nyawanya.
Ismail berserah diri kepada Allah SWT. Karena, ia yakin itu perintah-NYA. Peristiwa itu sampai sekarang dikenal dengan nama Idhul Adha atau Idhul Qurban (The feast of Sacrifice).
Sejalan dengan hal tersebut di atas, sepanjang yang penulis ketahui di dalam sejarah umat manusia di dunia ini, baru hanya ada satu orang atau Nabi yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya.
Ini suatu perintah yang sangat mendebarkan dan di luar nalar manusia. Mengapa demikian? Sebab, manusia yang berakal pasti akan bertanya-tanya: Masa sih Allah SWT tega menyuruh Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya yang bernama Ismail? Bukankah itu perintah yang konyol?
Secara logika perintah tersebut tidak mungkin akan dilaksanakan, kalau tanpa didasari oleh kepatuhan dan keimanan yang sangat tinggi kepada Allah SWT.
Dari hasil pengamatan penulis dari dulu sampai sekarang, tidak ada orangtua yang rela menyembelih putranya atau anaknya. Apalagi kalau anak itu merupakan anak kesayangannya, kecuali mungkin kalau orang tuanya sudah terganggu akalnya (gila).
Selanjutnya, sejahat-jahat penjahat pun tidak akan tega untuk menyembelih anaknya. Begitu juga hewan termasuk harimau saja yang begitu ganas dan jahat, tidak akan mau membunuh anaknya sendiri.
Nah, ini Nabi Ibrahim AS tiba-tiba disuruh oleh Allah SWT untuk menyembelih Ismail, putranya tersebut sebagai putra kesayangannya, apa ini tidak membuat Ibrahim, syok?
ASAL USUL NABI IBRAHIM AS MENDAPAT PERINTAH KURBAN.
Nabi Ibrahim AS, menurut para ahli sejarah beliau terkenal orang yang kaya raya (hartanya melimpah). Beliau orang yang suka berqurban. Setiap tahun pada musim haji untanya sebanyak 1000 ekor, Sapi 100 ekor dan domba 1000 ekor, beliau korbankan demi ketaatan kepada Allah SWT. Akan tetapi, menurut beliau, itu semua belum ada apa- apanya. Sampai akhirnya beliau bernazar : “Kalau seandainya Aku dikaruniai seorang anak laki-laki, maka akan aku qurbankan juga, demi ketaatanku kepada Allah SWT.”
Gayung pu bersambut. Allah SWT Dzat Yang Maha Mendengar apa saja yang hamba-NYA utarakan, kali ini Allah SWT sungguh ingin menguji tentang nazarnya itu. Pada waktu itu, beliau sudah hampir berusia 100 tahun, tetapi tidak dikaruniai anak seorang pun. Yakni selama menikah dengan Siti Hajar, maka beliau pun selalu berdoa kepada Allah SWT. Hal ini seperti yang tersebut dalam Al-Qur’an Surat As-Saffat ayat 100 yang artinya : “Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang shalih.“
Akhirnya Allah SWT kabulkan doanya. Hal ini sesuai dengan firman-NYA dalam Al-Qur’an Surat As-Saffat ayat 101 yang artinya: “Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.”
Sekian lama Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar hidup bersama Ismail, anak yang sangat dicintainya. Dan, pada waktu itu menurut para ahli sejarah ada yang berpendapat usia Ismail baru 13 tahun. Ada pula yang berpendapat 14 tahun. Tanpa diduga-duga, suatu
malam Nabi Ibrahim AS bermimpi, mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih anaknya.
Awalnya, Nabi Ibrahim AS tidak percaya! Atau, ragu tetapi karena mimpinya sampai tiga kali berturut-turut (malam ke 1, 2, 3) sama, barulah beliau benar-benar yakin, kalau itu merupakan perintah dari Allah SWT.
Nabi Ibrahim AS akhirnya menyampaikan mimpinya itu kepada Ismail, putranya secara bijaksana, tidak memaksa, sambil bertukar pikiran. Hasilnya di luar dugaan, malah anaknya merelakannya.
Sungguh ini suatu peristiwa yang luar biasa (it is very amazing) yang tidak ada tara bandingannya di dalam sejarah umat manusia. Ada seorang anak yang rela disembelih oleh ayahnya sendiri. Ismail sebagai anak yang sholih dan patuh kepada orang tuanya. Peristiwa tersebut tercantum dalam Al-Qur’an Surat As-Saffat ayat 102 yang artinya :
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur ) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata : ” Wahai anakku ! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu? Dia (Ismail) menjawab, ” Wahai ayahku ! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapati termasuk orang-orang yang sabar.”
Mengetahui anaknya menerima apa yang diutarakannya, maka Nabi Ibrahimpun AS, kemudian menyampaikan pula perihal mimpinya tersebut kepada Siti Hajar (istrinya). Siti Hajar pun tadinya merasa keberatan, tetapi karena ia meyakini bahwa itu perintah dari Allah SWT, maka akhirnya ia pun harus merelakannya
Melihat semuanya pada rela, kemudian Nabi Ibrahim AS mengajak putranya itu ke suatu tempat yang jauh dari keramaian kota untuk menyembelih Ismail. Setelah ditemukan tempat yang cocok, lalu Ismail dibaringkan, ketika penyembelihan Nabi Ismail hampir terlaksana, tiba-tiba datanglah suatu panggilan dari Allah SWT, sebagaimana yang tersebut dalam Al-Qur’an Surat As-Saffat ayat 104-105 yang artinya :
“Wahai Ibrahim sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Sungguh aneh bin ajaib! Nabi Ismail yang sudah siap disembelih itu, digantikan oleh Allah SWT itu dengan seekor hewan sembelihan yang besar (Kibas). Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat 107 yang artinya : “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
Sembelihan yang besar yaitu (kambing, domba besar) atau disebut Kibas, dimana menurut sebagian ulama atau riwayat Kibas tersebut di atas berasal dari Surga. Allahu Akbar. Sungguh, Engkau Maha Kuasa Ya Allah. Jelaslah sudah kepada kita bahwa Allah SWT tidak mungkin berlaku dzalim atau sewenang-wenang kepada hamba-NYA yang beriman dan bertaqwa.
Dari kisah tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan atau hikmahnya antara lain : Keluarga Nabi Ibrahim AS adalah cerminan dari sebuah keluarga sakinah mawadah warahmah (suami menghargai istri, istri menghargai dan taat sama suami, anak patuh sama kedua orang tua, orangtua sayang dan menghargai anak, memutuskan sesuatu dengan musyawarah dan lain sebagainya).
Berkat kesabaran, ketaatan, keimanan atau ketaqwaannya kepada Allah SWT, maka membuahkan hasil kebaikan, yaitu perintah qurban bagi yang mampu, yang Insya Allah akan sangat berguna sekali bagi masyarakat yang sangat membutuhkannya. Aamiin YRA. (***/goes)
(PENULIS adalah Alumni Lembaga Pengajaran Bahasa Arab Assu’udi (LPBA) di Jakarta, Tahun 1985)