Sebagai Bangsa yang Terhormat, ‘HARMONI BUDAYA INDONESIA’ Ternyata Bisa Bangkitkan Keyakinan Kita

JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Inilah seni yang menyentuh halus rasa lewat lagu “Bagimu Negeri” ciptaan Kusbini. Ada kegairahan; energi magis dalam lagu ini saat dilantunkan penyanyi dan musisi Ageng Kiwi, lewat desiran saksofon yang ditiupkan seniman dan budayawan Sujewo Tejo.

Kolaborasi indah yang dihadirkan keduanya sebagai acara pembuka “Harmoni Budaya Indonesia,” yang berlangsung di Tower DPP Partai NasDem, di Gondangdia Lama Cikini Jakarta Pusat, Rabu, 31 Agustus 2022.

Acara tersebut sebagaimana disampaikan penggiat budaya Eddie Karsito, merupakan rangkaian kegiatan jelang deklarasi Badan Budaya Partai NasDem yang akan dilaksanakan 28 Oktober 2022 mendatang.

“Kita termotivasi untuk selalu jujur kepada diri kita sendiri. Bahwa maju tidaknya peradaban sebuah bangsa dapat diukur dari karya seni budayanya. Teruslah berkarya untuk bangsa,” kata Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh saat memberi sambutan yang disampaikan secara virtual.

Salah satu eksistensi kita diakui sebagai manusia, kata dia, adalah karena budayanya. Harmoni budaya Indonesia dimaksudkan sebagai ikhtiar kebangsaan yang mengusung tema ‘Restorasi Kebudayaan.’ Menukil kembali kejayaan bangsa Indonesia melalui budayanya.

“Mari terus mengisi ruang budaya kita yang belakangan makin tergerus dan membuat lupa siapa sebenarnya kita, dan siapa sesungguhnya kita,” ucap Surya Paloh.

Hadir di acara tersebut antara lain; Ketua Dewan Pertimbangan NasDem Siswono Yudo Husodo, Wakil Ketua MPR RI Dr. Lestari Moerdijat, Anggota DPR RI Muhammad Farhan, Anggota DPR-RI Drs. Sugeng Suparwoto, Ketua Fraksi Partai NasDem DPRD DKI Jakarta Wibi Andrino, SH., MH, politisi Partai Nasdem Yulisa Baramuli, Ilham Habibie serta beberapa politisi lainnya.

Hadir juga kalangan seniman dan budayawan, antara lain; Christine Hakim, Ageng Kiwi, Eddie Karsito, Krisna Mukti, Tessa Kaunang, pedangdut Annisa Bahar, Valdi Mulya serta penggiat budaya lainnya.

Acara pembukaan “Harmoni Budaya Indonesia” ditandai dengan pameran lukisan karya Sujiwo Tejo sekaligus memperingati hari ulang tahunnya yang ke-60 tahun.

Wakil Ketua MPR RI Dr. Lestari Moerdijat yang hadir di acara tersebut menyampaikan bahwa Sujiwo Tejo tidak hanya menyajikan karya seni semata.

“Jurnalis dan seniman punya kesamaan yang kental. Sama-sama punya sensitivitas dan ekspresif di atas rata-rata manusia pada umumnya. Kedua ciri itu lekat dengan seorang Sujiwo Tejo,” puji Moerdijat.

Banyak seniman, kata Moerdijat, yang beranggapan politik harus dijauhi. Apalagi kepercayaan publik pada partai politik berada di titik nadir.

“Tapi justru acara malam ini menegaskan bahwa kita mampu melihat dan memberi ruang bagi kalangan politisi untuk mengapresiasi seni dan berpolitik dengan budaya,” lanjutnya.

Sujiwo Tejo setidaknya memamerkan 15 karya lukisannya. Ia mengakui sejumlah karya yang dipamerkan mempunyai makna tersendiri. Lukisan NasDem Tower dibuat dalam bentuk partitur nada.

Salah satu karyanya berjudul ‘Penunggang Gelombang Z‘ dibuat sebagai pengingat pertemuannya dengan Surya Paloh sebelum Partai Nasdem berdiri.

“Saya kritik sana sini dan Pak Surya mendengarkan. Tak satu pun membantah. Setelah saya mengkritik semuanya, dia bilang, kalau cuma mengkritik banyak, kita tak cuma perlu pengkritik tapi perlu orang yang merestorasi bangsa ini,” cerita Sujiwo Tejo, mengenang.

Terkait program “Harmoni Budaya Indonesia,” Anggota DPR RI Muhammad Farhan menjelaskan bahwa Partai NasDem bertekad merawat budaya Indonesia sebagai bagian dari kekayaan yang dimiliki Indonesia. “Salah satu upaya NasDem menjadikan Badan Budaya menjadi arus utama program partai,” ujarnya.

Badan Budaya Partai NasDem ini, kata Farhan, akan melakukan interaksi dengan para pelaku budaya, serta berinteraksi dengan berbagai isu budaya.

“Hal ini penting karena kami melihat partai politik harus mulai terlibat kepada pembuatan kebijakan menjaga dan memajukan kebudayaan Indonesia,” ujarnya.

Usai tampil menyanyikan lagu ‘Bagimu NegeriAgeng Kiwi mengutarakan, bahwa lagu yang dinyanyikannya merupakan karya seni budaya yang mengandung makna nasionalisme dan patriotisme.

“Cinta, dan bangga tanah air. Mengutamakan rasa persatuan dan kesatuan, rela berkorban, dan semangat pantang menyerah,” ujar Ageng.

Tugas-tugas kebudayaan yang diemban Badan Budaya Partai NasDem, lanjut Ageng, adalah menghadapi globalisasi yang menghadirkan tatanan dunia baru.

“Oleh karena itu, budaya bangsa Indonesia sebagai sumber nilai dalam pusaran globalisasi harus tetap menjadi prinsip dan ideologi kebangsaan. Mampu membangkitkan keyakinan dan rasa percaya diri bahwa kita adalah bangsa yang terhormat di dunia bukan sebaliknya,” ujar Ageng Kiwi. RED/R ALDIANSYAH / EDITOR : GOES

Related posts

Bersama Janda Tua & Ratusan Pemulung, NOFEL SALEH HILABI Berbagi Ceria Lewat Acara “Bang NOFEL Traktir Dong!”

Yang Pertama dalam Sejarah, MI AT-TAQWA 15 BABELAN BEKASI Sukses Gelar ‘Market Day’ karena Slogannya Rumah Kita

Di Situs Rumah Pitung Marunda, BAMUS SUKU BETAWI 1928 Gelar Acara Rowahan Sambut Datangnya Bulan Suci Ramadhan