Buku Kumpulan Puisi ‘Memo Kemanusiaan’, AKHMAD SEKHU Coba Banyak Memotret Sisi Human Interest Selebritis

JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Lahir atau munculnya sebuah karya puisi tak hanya tercipta dalam suasana sepi penuh perenungan. Tapi bisa juga tercipta dalam hingar-bingar dunia keramaian selebritis (artis) yang penuh gemerlapan. Bahkan puisi tak hanya tentang rembulan, gunung, lautan atau pemujaan berbagai keindahan alam lainnya, namun kenapa tidak tentang eksistensi selebritis, bioskop atau adegan golden scene dalam dunia perfilman.

Penggambaran beberapa hal tersebut di atas menjadi salah satu tema yang mengemuka dalam buku kumpulan puisi bertajuk ‘Memo Kemanusiaan’ karya Akhmad Sekhu. Seorang sastrawan yang juga dikenal sebagai seorang wartawan hiburan di Ibukota Jakarta yang kesehariannya selalu berhubungan dengan para selebritis atau selebritas (artis) di Tanah Air.

“Tentunya, saya dengan profesi sekarang sebagai wartawan, memang selalu berhubungan dengan para selebritis. Tapi, saya masih tetap semangat untuk berkarya kreatif menulis puisi,” celetuk Akhmad Sekhu dalam wawancara santai dengan POSBERITAKOTA, Sabtu (5/11/2022).

Menurut penulis handal kelahiran Tegal (Jawa Tengah) satu ini, suasana kesehariannya dengan masih tetap semangat untuk berkarya kreatif menulis puisi. “Suasana keseharian saya memang akrab dengan hingar-bingar atau keramaian dunia artis yang penuh gemerlapan. Meski begitu, saya sebisa mungkin untuk tetap menulis puisi,” terang dia lagi.

Ditambahkan Akhmad Sekhu bahwa dirinya memang harus tetap menulis puisi. “Kenapa? Sebab, menulis puisi sudah menjadi bagian penting dalam hidup saya. Bahkan puisi sudah mendarah daging dalam diri saya, karena sepanjang hidup saya ingin tetap menulis puisi,” katanya, terus terang.

Terkait salah satu puisinya yang berjudul ‘Sajak Selebritas’, diungkap Akhmad Sekhu, bicara tentang sisi manusiawi selebritis. Isi puisinya antara lain, seperti ini, Inilah dia yang selalu bergaya di depan kamera. Sedikit terbuka yang orang suka di antara debat hujat dan gegap puja dengan persepsi liar menelanjangi yang akan selalu menjurus ke arah kontroversi. Seperti tidak ada cap lain, selain hanya penuh sensasi.

“Padahal, dia hanya sekedar menjalani pekerjaan secara profesional serta tanggungjawab sesuai dengan perjanjian kontrak. Sama seperti pekerjaan-pekerjaan lain untuk mengganjal perut. Meski yang dilakukannya bersentuhan dengan perasaan. Betapa dia tetap berprinsip memegang konsekuensi,” urai dia, panjang lebar.

Sajak Selebritas ini tentang bagaimana sosok artis memperjuangkan eksistensinya yang begitu sangat dilematis, di antara debat hujat dan gegap puja. Persepsi masyarakat beragam, tapi banyak juga persepsi liar menelanjangi yang akan selalu menjurus ke arah kontroversi. Seperti tidak ada cap lain, selain hanya penuh sensasi. Sebuah puisi dari perenungan saya tentang selebritas,” ucap Akhmad Sekhu, penuh haru.

Selain itu ada lagi puisi ‘Paradoks Peran’, menurut dia isi puisinya antara lain, seperti ini. Kau melakukan serangkaian adegan yang sebenarnya itu bukan dirimu. “Ini demi peran,” bisikmu pelan, begitu tenang, tapi pasti kau lucuti keraguan seperti tanggalkan pakaian.

“Banyak penggemar bergetar menunggumu dengan sangat sabar di balik gemerlap layar. Perasaan tak karuan, betapa mereka benar-benar ingin tahu lika-liku hidupmu. Juga lekak-lekuk tubuhmu, bahkan keseluruhan dirimu utuh,” ungkapnya.

Bahkan, Akhmad Sekhu mengaku dirinya sering menjadi tempat curhat para selebritis. “Dari kegiatan seleb sehari-hari sampai masalah pribadi, bahkan banyak seleb yang minta pertimbangan dalam menyelesaikan masalahnya, tapi saya selalu menyarankan untuk bicara baik-baik dan menyelesaikan baik-baik, kalau sudah mentok barulah diproses serius lewat jalur hukum, ” ceritanya.

Masih kata Akhmad Sekhu bahwa selebritis juga manusia dan tentu punya sisi manusiawi. “Mereka sebenarnya sama seperti masyarakat pada umumnya, ingin bersosialisasi dengan masyarakat, hanya saja karena kesibukannya yang sangat padat membuatnya punya waktu yang juga sangat terbatas jadi memang tak bisa bebas,” tegasnya.

Karena itulah, Akhmad Sekhu berharap buku puisi ‘Memo Kemanusiaan’ mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. “Sebuah kebanggaan dan kebahagiaan bagi saya, jika karya saya mendapat sambutan yang baik dari masyarakat,” tutupnya.

“Setelah membaca puisi dalam buku Memo Kemanusiaan karya Akhmad Sekhu ini, aku jadi mengerti lebih dalam mengenai dunia seni yang tidak hanya melulu hingar bingar musik, lagu dan tari tarian yang indah, akan tetapi ada juga puisi yang isinya sangat bermakna dan langsung menusuk dada. Sungguh indah puisi-puisi di buku ini, juga penuh arti dan sangat mendidik,” tulis Cinta Laura Kiehl.

Buku puisi ‘Memo Kemanusiaan’ karya Akhmad Sekhu yang diterbitkan Balai Pustaka ini mendapat sambutan dari berbagai kalangan. Dua diantaranya adalah Cinta Laura Khiel dan artis gaek serbabisa, Titiek Puspa.

“Saya mengapresiasi dan menyambut baik, penerbitan buku Memo Kemanusiaan karya Akhmad Sekhu ini. Banyak sekali tema di dalamnya. Mulai tema pandemi COVID-19 mengenai tenaga kesehatan sang pejuang kemanusiaan. Hikmah dari pandemi, kita harus selalu cuci tangan, berjemur, hingga kita harus vaksin. Sampai puisi menyinggung korupsi dtengah Bansos pandemi yang sangat memilukan. Kok tega sekali korupsi ditengah penderitaan masyarakat,” komentar Titiek Puspa.

Selanjutnya, masih kata artis yang dikenal sebagai Ketua Papiko (Persatuan Artis Ibhkota) di era 80 – 2000 itu, membahas tentang situasi negeri yang masih terbelah. Juga masih derasnya urbanisasi, dunia perfilman, puisi-puisi religi tentang Ramadhan, puisi-puisi hujan, ibu, pernikahan, hingga tentang keluarga. “Teruslah semangat berkarya! Tetaplah menulis puisi penuh dengan kejujuran dan ketulusan. Bangunlah kesadaran, ingatkan manusia yang lupa pada kemanusiaannya,” tulis Titiek Puspa memberi semangat kepada Akhmad Sekhu. ■ RED/R. ALDIANSYAH/ EDITOR : GOES

Related posts

Kategori ‘Pasangan Karakter Sinetron Paling Ngetop’, CUT SYIFA & Rizky Nazar Sabet Penghargaan SCTV Award 2024

Tulis Syair Sendiri, ERLYN SUZAN Ngaku   Jadi Bisa Total Saat Melantunkan Lagu ‘Tengkar’

Gonjang-ganjing Lagi, RATUSAN ANGGOTA PARFI Sampaikan Mosi Tidak Percaya Atas Kepemimpinan Alicia Djohar