JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Jelas merupakan pencapaian kebahagiaan yang tak terhingga, jika seorang penulis melahirkan karya buku, lantas mendapat sambutan dari berbagai kalangan. Mulai dari kalangan pejabat, artis, penulis, tokoh masyarakat, advokat, bos Warteg dan lain-lainnya. Terlebih lagi sambutan itu bukan hanya datang dari dalam negeri saja, tapi juga sampai luar negeri.
Hal tersebut di atas dirasakan Akhmad Sekhu, sastrawan yang juga dikenal sebagai wartawan. Setelah buku novelnya ‘Jejak Gelisah’ (2005), ‘Chemistry’ (2018) dan ‘Pocinta’ (2021), buku kumpulan puisinya bertajuk ‘Memo Kemanusiaan’ yang diterbitkan pada akhir tahun 2022 ini.
“Syukur, alhamdulillah! Buku Memo Kemanusiaan karya saya ternyata mendapat sambutan, terutama dari berbagai kalangan. Mulai dari pejabat, artis, penulis, tokoh masyarakat, advokat, bos Warteg, dan banyak lagi,” ungkap Akhmad Sekhu penuh rasa syukur kepada POSBERITAKOTA, Selasa (13/12/2022).
Masih menurut pria kelahiran Tegal (Jawa Tengah) tersebut, dirinya mengekspresikan kebahagiaan yang tak ternilai harganya. “Terlebih lagi sambutan itu datang dari dalam negeri, bahkan sampai luar negeri,” tegas Pemenang Favorit Sayembara Mengarang Puisi Teroka – Indonesiana “100 Tahun Chairil Anwar” (2022) itu, lagi.
PERGAULAN LUAS
Dikatakan Sekhu bahwa berkat pergaulannya yang luas sehingaa membuat karya-karyanya mendapat sambutan dari dalam negeri. Dan, bahkan sampai luar negeri. “Kadang setiap saya bangun ditengah malam, sekitar pukul 02.00 WIB dinihari untuk sholat Tahajud, kemudian membuka HP ada saja teman dari luar negeri yang chating mengajak ngobrol,” paparnya, mantap.
Meski selisih waktu berbeda jauh, diceritakan Sekhu, justru tak mengurangi obrolan berlama-lama. Mereka yang tinggal di luar negeri masih siang, sedangkan dirinya di Indonesia sudah sangat larut malam atau dinihari. “Jadi, saking keasyikan ngobrol berlanjut sampai Shubuh. Mereka masih segar bugar, sedangkan saya diserang kantuk berat yang luar biasa,” ucap dia, apa adanya.
Dalam pandangan Sekhu bahwa karya buku kumpulan puisinya ‘Memo Kemanusiaan’, sama seperti novelnya ‘Pocinta’ memang mendapat sambutan sampai ke luar negeri. “Hal itu karena zaman multimedia, dimana akses internet memudahkan orang untuk dapat berkomunikasi dengan siapapun di belahan bumi mana pun,” terangnya.
BERKAH
Sedangkan bagi Sekhu, buku bukan semata bukti dirinya berkarya. Tapi juga memudahkan dirinya bisa berhubungan dekat dengan pejabat yang sangat sibuk sekali pun. “Saya bisa mudah bertemu dengan pejabat. Kenapa? Karena saya menunjukkan karya buku. Makanya, bagi saya berkarya buku memang menjadi berkah tersendiri,” tegasnya.
Sebagai penutup wawancaranya, Sekhu menyampaikan tetap ingin menjaga semangatnya untuk selalu berkarya dalam hidupnya. Kendati untuk sekarang ini, ia mengaku sibuk kerja untuk berbagai liputan, karena profesi utamanya sebagai wartawan. Tak jarang harus nongol dalam liputan soal film, musik, fashion show dan lain-lain. “Karena saya harus terus berkarya, makanya saya harus ada di mana-mana,” pungkas Akhmad Sekhu. □ RED/ALDI/EDITOR : GOES