OLEH : PROF. DR. KH. NASARUDIN UMAR, MA
AL-MUKHLISIN dan al-mukhlasin berasal dari akar kata akhlasha – yukhishu, berarti ‘tulus‘, ‘jujur‘, ‘jernih‘, ‘bersih‘ dan ‘murni‘. Dari akar kata tersebut lahir kata mukhlis, jamaknya mukhlisin dalam bentuk marfu‘ dan mukhlisin dalam bentuk manshub dan majrur. Artinya orang yang setulus-tulusnya mengikhlaskan diri di dalam upaya mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah SWT. Perkataan, pikiran dan segenap tindakannya hanya tertuju kepada Allah SWT.
Kalangan ulama tasawuf menjelaskan pengertian ikhlas sebagai upaya untuk menyucikan ketaatan dari perhatian sesama makhluk dan menjadikan Allah SWT sebagai tujuan dalam berbagai ketaatan yang dilakukannya. Kebalikan dari ikhlas ialah ria, yaitu suatu perbuatan yang dilakukan selain untuk Allah SWT, juga untuk mendapatkan pujian dari makhluk. Ria terjadi manakala seseorang mulai menikmati pujian dari kebaikan yang dilakukannya.
Syekh al-Fudhail mengatakan : “Menghentikan suatu amal karena manusia adalah ria, sedangkan mengerjakan sesuatu karena manusia adalah syirik.” Sahl bin Abdullah mengatakan: “Ikhlas merupakan ibadah yang paling sulit bagi jiwa karena diri manusia tidak punya bagian di dalamnya”.
Menurut Ruwain bin Ahmad bin Yazid al-Baghdadi, ikhlas adalah segala amal yang dilakukan pelakunya tidak bermaksud mendapatkan balasan, baik di dunia maupun di akhirat. Ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan kejelekannya. Abu Ya’kub as-Susiy rahimahullah mengatakan : “Barang siapa melihat dalam keikhlasannya suatu keikhlasan, maka keikhlasannya itu masih memerlukan keikhlasan lagi.”
Dalam hadist qudsi, Nabi bersabda : “Ikhlas merupakan satu rahasia di antara rahasia-Ku, Aku menaruhnya dalam hati hamba-hamba yang Kucintai.” Dalam hadist lain dikatakan : “Aku berlepas diri dari persekutuan orang-orang yang menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu. Barang siapa yang akan melakukan sesuatu amal yang di dalamnya ia menyekutukan Aku, maka Aku akan melepaskan diri dari padanya.”
“Sungguh berbahagialah orang-orang yang ikhlas, sebab merekalah yang menjadi pelita hidayah dan merekalah yang membuat semua malapetaka akan hilang.”
Awal ikhlas dan tauhid serta caranya adalah sebagaimana disebutkan Allah SWT dalam Al-Quran, surah al-Ikhklas. Kemudian, keikhlasan dan ketaatan, Allah berfirman : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah SWT dengan memurnikan ketaatan kepada-NYA dalam (menjalankan) agama dengan lurus” (QS.al-Bayyinah (98):5).
Dari kata ikhlash lahir kata mukhlash, jamaknya mukhlashin berarti orang yang mencapai puncak keikhlasan, sehingga bukan dirinya lagi yang berusaha menjadi orang ikhlas (mukhlasin), melainkan Allah SWT yang proaktif untuk memberikan keikhlasan.
Al-mukhlishin masih sadar kalau dirinya berada di posisi ikhlas, sedangkan al-mukhlasin sudah tidak sadar kalau dirinya sedang berada di posisi ikhlas. Keikhlasan sudah merupakan bagian dari kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya.
Jika kadarnya masih dalam batas mukhlisin, maka masih riskan untuk diganggu dengan berbagai provokasi iblis, karena menyadari dirinya berbuat ikhlas. Sedangkan, mukhlasin, iblis sudah menyerah dan tidak bisa lagi mengganggunya karena langsung didukung oleh Allah SWT. □ (Bersambung/goes)