Ceramah di Program ‘Hikmah’, DRS KH DZULFATAH YASIN MA Angkat Soal Hakikat Panjang Umur bagi Seorang Muslim

JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Dalam program ‘Hikmah‘ yang rutin digelar sebelum pelaksanaan ceramah utama pada setiap sholat Jum’at di Masjid Istiqlal, Jakarta, tak hanya menarik dari sisi materi ceramahnya. Tapi juga meraih perhatian kalangan jamaah. Hal itu terlihat dari ratusan yang menghadiri, karena berkesempatan lebih awal datangnya.

Pada Jum’at tanggal 20 Jumadil Awal 1444 H/23 Desember 2022 M yang baru lalu, diisi oleh penceramah Drs KH Dzulfatah MA yang mengangkat tema dengan judul ‘Hakikat Panjang Umur bagi Seorang Muslim‘. Menurutnya, umur yang panjang diisi dengan amalan baik, bukti kualitas hidup seseorang, apalagi sebagai Muslim.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman : ‘Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-NYA (yang DIA sendirilah yang mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu)” (QS. 6:2).

“Umur manusia sepenuhnya ditentukan oleh Allah SWT. Manusia hanya dapat menerima keputusan Allah SWT tentang umurnya. Karenanya, manusia tidak mengetahui panjang pendek umurnya. Manusia juga tidak mengetabui sampai kapan ia akan hidup di dunia. Hanya Allah SWT-lah yang mengetahui,” ucap KH Dzulfatah Yasin.

Pada bagian lain, menurutnya, manusia juga tidak bisa mengurangi atau menambah umurnya. Jika ajalnya telah tiba, maka manusia akan mati, walaupun ia berusaha mengundurkannya. Dan, jika ajal belum tiba, manusia tetap tidak akan mati, walaupun ia berusaha mempercepat kematiannya.

Allah SWT menegaskan : “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka jika telah datang waktunya, mereka tidak akan dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya(QS. 7:34).

Disampaikan KH Dzulfatah Yasin bahwa Rasulullah SAW melarang umatnya memohon kematian. Beliau bersabda : “Janganlah salah seorang diantara kamu sekalian mengharapkan kematian dan jangan pula berdoa agar cepat mati, sebelum kematian itu benar-benar datang kepadanya. Sesungguhnya jika salah seorang diantara kamu sekalian mati, maka terputuslah amalnya. Dan sesungguhnya tidak ada yang dapat menambah umur seorang Mukmin, kecuali kebaikan yang diperbuatnya.” (HR. al-Bukhari).

Umur yang diberikan Allah SWT kepada manusia, lanjut ceramahnya, adalah amanat yang harus dijaga dengan baik. Karenanya, harus diisi dengan kebaikan-kebaikan dan amal shaleh. Nilai umur manusia tidak ditentukan oleh panjang atau pendeknya, melainkan oleh kualitas amal yang diperbuat dalam masa hidupnya.

Dalam pandangan Rasulullah SAW, umur yang panjang pada hakekatnya adalah yanh diisi dengan perbuatan baik dan amal shaleh. Beliau bersabda : “Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rejekinya, maka hendaklah ia berbuat baik kepada kedua orangtua dan menjalin silaturrahim dengan sesama(HR. Ahmad).

“Panjang umurnya seseorang tidaklah bernilai sama sekali, jika tidak diisi dengan amal shaleh. Bahkan, boleh jadi hanya menjerumuskan ke dalam azab Allah SWT. Umur panjang yang diisi dengan perbuatan baik dan amal shaleh menjadi bukti kualitas hidup manusia di dunia dan meninggikan derajatnya di sisi Allah SWT,” urainya, panjang lebar.

Dikisahkannya ketika ditanya tentang siapa orang yang paling baik, Rasulullah SAW menjawab : ” Yaitu orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sedangkan orang yang paling buruk adalah orang yang panjang umurnya, tetapi buruk amalnya(HR. Ahmad).

Sebagai penutup ceramahnya di program ‘Hikmah‘, KH Dzulfatah Yasin menyebutkan bahwa setiap Muslim hendaknya menyadari kembali terkait kematian akan datang tanpa diduga. Kesadaran terhadap hal ini akan memotivasi untuk bersegera mengisi umur di dunia dengan perbuatan baik dan amal shaleh. Sebab, umur yang disia-siakan pada akhirnya hanya akan melahirkan penyesalan yang tidak berguna.

“Semoga kita termasuk orang yang pandai mengisi dan memanfaatkan sisa umur dengan hal yang mengundang rahmat dan ridha Allah SWT, sehingga mati dalam keadaan Husnul Khatimah. Wallahu a’lam,” ucapnya, mengakhiri pembahasannya. ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri