28.2 C
Jakarta
24 April 2024 - 08:17
PosBeritaKota.com
Syiar

Kutbah Jum’at, KH. M. HILMI HASBULAH MA Ph.D Angkat Tema Ceramah Keluarga Ideal Pilar Kokohnya Bangsa

JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Pada hakekatnya, keluarga adalah komunitas terkecil dan miniatur bangsa. Wujud bangsa sesungguhnya adalah perkumpulan keluarga-keluarga. Yang jika demikian, maka tidak berlebihan, bila dikatakan bahwa keluarga adalah pondasi bangsa.

Bila kondisi keluarga-keluarga itu rukun, tenang dan tentram, maka begitu juga dengan kondisi bangsa. Sebaliknya bila kondisinya tidak demikian, alias keluarga-keluarga dalam kekacauan, ruwet dan amburadul, maka dapat dipastikan bahwa keadaan bangsa juga sedang bermasalah.

Demikian intisari khutbah KH. M. Hilmi Hasbullah MA Ph.D saat menjadi khotib dalam pelaksanaan sholat Jum’at di Masjid Istiqlal Jakarta, 6 Jumadil Akhir 1444 H/30 Desember 2022 M, dihadapan puluhan ribuan jamaah yang memadati ruang utama indoor masjid termegah se-Asia Tenggara tersebut.

“Keluarga ideal sesungguhnya adalah keluarga yang adem ayem, harmonis dan dipenuhi kebahagiaan. Adem ayem karena didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang. Harmonis karena hubungan antara suami-istri, orangtua-anak, terjalin erat dan saling mengisi. Bahagia karena harapan-harapan dari seluruh anggota keluarga dapat terpenuhi dan tercukup,” ucapnya, mengawali khutbahnya yang penuh keteduhan.

Lalu, lanjut Kyai Hilmi Hasbullah, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana membina keluarga kita menjadi keluarga idea yang pada gilirannya dapat menjadikan bangsa kita kokoh dan kuat? Oleh karena itulah, tidak ada cara lain untuk mewujudkan keluarga ideal, kecuali :

Pertama adalah membekali pendidikan agama yang cukup. Minimal anak diajari membaca Al-Qur’an dan diberi pengetahuan tengang fardlu ain atau kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi selaku orang Muslim. Ini adalah kewajiban orangtua. Bila tidak mampu, sepatutnya orangtua menyerahkan pendidikan anak kepada guru atau ustadz atau kyai yang mampu melakukannya.

Hal itu seperti perintah Al-Qur’an dalam Surah at-Tahrim (66) ayat 6 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…

Tentu tidak cukup sekadar anak diberi tahu, tetapi orangtua wajib terus merawat, mengingatkan dan mensupervisi kebenaran akidah, pengamalan ibadah dan adab atau etika keseharian anak.

Kedua, hendaknya orangtua menjadi panutan atau role model (contoh-red) bagi anak, baik dalam perilaku keseharian, pengamalan ajaran keagamaan maupun kehidupan sosial kemasyaratan. Contohnya bila orangtua menyuruh anak untuk sholat jamaah ke masjid, sudah barang tentu karena orangtua juga berangkat ke masjid. Dan, Bapak yang melarang anaknya merokok, tentu karena bapaknya tidak merokok.

Ibnur Rumi dalam sebuah syairnya berdendang yang artinya : “Antara hal yang aneh adalah Anda menginginkan anak yang terdidik dalam kehidupannya di dunia, sementara Anda sendiri tidak terdidik.”

Ketiga, senantiasa mendoakan anak agar diberi kemudahan, kelancaran dan kesuksesan dalam perilaku serta pergaulannya. Terlebih jika doa-doa itu disertai dengan laku tirakat seperti orang Jawa atau riyadlah dalam istilah pesantren. Yang maksudnya adalah melakukan ritual tertentu dalam bentuk olahraga dan olah jiwa, tentu demi menggapai sesuatu dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Seperti melakukan puasa Senin-Kamis, shalat malam atau membaca Al-Qur’an, sebagai wasilah atau perantaraan yang kebaikannya dihadiahkan kepada sang anak.

Allah berfirman dalam surah al-Ma’idah yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan guna mendekatkan diti kepada-NYA, dan berjihadlah di jalan-NYA, supaya kami medapat kebahagiaan.”

Upaya-upaya tersebut, menurut Kyai Hilmi Hasbullah, bila dilakukan oleh orangtua tentu akan menjadi hubungan bathin yang dekat dan erat antara anak dan orangtua. Kadang orangtua sudah berusaha mendidik sedemikian rupa, tetap saja anak susah mengerti, acuh dan bahkan ngeyel. Menghadapi hal ini, sepaturnya orangtua mengadu kepada Allah SWT yang menciptakannya. Tentu dengan harapan, Allah SWT akan memberikan keputusan terbaik pada anak tersebut.

Ibaratnya, keris atau tombak yang merupakan benda mati saja, sebab dimintakan ampuh atau sakti oleh sang empu pembuatnya kepada Allah SWT. Bila diperintah untuk berdiri, maka keris itu akan berdiri sendiri. Bukan sebab ada khadam atau penunggunya, tapi karena kuasa yang diberikan Allah SWT hasil dari riyadlah atau tirakat empu pembuatnya.

“Kiranya demikian halnya bila kita meminta kepada Allah SWT, apa saja yang kita minta. Termasuk agar anak-anak kita diberi kecerdasan, ketaatan, kesuksesan dan lain-lainnya. Yang dengan riyadlah itu, ketika kita minta agar anak berdiri atau ngaji atau jamaah, dia akan segera melaksanakan apa yang kita perintahkan. Di samping karena sadar bahwa yang memerintah adalah orangtuanya. Juga karena dia merasa didorong oleh kekuatan ghaib yang mungkin tidak disadarinya,” urai kutbahnya.

Sebagai penutup, Kyai Hilmi Hasbullah, kembali menegaskan bahwa dengan tiga hal tersebut, kiranya kita boleh berharap, keluarga-keluarga kita akan diberikan ketentraman, keharmonisan dan kebahagiaan. “Dan, pada gilirannya, bangsa kita akan menjadi bangsa yang kuat dan selamat. Juga negeri yang aman dan diberkahi dengan berlimpah rejeki,” ucapnya, mengakhiri. ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

ISI TA’LIM BA’DA MAGHRIB, USTADZ HM MAKHTUM TAUSIAH TENTANG WAKTU-WAKTU SHOLAT FARDHU KE JAMAAH MASJID JAMI AL-IKHLAS RW 025 VGH KEBALEN BEKASI

Redaksi Posberitakota

Kajian ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal, H ABU HURAIRAH ABD SALAM LC MA Mengulas Soal Ulama

Redaksi Posberitakota

Lepas dari Segala Hal yang Membuat Diri Kita Menjadi Hina, SEBUAH ‘NIKMAT KEMERDEKAAN’

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang