JAKARTA (POSBERITAKOTA) ■ Digelarnya Focus Group Discussion (FGD) dengan tema ‘Mewujudkan Air Bersih di Provinsi DKI Jakarta’ di Hotel Le Meridien Jakarta, Selasa (28/2/2023) merupakan wujud komitmen PAM JAYA untuk meningkatkan pelayanan air perpipaan yang dibutuhkan masyarakat.
Bahkan, melalui kegiatan tersebut, PAM JAYA berharap mendapatkan perspektif lebih komprehensif mengenai mekanisme pengelolaan air yang telah berkembang dan mampu mengidentifikasi variabel yang terdapat dalam suatu wilayah dengan tekanan air kecil (low supply).
Pada kegiatan FDG tersebut menghadirkan sejumlah narasumber. Mereka antara lain Laksma TNI Dr Ir Abdul Rivai Ras MM MS M.Si (Dosen Kajian Ketahanan Nasional, SKSG UI), Ir Jarot Widyoko Sp-1 (Direktur Jenderal SDA Kementerian PUPR), Ir Firdaus Ali MSc Ph.D (Pendiri dan Pimpinan Indonesia Water Institute) dan Elisabeth Tarigan (Subkoordinator Urusan Perencanaan Bidang Geologi, Konservasi Air Baku dan Penyediaan Air Bersih Dinas SDA DKI Jakarta).
Direktur Utama PAM JAYA Arief Nasrudin mengatakan, melalui kegiatan ini, PAM JAYA membuka diri atas informasi dari beberapa elemen, mulai dari akademisi, warga dan pakar sehingga solusi atas persoalan air di DKI Jakarta dapat dirumuskan secara tepat.
“Pada saat ini, sebesar 81 persen sumber air baku di DKI Jakarta didapatkan dari Jatiluhur, 14 persen dari Tangerang dan baru 5 persen yang didapatkan dari sumber air di kota ini,” ucapnya, menjelaskan.
Sedangkan untuk kterbatasan sumber air, ditambahkan Arief, merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan cakupan layanan air perpipaan di DKI Jakarta baru sekitar 65,85 persen pada tahun 2022 kemarin.
“Namun untuk hasil uji kualitas air oleh Dinas lingkungan Hidup di 5 wilayah DKI pada 2021 menyebutkan bahwa sampel yang diambil dari sungai DKI Jakarta terindikasi 1 persen tercemar ringan, 20 persen tercemar sedang, dan 79 persen tercemar berat,” terang Arief.
Sementara tantangan lainnya adalah wilayah yang cukup luas sehingga terdapat perbedaan tekanan air. Di wilayah yang jauh dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) PAM JAYA misalnya, warga di sana akan mendapatkan tekanan air lebih kecil dibandingkan warga yang berada dekat IPA. Hal itu dikarenakan pada jam sibuk, warga di sekitar aliran air akan membuka keran secara bersamaan.
“Begitu pun contohnya di Marunda Kepu, Jakarta Utara yang bersebelahan dengan laut. Kondisi suplai rendah ternyata disebabkan tekanan kecil di wilayah tersebut. Jadi, solusi yang kami lakukan adalah membangun reservoir komunal disertai pompa dorong,” papar Arief.
Selanjutnya terkait prinsip reservoir komunal, dikatakan Arief, pada dasarnya sederhana. Yakni, dengan menampung air di reservoir pada jam, dimana air tidak banyak digunakan. Kemudian tampungan air tersebut didorong oleh pompa ke rumah warga. Hasilnya, warga Marunda Kepu bisa menikmati air dan bahkan hingga di rumah paling ujung.
“Bentuk solusi yang terbukti berhasil ini, tentu akan kami replikasi ke beberapa wilayah. Seperti Jl Cilincing Huk Cacing, Jl Raya STIP Marunda Makmur, Waduk Pluit – Jl. Muara Baru Penjaringan, Kelurahan Tamansari, Gombol Paya – Kalideres, Booster Pump Tambora, Duri Kosambi dan Kebon Kosong,” ungkap Arief, lagi.
Hal ini adalah bentuk upaya menjaga ketahanan air bersih terutama pada tiga elemen, yaitu akses air (water access), air yang aman digunakan (water safety) dan air yang terjangkau (water affordability). Pemenuhan tiga elemen ini penting untuk menciptakan ketahanan air untuk kebutuhan kehidupan masyarakat di wilayah low supply.
“Ketahanan air ini adalah langkah penting untuk mendorong kedaulatan air di DKI Jakarta. Karena, kualitas air sangat menentukan kualitas kehidupan. Dan, kesadaran itu memacu kami semua di PAM JAYA untuk berupaya melakukan percepatan, sehingga target 100 persen cakupan pelayanan pada 2030, Insya Allah dapat tercapai,” pungkas Arief Nasrudin. ■ RED/AGUS SANTOSA